Jumat, 26 September 2014

HIRARKI KEWALIAN



Gambar Illustrasi

 Syaikhul Akbar Ibnu Arabi Rahimahullah Ta’ala Anhu dalam kitab Futuhatul Makkiyah membuat klasifikasi tingkatan wali dan kedudukannya. Jumlah mereka sangat banyak, ada yang terbatas dan yang tidak terbatas. Sedikitnya terdapat 9 tingkatan, secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut :

Wali Aqthab atau Wali Quthub
Wali yang sangat paripurna. Ia memimpin dan menguasai wali di seluruh alam semesta. Jumlahnya hanya seorang setiap masa. Jika wali ini wafat, maka Wali Quthub lainnya yang menggantikan. Wali Quthub ini memiliki gelar Abdullah.

Wali Aimmah
Pembantu Wali Quthub. Posisi mereka menggantikan Wali Quthub jika wafat. Jumlahnya dua orang dalam setiap masa. Seorang bernama Abdur Robbi, bertugas menyaksikan alam malakut. Dan lainnya bernama Abdul Malik, bertugas menyaksikan alam malaikat.

Wali Autad
Jumlahnya empat orang. Berada di empat wilayah penjuru mata angin, yang masing-masing menguasai wilayahnya. Pusat wilayah berada di Ka’bah. Kadang dalam Wali Autad terdapat juga wanita. Mereka bergelar Abdul Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qadir dan Abdu Murid.

Wali Abdal
Abdal berarti pengganti. Dinamakan demikian karena jika meninggal di suatu tempat, mereka menunjuk penggantinya. Jumlah Wali Abdal sebanyak tujuh orang, yang menguasai ketujuh iklim. Pengarang kitab Futuhatul Makkiyah dan Fushus Hikam yang terkenal itu, mengaku pernah melihat dan bergaul baik dengan ke tujuh Wali Abdal di Makkatul Mukarramah. 
Pada tahun 586 di Spanyol, Ibnu Arabi bertemu Wali Abdal bernama Musa al-Baidarani. Abdul Madjid bin Salamah sahabat Ibnu Arabi pernah bertemu Wali Abdal bernama Mu’az bin al-Asyrash. Beliau kemudian menanyakan bagaimana cara mencapai kedudukan Wali Abdal. Ia menjawab dengan lapar, tidak tidur dimalam hari, banyak diam dan mengasingkan diri dari keramaian.

Wali Nuqoba’
Jumlah mereka sebanyak 12 orang dalam setiap masa. Allah memahamkan mereka tentang hukum syariat. Dengan demikian mereka akan segera menyadari terhadap semua tipuan hawa nafsu dan iblis. Jika Wali Nuqoba’ melihat bekas telapak kaki seseorang diatas tanah, mereka mengetahui apakah jejak orang alim atau bodoh, orang baik atau tidak.

Wali Nujaba’
Jumlahnya mereka sebanyak 8 orang dalam setiap masa.

Wali Hawariyyun
Berasal dari kata hawari, yang berarti pembela. Ia adalah orang yang membela agama Allah, baik dengan argumen maupun senjata. Pada zaman nabi Muhammad SAW sebagai Hawari adalah Zubair bin Awam sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadits. Allah menganugerahkan kepada Wali Hawariyyun ilmu pengetahuan, keberanian dan ketekunan dalam beribadah.

Wali Rajabiyyun
Dinamakan demikian, karena karomahnya muncul selalu dalam bulan Rajab. Jumlah mereka sebanyak 40 orang. Terdapat di berbagai negara dan antara mereka saling mengenal. Wali Rajabiyyun dapat mengetahui batin seseorang. Wali ini setiap awal bulan Rajab, badannya terasa berat bagaikan terhimpit langit. Mereka berbaring diatas ranjang dengan tubuh kaku tak bergerak. Bahkan, akan terlihat kedua pelupuk matanya tidak berkedip hingga sore hari. Keesokan harinya perasaan seperti itu baru berkurang. Pada hari ketiga, mereka menyaksikan peristiwa ghaib. 
Berbagai rahasia kebesaran Allah tersingkap, padahal mereka masih tetap berbaring diatas ranjang. Keadaan Wali Rajabiyyun tetap demikian, sesudah 3 hari baru bisa berbicara. 
Apabila bulan Rajab berakhir, bagaikan terlepas dari ikatan lalu bangun. Ia akan kembali ke posisinya semula. Jika mereka seorang pedagang, maka akan kembali ke pekerjaannya sehari-hari sebagai pedagang.

Wali Khatam
Khatam berarti penutup. Jumlahnya hanya seorang dalam setiap masa. Wali Khatam bertugas menguasai dan mengurus wilayah kekuasaan ummat nabi Muhammad SAW.

MISTERI KEBERADAAN ATLANTIS, NABI NUH DAN INDONESIA



Misteri Atlantis, Nabi Nuh dan Indonesia. Begitulah menurut Profesor Arysio Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Ini adalah kesimpulan setelah meneliti selama 30 tahun. Sebuah waktu yang tidak sebentar hingga memunculkan kata akhir ini.

Dengan beberapa dugaan kuat, kaitan Atlantis dengan Indonesia yang menurut Prof. A. Santos, Indonesia memenuhi semua dari 53 ciri-cirinya. Selain itu kemungkinan besar juga erat kaitannya dengan peristiwa banjir besar yang terjadi pada masa kenabian Nabi Nuh.

Mengapa sampai kepada dugaan itu ? Apa yang bisa mengarahkan ke sana ?

Prof. A. Santos sendiri dalam bukunya memang tidak menyebutkan kaitan Nabi Nuh dengan Atlantis maupun Indonesia. Bahkan ia nyaris tidak menyinggung Nuh sama sekali. Apalagi yang dibahas dalam buku tersebut lebih banyak merujuk kepada mitologi Yunani, Romawi, Inca Maya Aztec, serta mengkaji dari literatur kitab suci agama Hindu. Adapun kitab Injil, dan rujukan Yahudi berupa Talmud hanya dibahas sedikit, tetapi tidak membahas sama sekali dari Al-Qur’an.

Kembali ke Al-Qur’an, yang memang ada beberapa kali membahas tentang peristiwa Nabi Nuh ini, memang tidak disebutkan penyebab mengapa air bisa naik, banjir plus hujan yang bahkan saking tingginya hingga menyebabkan gunung-gunungpun tersapu air dan tidak bisa dijadikan tempat untuk berlindung.

Melalui pemaparan Prof. A. Santos, disebutkan bahwa peristiwa tenggelamnya benua Atlantis berlangsung sekitar 11600 tahun yang lalu. Peristiwa ini selain menyebabkan Atlantis lenyap, juga membinasakan sekitar 20 juta penduduknya yang saat itu sudah dalam kebudayaan yang modern. Adapun untuk penduduk yang masih bisa selamat, menyelamatkan diri menggunakan perahu. Peristiwa migrasi dengan perahu ini juga digambarkan dalam simbol-simbol suku Mesir kuno, Inca Maya Aztec dan beberapa tradisi kuno.

Karena besarnya peristiwa ini, zaman es pleistosen yang saat itu terjadi selama beberapa ribu tahun menjadi berakhir. Es yang selama itu melingkupi mayoritas permukaan bumi mencair karena tertutup abu. Abu hasil letusan pilar Herkules yang setelah diteliti lebih lanjut secara literal, khususnya karya Plato, menurut Prof. A. Santos adalah gunung Krakatau purba. Adapun pilar Herkules yang lainnya adalah gunung Dempo.

Dahsyatnya letusan Krakatau ini memutuskan pulau Jawa dan Sumatera, meluapkan air yang berada di dekatnya ke angkasa sehingga menimbulkan hujan besar dan badai, menimbulkan tsunami, mencairkan es, dan menaikkan permukaan air laut hingga 200 meter. Akibat langsungnya Atlantis tenggelam sekitar 150-200 meter.

Jika dalam Al-Qur’an, peristiwa nabi Nuh ini disebutkan sebagai ayat atau pertanda untuk semesta alam.

Mungkin sedikit pemaparan ringkas ini kurang pas dan tidak bisa dipahami. Sehingga ada baiknya bila membaca sendiri buku setebal enam ratusan halaman tersebut, serta membandingkan dengan isi Al-Qur’an tentang peristiwa Nabi Nuh tersebut.

Beberapa ciri yang disebutkan oleh Prof. A. Santos dari literatur tulisan Plato adalah  Atlantis berada di wilayah tropis dengan suhu hangat, panen padi-padian dua kali setahun, tanahnya sangat subur. Adapun bukti bahwa tenggelamnya hanya di kisaran 200 meter, diyakini oleh Prof. A. Santos dari peta Bathymetri Indonesia yang memiliki perairan dangkal di sekitar pulau-pulaunya khususnya Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.

Keyakinan Prof. A. Santos akan Indonesia sebagai Atlantis ini menguat setelah terjadinya tsunami besar yang melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu. Sayangnya, sebelum ia sempat berkunjung ke Indonesia, keburu meninggal di pertengahan tahun 2005. Untuk membuktikan klaim ini, Prof. A. Santos menyarankan agar melakukan penelitian bawah laut di kedalaman 150-200 meter di perairan Indonesia, khususnya di lautan Jawa.

Bila memang pada akhirnya terbukti Atlantis adalah Indonesia, menurut Prof. A. Santos ini akan mematahkan klaim dunia Barat khususnya Eropa bahwa segala kebudayaan dan kemajuan berasal dari sana. Juga mematahkan teori tumbukan meteor yang menghantam bumi sehingga mengakibatkan terjadinya awal zaman es (padahal Gunung Toba meletus 75 ribu tahun silam), serta menyebabkan zaman es berakhir (padahal Gunung Krakatau yang meletus).

Dengan demikian teori-teori yang berlaku di dunia pendidikan harus segera direvisi, bahkan termasuk teori evolusi yang diangkat oleh Darwin ditentang habis-habisan oleh Prof. A. Santos. Ia juga menyayangkan terpisahnya kajian dunia agama dengan dunia pengetahuan, padahal erat kaitannya.

Keterangan lebih lanjut, silahkan kunjungi website resmi Prof. A. Santos : www.atlan.org