Jumat, 28 November 2014

KISAH PASTOR MASUK ISLAM SETELAH GAGAL BAKAR QUR’AN


GAMBAR ILLUSTRASI PASTOR

Kisah ini diabadikan Manshur Al Iwaji dalam bukunya Ajaa’ib Al Qashash, mengutip berita harian umum Tartiim yang terbit di Nigeria.
Pastor Woll Frost, namanya. Pemuka gereja di Angola itu memegang sebuah mushaf dan menghadap jema’atnya. Ia kemudian melemparkan mushaf itu ke lantai dan menyiramnya dengan bensin. Orang-orang memperhatikannya dengan serius, saat Woll Frost menyalakan korek api. Namun entah bagaimana, tiba-tiba tangannya tersulut api dari korek itu. Mungkin tadi tangan itu terciprat bensin saat menyiram mushaf/Alqur’an. Tangannya pun terbakar. Sedangkan mushaf tidak jadi dibakar. Tersentuh api pun tidak.
Menyaksikan peristiwa itu, para jema’at tercengang keheranan. Tetapi yang lebih heran adalah Woll Frost sendiri. Ia memikirkan peristiwa itu, dan mulai menyadari betapa ajaibnya Al Qur’an. Ia yang ingin membakar Al Qur’an, justru tangannya sendiri yang terbakar. Ia yang ingin menghina dan memalukan kitab suci umat Islam, malah ia sendiri yang dipermalukan.
Woll Frost memikirkan peristiwa itu, keajaiban itu, dan mulai menyadari bahwa ia baru saja diselamatkan dari hal paling gila yang akan dilakukannya. Selama ini kebencian membuatnya tertutupi dari kebenaran Al Qur’an. Selama ini kebencian membuatnya gelap memandang kitab suci yang mulai diakuinya penuh keajaiban. Dari lubuk hatinya yang paling dalam, ia kini menyadari bahwa Al Qur’an adalah kebenaran. Woll Frost pun kemudian mengikrarkan diri masuk Islam. Membaca syahadat.
Masuk Islamnya Woll Frost membuat lingkungannya gempar. Betapa tidak. Ia yang dulunya paling gencar memusuhi Al Qur’an, kini menjadi pengikutnya. Ia yang dulunya paling membenci Al Qur’an, kini mengakui kebenarannya. Ia yang dulu berniat membakar Al Qur’an, kini malah tunduk kepadaNya. Ia masuk Islam, menjadi mualaf, mengakui Al Qur’an sebagai wahyu Ilahi dan kitab suci.
Tak lama setelah keislaman Woll Frost, pemimpin gereka Angola Yaqoub Musa pun menyatakan masuk Islam. Keislaman keduanya diikuti oleh masuk Islamnya sekitar 200 orang lainnya.
Selain memimpin gereja, Yaqoub Musa adalah Sekretaris Jenderal Lembaga Misionaris di Angola. Ia memangku jabatan itu kurang lebih selama 22 tahun. Begitu masuk Islam, ia kemudian mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
Ketika pemimpin redaksi harian Tartiim mewawancarainya, Yaqoub Musa mengatakan bahwa saat ini (sewaktu buku Ajaa’ib Al Qashash ditulis) ia menghabiskan waktunya untuk menyebarkan Islam di Nigeria.
Masya Allah… demikianlah saat hidayah datang. Ia datang dengan kepada siapa yang dikehendakiNya dengan berbagai cara yang kadang tak pernah diduga. Saat hidayah datang, dan seseorang menyambutnya dengan sepenuh hati, Allah pun mengubahnya dengan segera. Ia yang tadinya membenci Islam menjadi sangat mencintainya. Ia yang tadinya memusuhi Islam, kini menjadi orang yang membelanya. Ia yang tadinya memprovokasi orang lain agar menjauhi Islam, kini berubah menjadi dai yang menyeru manusia untuk beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

PERTANYAAN KEMATIAN BAWA WANITA AMERIKA INI PELUK ISLAM




'Ketika Anda mati, ke mana Anda akan pergi, Ann?' Untuk sejenak, Ann Marie merenung. Namun tiba-tiba dia mendapat jawabannya. Ia menjawab akan pergi ke neraka.
Ini adalah kisah Ann Marie Lambert Stock, seorang muslim Amerika Serikat yang menjadi muslim pada 1980, di mana literatur tentang Islam sangat sulit didapat di negara adidaya saat itu.
Setelah lulus dari SMA di Indiana, Ann Marie memutuskan menikah seperti yang dilakukan para gadis lain di kotanya. Karena masih terlalu muda dan ingin melakukan banyak hal, Ann Marie akhirnya bercerai dan memutuskan kuliah.
Sebagai mahasiswa paling tua sekaligus ibu dari dua anak, Ann Marie lebih suka bergaul dengan sekelompok mahasiswa pascasarjana yang mayoritas mahasiswa asing.
Di kelompok inilah dia bisa melihat dunia luar yang sebelumnya tidak pernah diketahuinya. Satu saat, kelompok Ann Marie pergi ke acara festival Bulan Perburuan yang merupakan acara tahunan suku Indian. Di sinilah perjalanan Ann Marie menemukan Islam dimulai.
Dalam festival itu, Ann Marie bertemu dengan seorang pemuda bernama Muhammad yang berasal dari Mesir. Dalam upaya untuk memulai percakapan, Ann Marie menawarkan barbekyu daging babi yang dijual salah satu stan di festival.
Namun, Muhammad menolak dan mengatakan tidak makan daging babi. Awalnya, Ann Marie mengira Muhammad adalah seorang Yahudi.
Kota-kota kecil di Midwest biasanya tidak memiliki banyak etnis atau agama, tapi Ann Marie merasa terkejut dan untuk benar-benar pertama kalinya dia mendengar kata-kata 'Saya seorang Muslim' dari Muhammad.
Sambil bercanda, Ann Marie bertanya apa itu agama yang menyembah sapi atau sesuatu seperti itu? Muhammad tertawa dan kemudian bercerita banyak tentang Islam.
Singkat cerita, mereka akhirnya menikah meski mempertahankan agama. Namun sebelum menikah, mereka sepakat bahwa anak-anak akan mengikuti jejak agama Muhammad.
Agama Islam Logis
Meskipun Islam menarik, tapi saat itu bagi Ann Marie terlihat rumit. Karena alasan itulah dia menikah beda agama. Selain itu, Muhammad juga tidak memaksa Ann Marie untuk menjadi muslim.
Sepanjang tahun pertama pernikahannya, Ann Marie mengamati Muhammad dalam menjalankan ibadahnya, mulai salat, puasa, dan perbuatan amalnya. Ann Marie bahkan sering melakukan kegiatan bersama dengan keluarga teman-teman suaminya.
Sampai suatu hari, seorang teman Muhammad bertanya: 'Ketika Anda mati, ke mana Anda akan pergi, Ann?' Untuk sejenak, Ann Marie merenung. Namun tiba-tiba dia mendapat jawabannya. Ia menjawab akan pergi ke neraka.
Jawaban itu mengejutkan teman suaminya bahkan dirinya sendiri. Dia tidak menyangka mulutnya akan berbicara seperti itu.
Kejadian itu mengusik pikirannya dan Ann Marie kebetulan juga menemukan informasi mengenai Nabi Muhammad yang sebelumnya belum pernah ia kenal.
Ketika Ann Marie mengetahui bahwa Nabi Muhammad adalah keturunan Nabi Ibrahim, Ann Marie terkejut dan heran. Ann Marie bahkan membaca tentang kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail secara lengkap dalam Islam.
Dia terkejut usai membaca, ada sesuatu yang logis tentang agama Islam. Ann Marie kemudian mempelajari Islam. Dia membaca buku Islam meskipun bukan Alquran yang saat itu sulit didapat.
Sampai akhirnya Ann Marie mantap memeluk Islam setelah satu tahun pernikahannya. Sejak saat itu dia mulai ikut salat dan mengenakan hijab.

SUARA ADZAN KETUK HATI HERNANDEZ JADI MUALAF


HERNANDEZ

"Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi muslim."
Aminah Hernandez tumbuh di Amerika Serikat pada 1980-an, masa di mana informasi tentang Islam sangat minim. Bersama adik laki-lakinya, Aaminah tinggal di keluarga yang suka membaca.
Saat itu, media menggambarkan Islam sebagai agama yang keras, agama yang tidak menghormati hak-hak wanita.
Suatu hari, Aaminah membaca otobigrafi Malcom X. Memang, bacaan itu belum menuntunya pada Islam. Namun, sejak itu, ia tak lagi menolak konsumsi babi. Perubahan ini tidak disadarinya.
Selama bertahun-tahun, Aminah tidak merasa bahagia. Ia dilecehkan, dianiaya dan hidup dalam lingkungan yang keras. Ia pun mengonsumsi narkoba, dan berpesta minuman keras.
Ada satu waktu yang membuat terkejut, adiknya yang dahulu terlibat narkoba dan telah bebas dari penjara telah menjadi pribadi yang berubah.
Adiknya lalu memberitahu Aaminah, bahwa ia kini menjadi seorang muslim. Padahal adiknya itu sebelumnya telah didiagnosis mengidap Skizofrenia, termasuk halusinasi dan depresi akut.
Namun Aaminah melihat sejak dia memeluk Islam, adiknya itu sudah tidak menunjukkan gejala dan tidak membutuhkan pengobatan lagi.
Adiknya itu kemudian menceritakan tentang pengalaman hidupnya sebagai seorang muslim kepada Aaminah. Adik Aaminah juga mengenalkan istrinya yang memakai hijab.
Awalnya, Aaminah merasa risih dengan adik iparnya itu. Namun adik iparnya itu ternyata bersikap lembut dan bahkan bersedia menjaga anak Aaminah selagi dia bekerja.
Aaminah sangat terharu melihat sikap keluarga adiknya itu. Apalagi adik iparnya itu sering berbagi tentang Islam. Dia mulai mengerti busana muslim dan hijab bukan bentuk penindasan terhadap kaum wanita. Tapi sebagai cara Allah menghormati dan menjaga martabat wanita.
Selama tinggal di rumah adiknya, Aaminah kerap mendengar adzan. "Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi muslim," kata dia.
Sebagai mualaf, Aaminah perlu beradaptasi dengan identitas barunya. Beruntung, ia banyak dibantu oleh adiknya. Diajari, wudhu, salat dan zikir.
Setelah mendapatkan pekerjaan yang memungkinkannya mengakses internet. Ia sering membaca informasi tentang Islam dan muslim, termasuk masalah hijab.
Di dunia maya, Aaminah membuat jaringan komunikasi dengan muslimah yang lain. "Jujur iman saya kerap naik turun. Tapi teman-teman saya yang muslim membantu saya untuk berubah," kata dia. Setelah menjadi mualaf, ia merasa menjalani hidup lebih baik setiap harinya. 

KENAPA SIFAT 20 DAN KENAPA WAJIB BELAJAR SIFAT 20?



MENGAPA SIFAT ALLAH ADA DUA PULUH?
Kadang kala ada pertanyaan, “Mengapa sifat Allah yang wajib diketahui oleh setiap mukallaf hanya dua puluh sifat? Bukankah sifat-sifat Allah yang terdapat dalam al-Asma’ al-Husna ada Sembilan puluh Sembilan?”.
“Perlu diketahui bahawa Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah tidak membataskan sifat-sifat Allah kepada dua puluh kerana sifat dua puluh itu adalah sifat Dzat Allah yang menjadi syarat ketuhanan (syart al-Uluhiyyah). Sedangkan sifat-sifat Allah yang lain adalah sifat af`al (sifat yang berkaitan perbuatan) Allah ta`ala. Dan sifat-sifat af`al Allah itu jumlahnya banyak serta tidak terbatas.”[1]
MENGAPA WAJIB MENGETAHUI SIFAT 20???
Dalam ma`rifatullah, Mazhab Ahl al-Sunah Wa al-Jama`ah telah mengetengahkan pemahaman terhadap konsep sifat 20 yang wajib bagi Allah. Konsep ini sangat masyhur dan wajib diketahui oleh setiap individu muslim yang mukallaf. Akhir-akhir ini terdapat satu golongan yang dikenali sebagai Wahhabi telah mempersoalkan sifat 20 tersebut dengan mengemukakan beberapa alasan yang antara lainnya adalah; tidak terdapat di dalam al-Qur’an dan al-Hadis nas yang mewajibkan pengethuan umat Islam terhadap sifat 20. Bahkan termaktub di dalam hadis sendiri bahawa nama-nama Allah (al-Asma’ al-Husna) jumlahnya sembilan puluh sembilan. Dari premis ini, timbul sebuah pertanyaan; mengapa sifat yang wajib bagi Allah yang harus diketahui itu hanya terhad kepada dua puluh sifat sahaja, bukan sembilan puluh sembilan sebagaimana yang terdapat di dalam al-Asma’ al-Husna?
Para ulama’ Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah dalam menetapkan sifat dua puluh tersebut sebenarnya bersumberkan daripada kajian dan penelitian yang cermat dan mendalam. Terdapat beberapa alasan ilmiah yang logik serta relevan dengan fakta nas yang sedia ada yang telah dikemukakan oleh para ulama’ berhubung latar belakang wajibnya mengetahui sifat dua puluh yang wajib bagi Allah subhanahu wata`ala, antaranya ialah:
Pertama, setiap orang yang beriman harus meyakini bahawa Allah ta`ala wajib memiliki semua sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan-Nya. Mereka harus meyakini bahawa mustahil Allah ta`ala memiliki sifat kekurangan yang tidak layak bagi keagungan-Nya. Mereka juga harus meyakini pula bahawa Allah berkuasa melakukan atau meninggalkan penciptaan segala sesuatu yang bersifat mumkin iaitu seperti menciptakan, mematikan, menghidupkan, memberi rezki, mengurniakan kebahagiaan , menimpakan kecelakaan dan lain-lain lagi. Kesemua ini adalah sekian bentuk keyakinan yang paling dasar yang perlu wujud di dalam hati setiap orang Islam.
Kedua, para ulama’ Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah sebenarnya tidak membataskan sifat-sifat kesempurnaan Allah hanya kepada 20 sifat sahaja. Bahkan setiap sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan Allah, sudah pasti Allah wajib memiliki sekian sifat tersebut, sehingga sifat-sifatkamalat (kesempurnaan dan keagungan) Allah itu sebenarnya tidak terbatas pada sembilan puluh sembilan sahaja sebagaimana yang telah dikatakan oleh al-Imam al-Hafiz al-Bayhaqi:[2]
وَقَوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((إِنَّ لِلَّهِ تَسْعَةً وَتِسْعِيْنَ اِسْمًا)) لايَنْفِيْ غَيْرَهَا, وَإِنَّمَا أَرَادَ وَاللهُ أَعْلَمُ أَنَّ مَنْ أَحْصَى مِنْ أَسْمَاءِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ تِسْعَةً وَ تِسْعِيْنَ اِسْمًا دَخَلَ الْجَنَّةَ”.
Maksudnya:
“Sabda Nabi sallallahu`alaihi wasallam : Sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama”, tanpa menafikan nama-nama selainnya. Nabi sallallahu`alaihi wasallam hanya bermaksud -wallahu a`lam-, bahawa barangsiapa yang menghitung sembilan puluh sembilan nama tersebut akan dijamin masuk syurga”.
Pernyataan al-Hafiz al-Bayhaqi di atas bahawa nama-nama Allah ta`ala sebenarnya tidak terbatas dalam jumlah sembilan puluh sembilan dengan didasarkan pada hadith shahih: [3]
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُمَّ إِنِّيْ عَبْدُكَ… أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِيْ كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِيْ عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيْعَ قَلْبِيْ، وَنُوْرَ بَصَرِيْ، وَجَلاءَ حَزَنِيْ، وَذَهَابَ هَمِّيْ “.
Maksudnya:
“Ibn Mas’ud berkata, Rasulallah sallallahu`alaihi wasallam bersabda:” Ya Allah, sesungguhnya aku Hamba-Mu.. Aku memohon dengan perantara setiap Nama yang Engkau miliki, baik yang Engkau namakan Dhat-Mu dengan-Nya, atau yang Engkau turunkan nama itu dalam kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkannya kepada sesiapa di kalangan makhluk-Mu, atau yang hanya Engkau sahaja yang Mengetahui-Nya dalam ilmu ghaib di sisi-Mu, jadikanlah al-Quran sebagai taman/pengubat hatiku, cahaya mataku, penghilang kesedihanku dan penghapus rasa gundahku”.
Hadis di atas menjelaskan bahawa di antara nama-nama Allah ta`ala yang telah dijelaskan di dalam al-Qur’an, ada di antaranya yang diketahui oleh sebahagian hamba-Nya dan ada yang hanya diketahui oleh Allah ta`ala sahaja. Sehingga berdasarkan kepada hadis tersebut, nama-nama Allah itu sebenarnya tidak terbatas pada 99, maka apatah lagi 20 sifat yang telah dirumuskan oleh para ulama’ yang melaut ilmu mereka itu.
Ketiga, para ulama’ telah membahagikan sifat-sifat khabariyyah, iaitu sifat-sifat Allah yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadis seperti yang terdapat di dalam al-Asma’ al-Husna, kepada dua bahagian. Pertama, Sifat al-Af`al al-Zat iaitu sifat-sifat yang ada pada Zat Allah ta`ala, yang antara lain adalah sifat 20. Dan kedua, Sifat al-Af`al, iaitu sifat-sifat yang sebenarnya adalah perbuatan Allah ta`ala, seperti sifat al-Razzaq, al-Mu`thi, al-Mani`, al-Muhyi, al-Mumit, al-Khaliqdan lain-lain. Perbezaan antara keduanya adalah, sifat al-Zat merupakan sifat-sifat yang menjadiSyart al-Uluhiyyah, iaitu syarat mutlak ketuhanan Allah ta`ala. Kesemua sifat tersebut telah menyucikan zat Allah ta`ala daripada sebarang sifat yang tidak layak bahkan mustahil untuk disandarkan kepada zat Allah yang Maha Agung. Dari sini para ulama’ telah mentapkan bahawaSifat al-Zat ini adalah azali (tidak ada permulaan), dan baqa’ (tidak ada pengakhiran bagi Allah). Hal tersebut berbeza dengan Sifat al-Af`al, ketika Allah ta`ala memiliki salah satu daripada Sifat al-Af`al, maka lawan kepada sifat tersebut adalah tidak mustahil bagi zat Allah ta`ala, bahkan ia menunjukkan lagi perihal kehebatan dan keagungan Allah kerana mampu menciptakan dua perkara yang berlawanan berdasarkan fungsi yang terkandung di dalam nama-nama dan sifat-sifat yang telah ditetapkan oleh Allah ta`ala kepada zat-Nya yang Maha Agung seperti; sifat al-Muhyi (Maha Menghidupkan), al-Mumit (Maha mematikan), al-Dhar (Maha Memberi Bahaya) dan al-Nafi` (Maha Memberi Manfaat), al-Mu`thi (Maha Pemberi) dan al-Mani` (Maha Pencegah) dan lain-lain. Di samping itu, para ulama’ mengatakan bahawa Sifat al-Af`al itu adalah baqa’.[4]
Keempat, dari sekian banyak Sifat al-Zat yang wujud tersebut, maka sifat dua puluh dianggap cukup dalam memberi kefahaman kepada kita bahawa Allah ta`ala memiliki segala sifat kesempurnaan dan maha suci Allah daripada segala sifat kekurangan. Di samping itu, kesemuaSifat al-Zat yang telah terangkum dalam sifat dua puluh tersebut, dari sudut fakta, telahpun ditetapkan berdasarkan dalil al-Qur’an, al-Sunnah dan dalil-dalil aqli.[5]
Kelima, sifat dua puluh tersebut dianggap cukup kuat untuk menjadi benteng kepada akidah seseorang daripada terpengaruh dengan faham yang keliru atau menyeleweng dalam memahami sifat Allah ta`ala. Sebagaimana yang telah kita maklum aliran-aliran yang menyimpang daripada fahaman Ahl al-Sunah Wa al-Jama`ah seperti Wahhabi, Muktazilah, Musyabbihah, Mujassimah, Karramiyyah dan lain-lain telah menyifatkan Allah ta`ala dengan sifat-sifat makhluk yang kesemua sifat tersebut dilihat dapat meruntuhkan kesempurnaan dan kesucian zat Allah ta`ala. Maka dengan memahami sifat dua puluh tersebut, iman seseorang akan dibentengi daripada keyakinan-keyakinan yang menyongsang fahaman arus perdana umat Islam berhubung zat Allah ta`ala. Misalnya, ketika golongan mujassimah mengatakan bahawa Allah ta`ala itu duduk di atas `Arasy, maka hal ini akan ditolak dengan salah satu daripada sifat Salbiyyah yang wajib bagi zat Allahta`ala iaitu; Qiamuhu Binafsih (Allah ta`ala tidak berhajat kepada sesuatu), ketika musyabbihah mengatakan bahawa Allah ta`ala memiliki anggota tubuh badan seperti mata, tangan, kaki, muka, betis dan lain-lain, maka dakwaan tersebut akan ditolak pula dengan sifat wajib bagi Allah ta`alayang lain iaitu sifat Mukhalaftuhu lilhawadith (Allah tidak menyerupai sesuatupun), ketika golongan Muktazilah menafikan kewujudan sifat ma`ani pada zat Allah ta`ala dengan mengatakan bahawa Allah ta`ala maha kuasa tetapi tidak mempunyai sifat qudrat, maha mengetahui tetapi tidak mempunyai ilmu, maha berkehendak tetapi tidak mempunyai iradat, maka dakwaan songsang tersebut akan ditolak dengan sifat-sifat ma`ani yang jumlahnya adalah tujuh iaitu qudrat, iradat, ilmu, hayat, sama`, basar dan kalam. Demikian pula dengan sifat-sifat yang lain.[6]
الْقَائِدَةُ: “الْجَهْلُ بِالصِّفَاتِ يُؤَدِّيْ إِلَى الْجَهْلِ بِالْمَوْصُوْفِ مَنْ لا يَعْرِفُ صِفَاتِ الله لا يَعْرِفُ الله”.
Kaedah: “Jahil tentang sifat (Allah) membawa kepada jahil dengan yang mempunyai sifat (Allah), sesiapa yang tidak mengenal sifat Allah, tidak mengenal Allah ta`ala”.
[1] KH. Muhyiddin Abd al-Somad (2009), Aqidah Ahlussunnah Wal Jama`ah Terjemah dan Syarh Aqidah al-Awam, Jakarta: Khalista Surabaya, h. 25.
[2] Al-Hafiz al-Bayhaqi (1959), al-I`tiqad `ala Mazhab al-Salaf Ahl al-Sunnah Wa al-Jama`ah, Abu al-Fadhl Abdullah Muhammad al-Siddiq al-Ghumari (ed.), Kaherah: Dar al-`Abd al-Jadid, , h. 14.
[3] Diriwayatkan oleh al-Imam Ahmad (3528), al-Hakim di dalam al-Mustadrak (1830) dan al-Tabarani di dalam al-Mu`jam al-Kabir (10198). Al-Hafiz Ibn Hibban menilainya sahih di dalamSahih-nya (977).
[4] Al-Hafiz al-Bayhaqi(1959), op.cit., h. 15, 21 dan 22; Abu Mansur Abdul Qahir al-Baghdadi (1981), Usul al-Din, Beirut: Dar al-Kutub al-`Ilmiyah, h. 122-125. Dari sini dapat kita fahami bahawa pernyataan sebagian kalangan beberapa tahun yang lalu, bahawa untuk saat ini sifat Rahmah Allahta`ala adalah lebih layak ditekankan untuk diketahui daripada sifat-sifat yang lain, adalah tidak ada asasnya. Ini adalah bertitik tolak daripada ketidakfahaman mereka terhadap sifat al-Zat yang menjadi Syart al-Uluhiyyah dan Sifat al-Af`al yang bukan Syart al-Uluhiyyah.
[5] Hasan al-Ayyub (2003), Tabsit al-`Aqaid al-Islamiyyah, Kaherah: Dar al-Salam, h. 17.
[6] Lihat pernyataan Hujjatul Islam al-Imam al-Ghazali tentang tujuan mempelajari ilmu kalam menerusi kitabnya al-Munqidz min al-Dhalal, lihat al-Ghazzali (1998), al-Munqidz min al-Dhalal, Abdul Halim Mahmud (ed.), Kaherah: Dar al-Ma`arif, h. 36.