Pasal Ke 40
Shalat Gerhana
Sunnah melakukan Shalat Kusufil
Syamsi, yakni Shalat Gerhana Matahari, dan Shalat Khusufil Qamari,
yakni Shalat Gerhana Bulan.
Bilamana mendapatkan
Gerhana Matahari atau Gerhana Bulan maka sunnah dua raka’at dan afdhalnya
berjama’ah.
Niat shalat Gerhana adalah sebagai berikut:
1.
Niat Shalat Gerhana Matahari:
أُصَلِّى سُنَّةَ الْكُسُوْفِ الشَّمْسِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ
تَعَالَى.
Artinya: Sahjaku shalat Sunnah
Gerhana Matahari dua raka’at karena Allah Ta’ala.
2.
Niat Shalat Gerhana Bulan:
أُصَلِّى سُنَّةَ الْخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Sahjaku shalat Sunnah
Gerhana Bulan dua raka’at karena Allah Ta’ala.
Niat shalat gerhana
berbarengan dengan Takbiratul Ihram seperti shalat pada umumnya.
Sunnah-sunnah dalam Shalat Gerhana:
1.
Setelah I’tidal: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ pada tiap raka’at maka sunnah membaca Al-fatihah lagi untuk yang kedua kali
dan dilanjutkan dengan bacaan surah.
2.
Jadi pada tiap-tiap raka’at
dilakukan 2 kali qiyam (berdiri), 2 kali membaca Al-Fatihah, 2 kali ruku’ dan 2
kali I’tidal.
3.
Sunnah shalat dengan jahir (suara
keras) pada Gerhana Bulan dan sir (bersuara perlahan) pada Gerhana Matahari.
4.
Waktu mengerjakan shalatnya
terjadi semenjak mulai gerhana Matahari/Bulan sampai dengan hilangnya gerhana
itu yaitu setelah masuknya Matahari pada Gerhana Matahari atau terbitnya
kembali Matahari pada Gerhana Bulan.
5.
Sunnah membaca khutbah pada kedua
shalat itu, afdhalnya adalah dengan 2 khutbah seperti shalat hari raya.
Pasal Ke 41
Sholat Sunnah Istisqa (Minta
Hujan)
Sholat sunnah Istisqa’
adalah shalat minta hujan kepada Allah Subanahu Wata’ala, ini dapat dilakukan
apabila terjadi kekurangan hujan karena musim panas yang berkepanjangan yang
mengakibatkan darurat misalnya menjadi mahalnya harga harga makanan karena
rusaknya pohon-pohon (sawah gagal panen), atau matinya binatang ternak dan
sebagainya, maka di sunnahkan melakukan shalat minta hujan tersebut.
Adapun urut-urutan minta
hujan pada Allah Subhanahu Wata’ala dapat dilakukan dengan 3 cara:
1.
Sekurang-kurangnya minta hujan
itu dengan do’a pada setiap Khutbah Jum’at dan sehabis Shalat Jum’at.
2.
Shalat Istisqa’ (minta hujan) 2 raka’at
dengan niat pada takbiratul ihram sebagai berikut:
اُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ سُنَّةَ اْلإِسْتِشْقَآءِ ِللهِ تَعَالَى.
artinya: Sahjaku shalat
dua raka’at minta hujan lillahi ta’ala.
3. Yang
paling afdhal adalah:
a. lebih
dahulu puasa selama 3 (tiga) hari yang dilakukan oleh para penduduk suatu negeri
itu (yang kekurangan air).
b. Kemudian
masing-masing penduduk itu bertaubat kepada Allah Ta’ala serta mengembalikan
(jikalau ada) semua hak orang lain yang pernah diambil dengan dzalim.
c. Pada
hari keempat puasa lagi dan Shalat Istisqa’ pada hari itu dua raka’at
berjama’ah pada pagi hari seperti shalat Iedh yang dilakukannya boleh di
alun-alun (lapangan) atau di dalam Masjid.
d. Sunnah
mengajak semua orang-orang tua dan kanak-kanak serta membawa binatang
peliharaan yang boleh dibawa.
e. Sunnah
memakai pakaian biasa saja (pakaian sehari-hari), berlawanan dengan pada hari
raya.
f. Shalatnya
dilakukan seperti shalat Iedh, yaitu dengan takbir 7 kali pada raka’at pertama
dan 5 kali pada raka’at kedua.
g. Sunnah
melakukan 2 khutbah sebagaimana khutbah hari raya Iedh, perbedaannnya adalah
takbir diawal Khutbah diganti dengan Istighfar, yaitu 9 kali istighfar
berturut-turut pada awal khutbah yang pertama dan 7 kali berturut-turut pada
awal khutbah yang kedua.
h. Sunnah
memperbanyak membaca do’a minta hujan di dalam khutbah yang kedua, yang
diucapkan oleh khatib (penghutbah) terkadang dengan jahir (suara keras) dan
terkadang dengan sir (suara perlahan). Adapun jika do’a itu diucapkan dengan
jahir maka ma’mum mengucapkan آمِيْنْ dengan jahir pula, dan jika
diucapkan dengan sir maka ma’mum berdo’a sendiri dengan sir.
i.
Sunnah pada akhir khutbah yang
kedua ;
1) khatib
menghadap qiblat.
2) bagi
khatib dan sekalian ma’mum membalikkan selendangnya (sorbannya) dengan
menjadikan yang sebelah atas menjadi kebawah dan yang sebelah kanan menjadi
kekiri.
3)
kemudian berpaling lagi oleh khatib
membelakangi kiblat pada akhir khutbah yang kedua itu.
Pasal Ke 42
Shalat Janazah
Shalat Janazah adalah
menyalatkan mayyit atau orang yang sudah meninggal.
Dan ini merupakan Fardhu
Kifayah atas sekalian orang dalam suatu negeri atau kampung yang mengetahui
akan meninggalnya seseorang yang Muslim.
Arti Fardhu Kifayah adalah: jika
sudah dikerjakan oleh sebahagian orang-orang tersebut maka terlepaslah/gugurlah
kewajibannya itu atas yang lain, dan bilamana tidak dikerjakan
sama-sekali oleh orang-orang yang telah mengetahui akan meninggalnya seorang
mayyit muslim, maka berdosalah seluruh orang-orang itu.
Ada 4 (empat) perkara yang menjadi Fardhu Kifayah,
yaitu:
A.
Memandikan mayyit.
B.
Mengkafankan mayyit.
C.
Menyalatkan mayyit.
D.
Menguburkan mayyit.
A. Memandikan Mayyit:
Sekurang-kurangnya
memandikan mayyit adalah meratakan sekalian tubuhnya dengan air yang suci dan
menyucikan, dengan terlebih dahulu membasuh segala najis yang ada.
Beberapa hal dalam Memandikan
Mayyit:
1.
Sunnah niat Memandikan Mayyit.
2.
Sunnah memandikannya ditempat
yang tertutup dengan pagar atau langsa.
3.
Sunnah membakar dupa pada saat
memandikan mayyit.
4.
Wajib tidak terlihat antara pusat
sampai lutut si mayyit itu.
5.
Sunnah melipat sepotong kain
(pakai sarung tangan) di tangan kiri bagi yang memandikan mayyit untuk membasuh
najis yang ada pada mayyit, dan sepotong kain yang lain untuk suginya
(giginya), dan sepotong kain lagi untuk menggosok badannya.
6.
Sunnah pada permulaan
memandikannya dengan air campur bidara, yang kedua dengan air biasa saja,
kemudian di penghabisannya dengan air yang dicampur dengan sedikit kapur barus,
semuanya tiga kali-tiga kali sambil di petel (digosok) sekalian badannya.
7.
Sunnah mengambilkan wudhu (air
sembahyang) bagi mayyit, sedangkan niatnya adalah wajib bagi yang mengambilkan
wudhu itu.
B. Mengkafankan Mayyit:
Sekurang-kurangnya
mengkafankan mayyit adalah dengan sehelai (satu lapis) kain yang menutupi
sekalian badannya.
Beberapa hal dalam Mengkafankan
Mayyit:
1.
Bagi mayyit laki-laki sunnah
dikafankan dengan 3 (tiga) helai kain putih yang baru dan tiap-tiap helai
menutupi sekalian badannya.
2.
Bagi mayyit perempuan sunnah
memakai ghamis yaitu baju kurung dan telengkung (mukenah) dan kain dan
masing-masing 2 (dua) helai.
3.
Sunnah bagi keduanya (mayit
laki-laki atau perempuan) dipakaikan kapas yang dicampur dengan cendana dan
kapur barus yang diletakkan diatas tiap-tiap lubang badan dan anggota sujud.
C. Menyalatkan Mayyit (shalat Janazah):
Rukun Shalat Janazah 7 (tujuh) perkara, yaitu:
1.
Niat Shalat Janazah.
2.
Shalatnya dengan 4 (empat)
takbir, dimana Takbir pertama adalah Takbiratul ikhram.
3.
Membaca Al-Fatihah dengan sunnah
membaca اَعُوْذُبِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ saja dan tidak sunnat
membaca do’a istiftah.
4.
Shalat dilakukan dengan berdiri
jika kuasa.
5.
Membaca Shalawat seperti shalawat pada tashahhud akhir sesudahnya takbir yang kedua.
6.
Mendo’akan Mayyit setelah takbir
yang ke tiga, sekurang-kurangnya yaitu: اَللَّـهُمَّ اغْفِرْلَهُ artinya: Ya
Allah Tuhanku ampunilah bagi mayyit ini.
7.
Memberi salam setelah takbir yang
ke empat, sunnah dengan menambahkan وَبَرَكَاتُهُ .
Adapun aturan dalam Shalat
Janazah pada takbir yang pertama dan yang ke dua, maka Wajibnya dan Sunnahnya
adalah sama saja bagi mayyit laki-laki atau perempuan.
Sedangkan pada takbir
yang ke tiga dan ke empat, maka ada perbedaan dhamirnya (sebutannya).
Berikut adalah Tatacara Shalat Janazah:
1.
Niat Shalat Janazah:
اُصَلِّى عَلَى
هَـذَا الْمَيِّتِ أَرْ بَعَ تَكْبِيْرَاتٍ فَرْضَ الْكِفَايَةٍ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Sahjaku shalat
atas mayyit ini dengan 4 takbir fardhu kifayah lillahi ta’ala.
2.
Takbiratul ihram: اَللهُ اَكْبَرُ
(berbarengan dengan niat itu)
3.
Dilanjutkan dengan membaca
Al-Fatihah dan sunnah اَعُوْذُبِاللهِ, yaitu:
*
اَعُوْذُبِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
* بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ.
*
اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
*
اَلرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ.
*
مَـلِكِ يَوْمِ الدِّ يْنِ.
*
اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَ اِيَّا كَ نَسْتَعِيْنُ.
*
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ.
*
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ، غَيْرِالْمَغْضُوْبِ
عَلَيْهِمْ، وَلاَالضَّآلِّيْنَ.
*
آمِيْنْ.
Tidak Sunnah membaca Surah setelah Al-Fatihah.
4.
Takbir yang kedua: اَللهُ اَكْبَرُ
5.
Dilanjutkan dengan membaca Shalawat:
َللَّـهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ
وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَأَزْوَاجِهِ وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ.
وَبَارِكْ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْ لِكَ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ، وَعَلَى آلِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وُذُرِّيَّتِهِ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
6.
Takbir yang ketiga: اَللهُ اَكْبَرُ
7.
Dilanjutkan dengan do’a mayyit:
Bagi mayyit laki-laki adalah
sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
اغْفِرْلَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا
يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ
دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ
الْجَنَّةَ وَأًعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ النَّارِ.
Bagi mayyit perempuan adalah
sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ
اغْفِرْلَهَ وَارْحَمْهَ وَعَافِهَ وَاعْفُ عَنْهَ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهَ وَوَسِّعْ
مَدْخَلَهَ، وَاغْسِلْهَ بِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهَ مِنَ الْخَطَايَا
كَمَا يُنَقَّىالثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِ لَّهَ دَارًا
خَيْرًا مِنْ دَارِهَ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهَ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ
زَوْجِهَ، وَأَدْخِلْهَ الْجَنَّةَ وَأًعِذْهَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَ عَذَابِ
النَّارِ.
Artinya:
Ya Allah
Tuhanku, ampuni bagi mayyit ini dosanya dan berikan Rahmat padanya dan
sentosakannya dan maafkan padanya, dan mulyakan datangnya dan luaskan kuburnya
dan sucikan dia dengan embun dan dengan air dan dengan air barad, dan bersihkan
dia daripada segala dosa seperti dibersihkannya kain putih daripada segala
kotoran, dan gantikan baginya rumah yang terlebih baik dari rumahnya, dan
keluarga yang terlebih baik daripada keluarganya, dan Istri yang lebih baik
daripada istrinya (bagi wanita: dan perangai suami yang lebih baik dari
perangai suaminya didunia), dan masukkan dia ke dalam syurga dan jauhkan dia
dari siksa kubur dan siksa api neraka.
8.
Takbir yang ke Empat: اَللهُ اَكْبَرُ
9.
Dilanjutkan dengan ber do’a:
Bagi mayyit laki-laki adalah
sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهُ، وَلاَ تُفْتِنَّا
بَعْدَهُ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهُ.
Bagi mayyit perempuan adalah
sebagai berikut:
اَللَّـهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا اَجْرَهَ، وَلاَ تُفْتِنَّا
بَعْدَهَ، وَاغْفِرْلَنَا وَلَهَ.
Artinya:
Ya Allah
Tuhanku, janganlah luputkan kami akan pahalanya, dan janganlah fitnahkan kami
sesudahnya, dan ampuni kami dan baginya.
10.
Memberi salam 2 (dua) kali, yaitu:
اَلسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.(2×)
D. Menguburkan Mayyit:
Sekurang-kurangnya
Mengubur Mayyit adalah mengubur dalam satu lobang yang dapat menutup aroma bau
dan mencegahnya dari (korekan/galian) binatang-binatang buas.
Sunnahnya
bahwa dalamnya kubur itu sependirian ditambah satu hasta (setinggi orang dewasa
yang sedang berdiri sambil mengangkat/melambaikan tangannya).
Wajib
menghadapkan mayyit ke arah Kiblat, dan sunnah dibacakan Talqin dan do’a
wahabah, maka sekalian itu tersebut di dalam kitab “Maslikul Akhyar”
dengan segala artinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar