Beliau adalah Al-Imam Ahmad bin Isa Ar-Rumi bin
Muhammad An-Naqib bin Ali Al-‘Uraidhi bin Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad
Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Fatimah Az-Zahro binti Rasulullah
Muhammad SAW. Beliau adalah seorang yang tinggi di dalam keutamaan, kebaikan,
kemuliaan, akhlak dan budi pekertinya. Beliau juga seorang yang sangat dermawan
dan pemurah.
Beliau berasal dari negara Irak, tepatnya di kota Basrah. Ketika
beliau mencapai kesempurnaan di dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah,
bersinarlah mata batinnya dan memancarlah cahaya kewaliannya, sehingga
tersingkaplah padanya hakekat kehidupan dunia dan akherat, mana hal-hal yang
bersifat baik dan buruk.
Beliau di Irak adalah seorang yang mempunyai
kedudukan yang tinggi dan kehidupan yang makmur. Akan tetapi ketika beliau
mulai melihat tanda-tanda menyebarnya racun hawa nafsu disana, beliau lebih
mementingkan keselamatan agamanya dan kelezatan untuk tetap beribadah menghadap
Allah SWT. Beliau mulai menjauhi itu semua dan membulatkan tekadnya untuk
berhijrah, dengan niat mengikuti perintah Allah, “Bersegeralah kalian lari
kepada Allah…”
Adapun sebab-sebab kenapa beliau memutuskan
untuk berhijrah dan menyelamatkan agamanya dan keluarganya, dikarenakan
tersebarnya para ahlul bid’ah dan munculnya gangguan kepada para Alawiyyin,
serta begitu sengitnya intimidasi yang datang kepada mereka. Pada saat itu
muncul sekumpulan manusia-manusia bengis yang suka membunuh dan menganiaya.
Mereka menguasai kota
Basrah dan daerah-daerah sekitarnya. Mereka membunuh dengan sadis para kaum
muslimin. Mereka juga mencela kaum perempuan muslimin dan menghargainya dengan
harga 2 dirham. Mereka pernah membunuh sekitar 300.000 jiwa dalam waktu satu
hari. Ash-Shuly menceritakan tentang hal ini bahwa jumlah total kaum muslimin
yang terbunuh pada saat itu adalah sebanyak 1.500.000 jiwa.
Pemimpin besar mereka adalah seorang yang pandir
dengan mengaku bahwa dirinya adalah Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Ali bin Isa
bin Zainal Abidin, padahal nasab itu tidak ada. Ia suka mencaci Ustman, Ali,
Thalhah, Zubair, Aisyah dan Muawiyah. Ini termasuk salah satu golongan dalam
Khawarij.
Karena sebab-sebab itu, Al-Imam Ahmad memutuskan
untuk berhijrah. Kemudian pada tahun 317 H, berhijrahlah beliau bersama
keluarga dan kerabatnya dari Basrah menuju ke Madinah. Termasuk di dalam
rombongan tersebut adalah putra beliau yang bernama Ubaidillah dan
anak-anaknya, yaitu Alwi (kakek keluarga Ba’alawy), Bashri (kakek keluarga
Bashri), dan Jadid (kakek keluarga Jadid). Mereka semua adalah orang-orang
sunni, ulama yang mengamalkan ilmunya, orang-orang sufi dan sholeh. Termasuk
juga yang ikut dalam rombongan beliau adalah para budak dan pembantu beliau,
serta termasuk didalamnya adalah kakek dari keluarga Al-Ahdal. Dan juga ikut
diantaranya adalah kakek keluarga Bani Qadim (Bani Ahdal dan Qadim adalah
termasuk keturunan dari paman-paman beliau).
Pada tahun ke-2 hijrahnya beliau, beliau
menunaikan ibadah haji beserta orang-orang yang ikut hijrah bersamanya.
Kemudian setelah itu, beliau melanjutkan perjalanan hijrahnya menuju ke
Hadramaut. Masuklah beliau ke daerah Hajrain dan menetap disana untuk beberapa
lama. Setelah itu beliau melanjutkan ke desa Jusyair. Tak lama disana, beliau
lalu melanjutkan kembali perjalanannya dan akhirnya sampailah di daerah
Husaisah (nama desa yang berlembah dekat Tarim). Akhirnya beliau memutuskan
untuk menetap disana.
Semenjak beliau menetap disana, mulai
terkenallah daerah tersebut. Disana beliau mulai menyebarkan-luaskan As-Sunnah.
Banyak orang disana yang insyaf dan kembali kepada As-Sunnah berkat beliau.
Beliau berhasil menyelamatkan keturunannya dari fitnah jaman.
Masuknya beliau ke Hadramaut dan menetap disana
banyak mendatangkan jasa besar. Sehingga berkata seorang ulama besar, Al-Imam
Fadhl bin Abdullah bin Fadhl, “Keluar dari mulutku ungkapan segala puji kepada
Allah. Barangsiapa yang tidak menaruh rasa husnudz dzon kepada keluarga
Ba’alawy, maka tidak ada kebaikan padanya.” Hadramaut menjadi mulia berkat
keberadaan beliau dan keturunannya disana. Sulthanah binti Ali Az-Zabiidy
(semoga Allah merahmatinya) telah bermimpi bertemu Rasulullah SAW, dimana di
mimpi tersebut Rasulullah SAW masuk ke dalam kediaman salah seorang Saadah
Ba’alawy, sambil berkata, “Ini rumah orang-orang tercinta. Ini rumah
orang-orang tercinta.”
Radhiyallohu anhu wa ardhah…
[Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub
Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba'alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain
Alhabsyi Ba'alawy]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar