Pasal Ke 36
Shalat Qashar dan Jama’
Arti Qashar
adalah: Mengurangi 2 (dua) raka’at daripada shalat (yang empat raka’at) seperti
Shalat Zhuhur, Ashar dan Isya’.
Arti Jama’
adalah: menggabungkan dua shalat fardhu didalam satu waktu.
Syarat-syarat Qashar 7 perkara:
1.
Mengetahui akan harusnya bagi
orang yang berlayar (musafir/bepergian) yang perjalanannya itu berjarak dua marhalah
yaitu perjalanan 90 pal (kilometer).
2.
Jangan kurang kadar jarak
pelayarannya itu dari yang ditentukan diatas itu.
3.
Pelayarannya itu bukan dengan
maksud maksiat (piknik maksiat misalnya mau nonton bola)
4.
Qasadnya (tempat yang akan
dituju) pada tempat yang sudah ditentukan sebelumnya.
5.
Niat Qashar di dalam takbiratul
ihram.
6.
Jangan mengikuti imam yang sedang
shalat tamam (shalat yang lengkap/biasa).
7.
Senantiasa pelayarannya itu
hingga akhir shalat.
Arti Jama’ Taqdim
yaitu: mendahulukankan Shalat Asyar diwaktu Zhuhur atau mendahulukankan Shalat
Isya’ diwaktu Maghrib.
Maka syaratnya ada 4 perkara:
1.
Mendahulukan shalat Zhuhur baru
kemudian Asyar atau mendahulukan shalat Maghrib baru kemudian Isya’.
2.
Niat Jama’ di dalam shalat yang
didahulukan itu (didalam shalat Zhuhur atau shalat Maghrib), dengan mengatakan
di dalam hatinya saja: “sahjaku menjama’ shalat Ashar di waktu Zhuhur”
atau “sahjaku menjama’ shalat Isya diwaktu Maghrib”.
3.
Segera melakukan shalat antara
keduanya (maksudnya setelah salam shalat Zhuhur langsung takbiratul ihram lagi
untuk shalat Ashar)
4.
Senantiasa pelayarannya
(perjalanannya) itu hingga habis waktu untuk takbiratul ihram shalat yang kedua
(shalat Ashar atau Isya’).
Arti Jama’ Ta’khir
yaitu: menta’khirkan shalat Zhuhur di waktu Asyar atau menta’khirkan shalat
Maghrib di waktu Isya’.
Maka syaratnya ada 2 perkara:
1.
Niat menta’khirkan diwaktu yang
awal (misalnya di waktu Zhuhur tetapi diluar shalat atau di waktu Maghrib
tetapi diluar shalat) dan sunnah berlafaz akan niat itu sebagai berikut:
نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الظُّهْرِ إِلَى الْعَصْرِ.
Artinya: Aku niat
menta’khirkan Zhuhur kepada Ashar.
Atau:
نَوَيْتُ تَأْخِيْرَ الْمَغْرِبِ إِلَى الْعِشَآءِ
Artinya: Aku niat
menta’khirkan Maghrib kepada Isya’
2.
Senantiasa pelayarannya
(perjalanannya) itu hingga shalat yang kedua. (shalat Ashar atau Isya tetapi
cukup waktunya untuk melakukan shalat jama’ tersebut).
Pasal Ke 37
Shalat Jum’at
Bahwasanya Shalat Jum’at
itu adalah Fardhu ‘Ain (fardhu yang diwajibkan kepada perorangan) atas
tiap-tiap laki-laki yang balligh, merdeka dan mukim (bertempat tinggal).
Pahala mengerjakan Shalat
Jum’at itu sangat terlalu besar, dan dosa bagi yang meninggalkan Shalat
Jum’at-pun sangat terlalu besar. Bahkan jikalau berturut-turut meninggalkan
Shalat Jum’at 3 (tiga) kali dengan tiada uzur (sebab) maka menjadikan orang
tersebut Munafik (keluar dari Islam).
Jika suatu dusun
(kampung) mudah berkumpul orang-orangnya di dalam satu Masjid maka tidak boleh
beberapa Masjid yang mengadakan Shalat Jum’at (satu Masjid saja).
Tetapi jika sukar untuk
mengumpulkan dalam satu Masjid, maka boleh dua Masjid dan jika tidak dapat dua
Masjid maka boleh tiga Masjid. Jadi bilamana harus beberapa Masjid dijadikan
Shalat Jum’at itu dikarenakan uzur tidak muat atau terlalu jauh sehingga
menjadi musyaqqat (darurat) maka diperbolehkan.
Adapun bilamana
orang-orang dalam suatu dusun (kampung) tidak cukup 40 (empat puluh) orang,
maka jikalau dapat terdengar azan Shalat Jum’at dari tempat Shalat Jum’at yang
cukup 40 (empat puluh) orangnya, wajib atas orang-orang di dusun (kampung) yang
kekurangan itu datang ber-Shalat Jum’at ketempat yang cukup itu.
Tetapi bilamana tidak
dapat terdengar azan Shalat Jum’at dari tempat Shalat Jum’at yang cukup 40
(empat puluh) orang itu, maka afdhalnya mengerjakan Shalat Jum’at mengikut qaul
qadim bagi Imam Syafi’I yang telah dikuatkan oleh beberapa Ulama padanya,
tetapi dengan ihtiyath mengulang Shalat Zhuhur sehabis Shalat Jum’at .
Syarat-syarat Shalat Jum’at:
1.
Waktunya di dalam waktu Shalat
Zhuhur, maka tidak Shah jika diluar waktu Zhuhur.
2.
Tempat melakukan Shalat Jum’at
itu masuk pada bilangan Negeri Jum’at (suatu tempat dimana diperbolehkannya
mendirikan Shalat Jum’at).
3.
Wajib terlebih dahulu membaca Dua
Khutbah, dengan 5 (lima) rukun-rukunnya, yaitu:
a.
Mengucapkan اَلْحَمْدُ ِللهِ .
b.
Membaca Shalawat atas Nabi
Muhammad.
c.
Wasiat bit taqwa yakni memerintahkan
kepada jama’ah Shalat Jum’at untuk mengerjakan yang wajib-wajib dan mencegah
dari perbuatan yang haram.
(Ketiga-tiganya rukun ini
wajib dikerjakan di dalam Dua Khutbah itu.)
d.
Membaca satu ayat dari Al-qur’an
di dalam salah satu khutbah dari Dua Khutbah itu.
e.
Mendo’akan mu’minin dan mu’minat
(orang Islam yang laki-laki dan perempuan) pada khutbah yang ke dua dari Dua
Khutbah itu.
Sunnah-sunnah dalam ber-Shalat Jum’at:
1.
Mandi Sunnah Jum’at.
2.
Memakai pakaian yang berwarna
putih bersih dan wangi.
3.
Membaca Al-Qur’an Surah Al-Kahfi.
4.
Membaca Shalawat atas Nabi
Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam.
5.
Setelah Shalat Jum’at sebelum
berkata-kata dan sebelum berubah tempat duduknya maka sunnah membaca:
a.
Surah Al-Fatihah sebanyak tujuh
kali.
b.
Surah Al-Ikhlas sebanyak tujuh
kali.
c.
Surah An-Falaq sebanyak tujuh
kali.
d.
Surah An-Naas sebanyak tujuh
kali.
6.
Dilanjutkan dengan membaca do’a
dibawah ini:
اَلْحَمْدُ
ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللَّـهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ.
اَللَّـهُمَّ يَاغَنِيُّ
يَاحَمِيْدُ، يَامُبْدِئُ يَامُعِيْدُ، يَارَحِيْمُ يَاوَدَوْدُ.
أَغْنِنِىْ
بِحَلاَ لِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ، وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ
سِوَاكَ.
Artinya:
Segala Puji bagi Allah
seru sekalian alam.
Ya Allah Tuhanku, berikan
Rahmat atas Sayyidina Muhammad dan atas keluarga Sayyidina Muhammad.
Ya Allah Tuhanku, Engkau
yang Maha Kaya, Engkau yang Maha Terpuji, Engkau yang Maha Memulakan, Engkau
yang Mengulangkan, Engkau yang Maha Penyayang, Engkau yang sibuk memberi
pemberian kebajikan.
Kayakanlah aku dengan
yang Engkau halalkan, yang jauh daripada yang Engkau haramkan, dan kayakan aku
dengan membuat taat dan jauhkan aku daripada membuat maksiat, dan kayakan aku
dengan kelebihan Engkau pada lain daripada Engkau.
Pasal Ke 38
Pakaian yang Diharamkan
Bahwasanya haram hukumnya
bagi laki-laki memakai pakaian dari bahan sutra seluruhnya, atau pakaian yang
banyak mengandung sutra daripada benangnya menurut timbangannya.
Dan boleh bagi perempuan
dan bagi anak-anak yang belum balligh memakai sutra dan emas atau perak.
Adapun bagi laki-laki
yang sudah balligh maka haram atasnya memakai emas atau suwasa (emas dicampur
tembaga) atau perak atau ketiga-tiganya dari benda itu yang berupa/berbentuk
benang.
Melainkan yang
diperbolehkan yaitu berbentuk cincin perak yang sederhana besarnya.
Haram hukumnya baik bagi
laki-laki atau perempuan memakai bejana (barang-barang pecah belah, sendok,
dll) yang terbuat daripada emas atau perak atau suwasa, atau sepuhan yang tebal
dengan lapisan dari ketiga benda itu.
Sekalipun bejana itu
hanya untuk disimpan saja (dikoleksi) walaupun tidak dipakai tetap haram juga.
Pasal Ke 39
Shalat Idhul Fitri dan Idhul Adha
Shalat Idhul Fitri yakni
shalat hari raya Syawal (lebaran) dan Idhul Adha yakni shalat hari raya Haji,
sunnah melakukan Takbir Muthlaq yaitu dimulai dari waktu Maghrib pada malam
hari raya keduanya itu, hingga takbiratul ihram shalat Idh itu.
Lafazh takbir Muthlaq yang afdhal adalah sebagai
berikut:
اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ
اَكْبَرُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهِ وَللهُ
اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ. (3×)
اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا،
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّاَصِيْلاً. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ
نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّ يْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، وَصَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ اْلأَحْزَا بَ
وَحْدَهُ. لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهِ وَللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ
اَكْبَرُ وَ ِللهِ الْحَمْدُ.
Artinya:
Allah Maha Besar, Allah
Maha Besar, Allah Maha Besar, Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, Allah
yang Maha Besar, Allah yang Maha besar Yang Maha Terpuji.(3 kali)
Allah yang Maha Besar
Kebesarannya, segala puji bagi Allah akan pujian yang banyak, dan Mahasuci Allah
senantiasa pagi dan petang. Tiada Tuhan yang disembah selain Allah, dan tiada
kami sembah hanya pada-Nya, padahal kami berikhlas baginya kan agama Islam dan
sekalipun dibenci oleh sekalian orang yang kafir. Tiada Tuhan yang disembah
hanya Allah yang Maha Esa, maka benarlah janjinya, dan telah memenangkan
hambanya yakni Nabi Muhammad dan telah mengalahkan semua kaum kafir dengan
sendirinya. Tiada Tuhan yang disembah hanya Allah Tuhan yang Maha Besar, Tuhan
yang Maha Besar dan segala Puji bagi Allah.
Persamaan dan perbedaan
Ibadah sunnah yang dapat dilakukan pada Hari Raya Idhul Fitri dan Idhul Adha:
HARI RAYA IDHUL FITRI
|
HARI RAYA IDHUL ADHA
|
|
sunnah memperbanyak membaca takbir itu didalam
malam hari raya (malam takbiran) hingga takbiratul ihram shalat Iedh.
|
sunnah memperbanyak membaca takbir itu didalam
malam hari raya (malam takbiran) hingga takbiratul
ihram shalat Iedh.
|
|
Tidak ada Sunnahnya membaca Takbir setelah
Shalat Iedh
|
Bagi orang yang tidak sedang mengerjakan Ibadah
Haji, maka Sunnah memperbanyak membaca Takbir Muqayyad yaitu disunnahkan
setiap habis shalat fardhu, disunnahkan membaca takbir mulai sehabis shalat
Shubuh pada hari Arafah (9 Zulhijjah) hingga waktu Ashar di hari tgl 13
Zulhijjah
|
Bagi orang yang sedang mengerjakan Ibadah Haji
maka Sunnah memperbanyak membaca Takbir Muqayyad yaitu disunnahkan setiap
habis shalat fardhu, disunnahkan membaca takbir mulai waktu Zhuhur hari nahar
(10 Zulhijjah) sampai dengan waktu Shubuh di hari tanggal 13 Zulhijjah)
|
Sunnah bergadang dengan membuat segala ibadah
baik membaca Al-Qur’an maupun Takbir pada malam hari raya.
|
Sunnah bergadang dengan membuat segala ibadah
baik membaca Al-Qur’an maupun Takbir pada malam hari raya.
|
|
Sunnah mandi dan memakai pakaian yang paling
bagus dan yang halal pada pagi hari raya.
|
Sunnah mandi dan memakai pakaian yang paling
bagus dan yang halal pada pagi hari raya.
|
|
sunnah makan dahulu sebelum pergi shalat Iedh.
|
sunnah tidak makan dahulu sebelum shalat Iedh.
|
|
Waktunya shalat Iedh di hari raya adalah mulai
terbitnya Matahari sampai dengan masuknya waktu Shalat Zhuhur.
|
Waktunya shalat Iedh di hari raya adalah mulai
terbitnya Matahari sampai dengan masuknya waktu Shalat Zhuhur.
|
|
Sunnah mengucapkan kata pengganti dari qamatnya
dengan ucapan:
أَلصَّلاَةَ
جَامِعَةً.
Artinya: ini shalat sunnah berjama’ah.
|
Sunnah mengucapkan kata pengganti dari qamatnya
dengan ucapan:
أَلصَّلاَةَ
جَامِعَةً.
Artinya: ini shalat sunnah berjama’ah
|
|
Niat Shalat Idhul Fitri:
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الْفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Sahjaku shalat Idhul Fitri dua raka’at
lillahi ta’ala.
|
Niat Shalat Idhul adha:
اُصَلِّى سُنَّةً عِيْدِ الأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالَى.
Artinya: Sahjaku shalat Idhul Adha dua raka’at
lillahi ta’ala.
|
|
Sesudahnya takbiratul ihram di raka’at yang
pertama sesudahnya membaca do’a istiftah sebelumnya اَعُوْذُبِاللهِ
maka sunnah takbir lagi 7 (tujuh) kali, dan pada raka’at yang kedua sebelum
membaca اَعُوْذُبِاللهِ 5
(lima) kali takbir
|
Sesudahnya takbiratul ihram di raka’at yang
pertama sesudahnya membaca do’a istiftah sebelumnya اَعُوْذُبِاللهِ
maka sunnah takbir lagi 7 (tujuh) kali, dan pada raka’at yang kedua sebelum
membaca اَعُوْذُبِاللهِ 5 (lima) kali takbir.
|
|
sunnah membaca disela-sela takbir itu:
سُبْحَانَ اللهِ،
وَالْحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ.
|
sunnah membaca disela-sela takbir itu:
سُبْحَانَ اللهِ،
وَالْحَمْدُ ِللهِ، وَ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ.
|
|
selesai daripada shalat ‘iedh maka tidak
disunnatkan membaca takbir lagi melainkan membaca do’a saja, kemudian membaca
khutbah.
|
sunnah membaca takbir lagi sesudah shalat iedh
itu, yaitu takbir muqayyad
|
|
Dan sunnah dua khutbah sesudah iedh dengan
segala rukun-rukun khutbah yang tersebut pada pasal 37 mengenai shalat jum’at.
|
dan sunnah dua khutbah sesudah iedh dengan
segala rukun-rukun khutbah yang tersebut pada pasal 37 mengenai shalat
jum’at.
|
|
sunnah takbir di awal khutbah pertama 9
(sembilan) kali berturut-turut dan di awal khutbah yang kedua 7 (tujuh) kali
berturut-turut
|
sunnah takbir di awal khutbah pertama 9
(sembilan) kali berturut-turut dan di awal khutbah yang kedua 7 (tujuh) kali
berturut-turut
|
|
disebutkan pada khutbah idhul fitri mengenai
perihal zakat fitrah
|
disebutkan pada khutbah idhul Adha mengenai
prihal idhhiyyah (qurban).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar