Jumat, 05 Februari 2016

CINTA ROSUL



INDAHNYA MENCINTAI RASULULLAH SAW 




ABDULLAH bercerita, “Kami mempunyai pembantu yang mengabdi kepada raja. Orang itu dikenal suka berbuat kerusakan. Suatu malam, saya bermimpi melihatnya sedang bergandengan tangan dengan Nabi saw. Lalu saya berkata, ‘Wahai Nabi Allâh, lelaki itu orang fasik. Bagaimana Baginda sudi bergandengan tangan dengannya?’ Maka, Rasulullah saw bersabda, ‘Aku telah mengetahuinya, namun dosa-dosanya telah berlalu, dan aku telah memberinya syafaat.’
Saya bertanya, ‘Wahai Nabi Allâh, dengan perantara apa orang itu sampai pada derajat itu?’ Beliau menjawab, ‘Dengan memperbanyak sholawat kepadaku. Sesungguhnya setiap malam menjelang tidur orang itu bersholawat kepadaku sebanyak 1.000 kali’.
Abdullah berkata, ‘Di pagi harinya, tiba tiba saya menjumpai lelaki itu sedang menangis. Setelah masuk dan duduk dihadapanku, ia berkata, ‘Wahai Abdullah, rentangkan tanganmu, karena Nabi saw telah menyuruhku agar aku bertobat sambil memegang tanganmu. Beliau juga telah menceritakan kepadaku dialog antara dirimu dan beliau mengenai keadaanku tadi malam’. Setelah ia bertobat, aku menanyakan ihwal mimpinya. Orang itu menjawab, ‘Nabi saw mwndatangiku, lalu menggenggam tanganku. Beliau bersabda, ‘Bangunlah, aku akan memintakan syafa’at untukmu kepada Tuhanku, karena bacaan sholawatmu kepadaku.’ Lebih lanjut orang itu berkisah, ‘Maka, saya pun berdiri bersama Nabi saw dan beliau memberikan syafaat kepadaku. Lalu beliau berpesan kepadaku, ‘Jika pagi hari tiba, maka datangilah Abdullah dan bertobatlah diatas tangannya, serta konsistenlah dengan pertobatanmu.”
Demikianlah. Mencintai Rasul saw tak akan bertepuk sebelah tangan. Beliau bersabda, “Perbanyaklah bersholawat kepadaku, sebab sholawat kalian dapat menghapus dosa dosamu, meninggikan derajatmu dan menjadi syafaat bagimu di hadapan Tuhanku.”
Kepada umatnya yang dicintainya, kepada kita semua, beliau berpesan untuk bersholawat kepadanya. Bukan karena beliau mementingkan diri sendiri. Tanpa doa dari siapa pun, kedudukannya di sisi Allâh tak kan tertandingi oleh makhluk mana pun. Pesannya untuk bersholawat kepadanya lahir karena kecintaannya kepada kita.
Duhai, betapa mulianya engkau, yâ Rasulullah. Engkau meminta kami berdoa untukmu, padahal apa artinya doa kami, sholawat kami, dihadapan kebesaranmu? Engkau pesankan kami bersholawat bagimu demi kebahagiaan kami juga. Bukankah kami hanya bisa dekat kepada Tuhan melalui cinta padamu? Bukankah kami hanya bisa naik ke tempat yang tinggi bergantung pada kerinduan atasmu? Allâhumma sholli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ Âlihî wa sallim..
***
Sumber: Afdhal ash-Shalawat ‘alâ Sayyid as-Sâdât, karya Syeikh Yusuf ibn Isma’il al-Nabhani.
Ket: *) kemungkinan besar rawi ini adalah Abu Abdullah, seorang sufi terkenal

CINTA SEJATI



SUNGGUH INDAH, MAKNA SEBUAH CINTA YANG MENJADI OBAT BAGI JIWA


Beberapa tahun silam, almarhum K.H. Ali Maksum -Pengasuh Peantren Krapyak, Jogja – bercerita. Dulu di tanah Jawa ada seorang pemuda mendapat surat dari kekasihnya. Sebelum surat itu dibuka, perangko nya dilepas, lalu ia telan. Ia pun segera membalas surat itu dan menyatakan bahwa perangkonya telah ia telan. Ia menelannya karena yakin bahwa waktu menempelkan prangko itu, pasti memakai ludah kekasihnya walaupun sudah kering.
Tak lama berselang, ia mendapat surat balasan. Kekasihnya menyatakan terima kasih atas kemurnian cintanya. Tapi maaf, katanya, yang menempelkan perangko dulu bukan dia sendiri, melainkan tukang becak sebelah rumah yang ia suruh untuk mengeposkan. Karuan saja pemuda itu nyengir kecut. “Itulah ekspresi orang lagi mabuk cinta,” kata Pak Kiai menutup ceritanya.
Di tanah Arab, pecinta Layla disebut Majnun, si gila, karena ia datang ke rumah Layla dan menciumi dinding rumah itu sepuas-puasnya. Terhadap cemoohan itu, Majnun menjawabnya dengan puisi:
Kulalui depan rumah Layla
Kuciumi dinding dinding rumahnya
Tidaklah kulakukan itu karena cintaku kepada rumahnya
Namun karena cintaku kepada si penghuni rumah
Ya, cinta menurut psikolog muslim klasik Ibn Qayyim, ditandai dengan perhatian yang aktif pada orang yang kita cintai dan ada kenikmatan menyebut namanya. Ketika menyebut, atau mendengar orang lain menyebut, nama kekasih kita, hati kita bergetar. Tiada yang lebih menyenangkan hati daripada mengingatnya dan menghadirkan kebaikan kebaikannya. Jika ini menguat dalam hati, lisan akan memuji dan menyanjungnya. Seperti itulah orang orang yang mencintai Rasulullah saw.
Segera setelah Nabi saw wafat, Bilal tidak mau mengumandangkan adzan. Akhirnya setelah didesak oleh para sahabat, Bilal mau juga. Tapi, ketika sampai pada kata: “Wa asyhadu anna Muhammad …” ia berhenti. Suaranya tersekat di tenggorokan. Ia menangis keras. Nama “Muhammad”, kekasih yang baru saja kembali ke Rabbul Izzati, menggetarkan jantung Bilal. Bilal bukan tidak mau menyebut nama Rasulullah saw. Baginya, Muhammad adalah nama insan yang paling indah. Justru karena cintanya kepada Rasulullah saw, nama beliau sering diingat, disebut, dan dilantunkan.
Berbahagialah orang yang merasa nikmat saat bersholawat. Karena menurut Rasulullah saw, orang yang paling dekat dengan beliau pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak bersholawat (H.R. Al-Tirmidzi). Ibnu Athaillah berpesan: Betapa indahnya hidup ini jika engkau isi dengan taat kepada Allâh. Yaitu, dengan cara berdzikir pada Allâh dan sibuk bersholawat atas Rasulullah saw disetiap waktu disertai kalbu yang ikhlas, jiwa yang bening, niat yang baik, dan perasaan cinta kepada Rasulullah saw. Sesungguhnya Allâh beserta para malaikat Nya bersholawat atas Nabi saw, Wahai orang yang beriman, ucapkanlah sholawat dan salam kepadanya (Al-Ahzab:56)
***
Sumber: Karunia bershalawat,