Ibadah Hajji
dan Umrah adalah wajib bagi setiap orang yang mukallaf (Islam dan Dewasa) dan
mustati’ yakni mampu untuk melaksanakan keduanya itu, dalam seumur hidupnya
satu kali.
Maksudnya mampu disini yaitu ;
1.
Memiliki biaya untuk
pergi ke Mekkah dan biaya hidup disana serta memiliki biaya yang cukup untuk
pulang kembali ke negerinya.
2.
Biaya yang dipakai
itu bukan dari hutang.
3.
Ada nafkah yang cukup
untuk keluarganya yang ditinggalkan selama ia pergi hingga sekembalinya.
4.
Kuasa untuk melakukan
perjalanan ke Mekkah.
5.
Tidak ada halangan
besar pada perjalanannya itu (mis.ada perang teluk dsb).
Jika lengkap
syarat-syarat tersebut, maka itu dinamakan mustati’ dan wajiblah atasnya untuk
pergi melakukan ibadah itu.
Adapun jika
tidak lengkap padanya akan syarat-syarat yang tersebut, maka tidaklah wajib
atasnya melakukan Ibadah Hajji dan Umrah, malahan kepadanya akan menjadi dosa
jika ia melakukan kesusahan atas dirinya dan keluarganya, misalnya seperti
menanggung hutang atau menyusahkan keluarganya yang ditinggalkan karena
kekurangan nafkah.
Ibadah Hajji Bagi
Seorang Perempuan:
Jikalau yang
hendak melakukan Ibadah Hajji itu perempuan maka dibutuhkan biaya yang lebih
besar, karena harus menyewa kamar atau pemondokan yang tidak dapat bercampur
dengan laki-laki ijnabi, dan mesti ada mahramnya (orang yang tidak haram
atasnya) atau bersama-sama dengan suaminya menunaikan Ibadah Hajji itu.
Maka apabila
tidak dengan sebagaimana yang tersebut diatas, Haram hukumnya seorang perempuan
menunaikan Ibadah Hajji itu, apalagi jika sampai meninggalkan Shalat (sama saja
laki-laki atau perempuan), maka adalah rugi yang teramat besar.
Berkata
sebahagian besar ulama bahwa, Pahala seribu kali Ibadah Hajji tidak akan cukup
untuk menutupi dosa meninggalkan satu Shalat Fardhu.
Adapun prihal
segala amalan-amalan Ibadah Hajji dan Umrah, baik itu rukun-rukun dan
syarat-syaratnya serta tata cara berziarah ke makam Rasullullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, dan perihal qiblat dan segala Shalat Qashar Jama’, maka
sekalian yang demikian itu telah diuraikan di dalam kitab Manasik Hajji, yang
kami buat beserta segala do’a-do’a yang ada di dalamnya secara lengkap dan
sempurna.
Maka tidak dijelaskan yang demikian
itu pada kitab ini.
Idh-hiyyah atau Qurban
Idh-hiyyah
atau yang biasa disebut qurban hukumnya Sunnah Muakkadah (sunnah-sunnah yang
dianjurkan), waktunya adalah dari setelah selesai Shalat Idhul Adha hingga
tanggal 13 bulan Zulhijjah.
Binatang yang Sah dibuat idh-hiyyah
(qurban) adalah:
1.
Unta, Sah dibuat
Idh-hiyyah unta yang telah berumur 5 tahun atau lebih.
2.
Lembu (sapi) atau
kerbau; Sah dibuat Idh-hiyyah yang telah berumur 2 tahun atau lebih.
3.
Kambing; Jika kambing
ma’jun atau kambing jawa yang telah berumur 2 tahun atau lebih.
Jika kambing Kibas atau do’an maka yang telah berumur 1 tahun atau lebih.
Jika kambing itu sudah kupak (sudah bertumbuh gigi dengan lengkap) walaupun
belum cukup umurnya 1 tahun maka sah dibuat idh-hiyyah.
Syarat-syarat binatang/hewan yang di
jadikan idh-hiyyah:
1.
Janganlah binatang
itu terlalu kurus.
2.
Jangan yang kuring
atau ompong sekalian giginya.
3.
Jangan yang terpotong
kupingnya atau ekornya atau buta matanya atau bermata sebelah.
Keafdhalan hewan yang di jadikan
idh-hiyyah adalah sbb:
1.
Jenis hewannya yang
paling afdhal adalah Unta, kemudian Lembu (sapi) atau kerbau, Kambing Kibas,
Kambing Jawa
2.
Warna bulu atau kulit
binatang yang dijadikan idh-hiyyah afdhalnya adalah berbulu putih, kemudian
berbulu kuning, berbulu Dauk (abu-abu), berbulu merah, berbulu belang (campur)
dan berbulu hitam
3.
Bertanduk lebih afdhal
daripada yang tidak bertanduk.
4.
Jenis kelaminnya,
lebih afdhal jantan daripada betina.
Adapun seekor
daripada Unta, lembu (sapi) atau Kerbau, maka boleh untuk Idh-hiyyah sendiri
(seorang) atau boleh juga untuk 7 orang, sedangkan seekor kambing hanya
diperbolehkan untuk satu orang.
Wajib niat
pada saat menyembelih hewan, dan sunnahnya berlafaz: “sahajaku membuat
sunnah idh-hiyyah” bagiku atau bagi si fulan jika ia wakil daripadanya.
Dan sunnah
membaca do’a dibawah ini pada saat menyembelih hewan:
بِسْـمِ اللهِ، اَللهُ أَكْبَرُ، أَللَّهُـمَّ هَذَا مِنْكَ
وَإِلَيْكَ فَتَقَبَّلَهَا مِنِّى يَا كَرِيْمُ.
Artinya:
Dengan Nama
Allah, Allah yang Maha Besar.
Ya Allah Tuhanku, ini qurban daripada Engkau dan kembali pada Engkau
maka kabulkanlah wahai Tuhan yang Maha Murah.
Dan wajib
memberi sedekah sedikit daging daripada idh-hiyyah itu daging yang mentah, dan
tidak boleh dijual akan sesuatu daripadanya sekalipun kulitnya.
Sunnah membagi daging itu menjadi 3
bagian, dimana:
1.
satu bagian di
sedekahkan kepada fakir miskin.
2.
satu bagian untuk
dihadiahkan kepada sahabat dan handai taulan
3.
satu bagian lagi
untuk makan keluarganya.
Perihal Sunnah
‘Aqiqah
Sunnah
hukumnya bilamana seorang ayah membuat ‘Aqiqah bagi anaknya pada lingkup waktu
antara anaknya itu berumur 60 hari dari semenjak anak tersebut dilahirkan.
Juga sunnah
bagi seorang ayah membuat ‘Aqiqah itu dari semenjak anaknya dilahirkan hingga
anak itu balligh.
Jika Ayahnya
tidak mampu untuk meng-‘aqiqahkan anaknya, maka sunnah bagi ibunya
membuatkannya jika ia mampu, atau orang lain yang melakukannya dengan seizin
ayah atau ibunya.
Hewan yang
sah dibuat ‘Aqiqah sama halnya dengan hewan yang sah dibuat ‘Idh-hiyyah. Dengan
segala syarat-syaratnya, wajibnya dan sunnah-sunnahnya.
Afdhalnya
menyembelih hewan ‘Aqiqah adalah pada hari ke 7 (tujuh) dari anak tersebut
dilahirkan, jika tidak maka pada hari yang ke 14 (empatbelas), jika tidak maka
pada hari ke 21 (duapuluh satu).
Sunnah-sunnah dalam ‘Aqiqah:
1.
Sunnah mencukur
rambut bayi itu pada hari menyembelih hewan ‘aqiqah.
2.
Sunnah menimbang
rambut bayi itu, dan berat rambutnya di nilai dengan emas atau perak, dan
senilai emas atau perak itu disedekahkan kepada fakir miskin.
3.
Sunnah memberi nama
akan bayi itu dengan nama yang baik, maka afdholnya jika laki-laki menggunakan
nama: Abdullah, Abdul Rahman atau seumpamanya. Muhammad, Ahmad atau
seumpamanya. Maka yang tersebut itu lebih afdhal dari lainnya.
4.
Sunnah di cicipkan
pada lidah bayi itu dengan sedikit kurma atau lainnya yang manis-manis.
5.
Sunnah diberikan akan
paha belakang daripada kambing ‘aqiqah itu kepada dukun beranak yang membantu.
6.
Sunnah dimasak daging
‘Aqiqah itu dengan campuran sedikit gula dan dihadiahkan kepada fakir miskin
dan kepada sahabat serta handai taulan dan buat makan di rumah. Ulama
mengatakan campuran manis itu akan menjadi manis juga perangai anak itu, yakni
menjadi baik budi bahasanya dengan taqdir Allah Ta’ala.
Penutup
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَىسَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَاصَّحْابِهِ اَجْمَعِيْنَ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ،
وَالسَّلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Di bawah ini
adalah do’a dan tasbih yang dinaqol dari kitab “maslikul akhyar”, maka
hendaklah dibaca bila hendak mengaji (menuntut ilmu) ilmu syar’I, Insya Allah
faedahnya lekas dapat dan faham:
اَللَّـهُمَّ افْتَحْ لَنَاحِكْمَتَكَ وَانْشُرْ عَلَيْنَا
رَحْمَتَكَ يَا ذَالْجَلاَ لِ وَ اْلإِكْرَامِ.
Artinya:
Ya Allah
Tuhanku, bukakan bagi kami Ilmu daripada Engkau, dan hamburkan atas kami wahai
yang mempunyai Kebesaran dan Kemulyaan.
Dibawah ini
tasbihnya, maka hendaklah dibaca setiap habis mengaji, Insya Allah faedahnya
apa yang sudah di dapat maka tidak akan lupa dan yang belum dapat akan lebih
mudah untuk mendapatkannya:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ ِللهِ وَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ
اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
عَدَدَ كُلِّ حَرْفٍٍ كُتِبَ أَوْ يُكْتَبَ اَبَدَ اْلآبِدِيْنَ
وَ دَهْرَءَ الدَاهِرِيْنَ
Artinya:
Mahasuci Allah dan
segala Puji bagi Allah dan tiada Tuhan yang disembah hanya Allah dan Tuhan yang
Maha Besar, sebilangan tiap-tiap huruf telah tertulis atau lagi akan tertulis
selama-lamanya, artinya bertahun-tahun lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar