Pasal Ke enam
Air Suci Menyucikan
Artinya Air yang suci
menyucikan yaitu air yang belum pernah terkena najis dan yang belum Musta’mal
(dipakai untuk berwudhu).
Jikalau air itu sedikit
yaitu kurang dari 2 (dua) kullah, maka jika hendak bersuci daripadanya maka
jangan dikobok (dicelup) dalam menyuci atau mengambil air wudhu atau mandi,
melainkan dengan gayung.
Sebab jika dikobok
(dicelup) dengan barang yang ada najisnya kedalam air itu niscaya air itu
menjadi najis sekalipun tidak berubah rupanya atau rasanya atau baunya.
Adapun jika dimasukkan
tangan didalam air itu oleh yang mengambil wudhu, sesungguhnya membasuh mukanya
dengan tidak niat membasuh tangannya diluar tempat air itu, niscaya jadilah air
itu Musta’mal.
Adapun jikalau air yang
banyak, yaitu sekedar banyaknya tigaratus lima kati atau yang disebut dua qullah
(dalam ukuran liter +/- 216 liter atau perbandingan panjang x lebar x tingginya
=60 Cm x 60 Cm x 60 Cm), maka tidak menjadi suatu apa-apa jika dikobok
didalamnya, melainkan jika berubah air itu dengan najis maka jadilah air itu
najis.
Adapun apabila hilang
berubahnya itu maka jadilah air itu suci kembali.
Pasal Ke tujuh
Istinja’ dengan Air
Syarat Istinja’
(bersuci) dengan air ialah menghilangkan bau, rupa dan rasa dengan air yang
suci mensucikan, demikian pula syarat membasuh tiap-tiap najis yang pertengahan
(najis mutawassithah).
Pasal Ke delapan
Istinja’ dengan Batu
Syarat Istinja’
(bersuci) dengan batu atau seumpamanya seperti kayu, atau kain atau kertas
(tissu), maka syaratnya adalah Thahir dan kasat lagi bukan muhtaram
yakni bukan barang yang diharamkan pada Syara’ dan syaratnya juga jangan yang
sudah kering najisnya, dan wajib dengan 3 (tiga) kali sapunya.
Adapun afdhalnya adalah
istinja’ itu lebih dahulu dengan seumpama batu kemudian dibasuh dengan air.
Sunnat dibaca do’a
berikut ini apabila hendak masuk ke WC, sebelum masuk WC dibaca do’a:
بِسْمِ اللهِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ
الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.
Artinya:
Dengan Nama Allah wahai
Tuhanku, bahwa aku berlindung dengan Engkau daripada penggoda segala syaitan
laki-laki dan segala syaitan perempuan.
Dan sunnah pula dibaca
apabila keluar dari WC dengan mendahulukan kaki kanan, adapun ketika masuk maka
mendahulukan kaki kiri.
Inilah do’a yang dibaca sesudah keluar dari WC:
غُفْرَا
نَكَ الْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِ أَذْهَبَ عَنِّ الأَذَى وَعَافَانِىْ.
Artinya:
Hamba harap ampunan
Engkau, segala Puji bagi Allah Tuhan yang melakukan daripadaku segala penyakit
dan ‘afiatkan daku.
Kemudian sunnah dibaca
do’a berikut ini jika selesai daripada istinja’ diluar WC, inilah do’a-nya:
اَللَّهُمَّ طَهِّرْ قَلْبِى مِنَ النِّفَاقِ وَحَصِّنْ فَرْجِى مِنَ
الْفَوَاحِشِ.
Artinya:
Wahai Tuhanku, sucikan
hatiku daripada munafiq dan peliharakanlah kemaluanku daripada perbuatan yang
keji-keji.
Pasal Ke sembilan
Rukun Air Wudhu
Perihal rukun air wudhu yaitu 6 (enam) perkara:
1.
Niat didalam hati diwaktu
membasuh muka, seperti “aku mengambil fardhu air wudhu” atau “aku
mengangkat hadash yang kecil”.
2.
Membasuh muka.
3.
Membasuh kedua tangan sampai
sikunya.
4.
Menyapu (kulit) kepala dengan air
sekalipun sedikit.
5.
Membasuh kedua kaki hingga mata
kakinya.
6.
Tertib, yaitu beraturan membasuh
anggota yang tersebut satu persatunya.
Adapun sunnah dalam berwudhu diawali dengan
membaca بسم الله
الرّحمن الرّحيم bersugi (bersikat gigi), kumur-kumur,
memasukkan air ke hidung, dan sunnah membasuh maupun menyapu semua anggota
wudhu dengan basuhan atau sapuan sebanyak tiga kali, mendahulukan yang kanan
atas yang kiri, serta menghadap kiblat. Dan sunnah menyapu semua (kulit) kepala
seluruhnya dengan air.
Sunnah pula membaca do’a
berikut ini jika selesai daripada mengambil air wudhu sambil menengadahkan muka
ke atas serta mengangkat kedua tangannya, inilah do’a-nya:
أَشْهَدُ أَنْ لآَ إِلَـهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَ أَشْهَدُ
أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِىْ مِنَ التَّوَّابِيْنَ، وَاجْعَلْنِىْ مِنَ
الْمُتَطَهِّرِيْنَ، سُبْحَانَكَ اَللَّهُمَ وَبِحَمْدِكَ، اَشْهَدُاَنْ لآَ إِلَـهَ
اِلاَّ اَنْتَ اَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ.
Artinya:
Aku ketahui dengan ikrar
bahwasanya tiada Tuhan yang disembah hanya Allah Yang Esa, tiada sekutu
bagi-Nya. Dan aku ketahui dengan ikrar bahwasanya Nabi Muhammad hamba Allah dan
Utusan-Nya.
Wahai Tuhanku jadikanlah
aku daripada orang yang bertaubat dan jadikanlah aku daripada orang yang
bersuci, Mahasuci Engkau wahai Tuhanku dan segala Puji bagi Engkau, aku ketahui
dengan ikrar bahwasanya tiada Tuhan yang disembah dengan sebenar-benarnya hanya
Engkau, aku mohon ampun kepada Engkau dan aku bertobat kepada Engkau.
Pasal Ke sepuluh
Mandi Hadash
Jika mendapat hadash
besar daripada jima’ (berhubungan suami istri) atau keluar mani, atau
selesai daripada haid (mens) atau nifash
(wanita sehabis melahirkan), maka diwajibkan mandi atas sekalian badan dengan
dua rukun, yaitu:
1. Niat
didalam hati diwaktu permulaan mandi, seumpama berkata dalam hatinya “aku
mengangkat hadash besar daripada sekalian badan” atau “aku niat mandi
fardhu”.
2. Membasuh
sekalian badan.
Adapun sunnah dalam mandi bermula daripada itu mendahulukan membasuh
najis yang dibadan dan membasuh segala kotoran yang dibadan.
Sunnah membaca بِسْـمِ اللهِ الرَّحْمَـنِ الرَّحِيْمِ di permulaan mandi dan
mendahulukan mengambil air wudhu, menghadap kiblat, membasuh badan sebanyak
tiga kali, serta membaca do’a setelah selesai daripada mandi yaitu do’a seperti
selesai mengambil air wudhu yang tersebut di atas.
Pasal Ke sebelas
Syarat Air Wudhu & Mandi
Hadash
Syarat Air Wudhu dan
Syarat Mandi Hadash yaitu 8 perkara, yaitu:
1.
Beragama Islam
2.
Tamyiz, yakni sudah bisa olehnya
membedakan mana barang yang suci daripada barang yang keji (najis) dan bisa melakukan
makan dan minum sendiri.
3.
Suci daripada haid dan nifash.
4.
Bahwa tiada ada yang mencegah air
kepada anggota seumpama lilin atau getah atau sisik ikan (atau tato, cat dsb).
5.
Mengetahui akan segala
Fardhu-nya.
6.
Jangan meng-I’tiqad-kan
(berkeyakinan) bahwa sesuatu daripada segala fardhu-nya itu adalah sunnah.
7.
Dengan menggunakan air yang suci
dan menyucikan.
8.
Jangan ada didalam anggota
badannya barang yang merubahkan air (baik merubah rupa, warna, rasa, maupun
bau)
Adapun jikalau orang yang
mengambil air wudhu itu memiliki hadash daim yakni senantiasa keluar air
kencing atau darah (pada kemaluan depan maupun belakang), maka ditambah
syaratnya yaitu (mengambil air wudhunya) sudah masuk waktu dan segera
(melakukan shalatnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar