TENTANG IMAN KEPADA QADLA' DAN QADAR (KETENTUAN ALLAH )
Bagaimana keyakinan kita terhadap adanya
qadla dan qadar ?
Hendaklah kita meyakini bahwasanya
seluruh perbuatan manusia baik yg membutuhkan usaha (ikhtiyari) - seperti
berdiri, duduk, makan dan minum - maupun tanpa usaha (idltirori) -seperti jatuh
– semua itu terjadi karena kehendak Allah Subhaanahu Wata'ala. Dan ketentuan
(takdir) itu telah dibuat Allah sejak zaman azla (zaman sebelum ada sesuatu kecuali
Allah), dan pengetahuan Allah tentang semua itu telah ada sebelum hal tersebut
terjadi. Kalau memang Allah adalah Sang Pencipta segala perbuatan manusia, bukankah
itu berarti manusia adalah majbur
(dipaksa) dalam setiap perbuatannya, dan setiap
yg dipaksa maka tidak berhak mendapat pahala atau siksa ? Bukan demikian maksudnya. Manusia tidaklah
dipaksa sama sekali karena dia memiliki keinginan sendiri yg dapat mengantarkannya
ke sisi baik atau sisi buruk. Manusia juga dikaruniai akal fikiran dimana dengan
akal tersebut ia bisa memilih diantara sisi baik atau buruk. Jika ia
menggunakan kehendaknya ke sisi yg baik, maka menjadi nyatalah kebaikan yg ia
kehendaki. Dan ia akan mendapat pahala atas hal itu karena telah berbuat baik
dan kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi baik itu. Apabila kehendaknya
memilih sisi buruk maka menjadi nyatalah keburukan yg ia kehendaki dan dia
mendapat siksa atasnya karena keburukan itu terjadi karena keinginannya, dan
kehendak juziyyah nya bergantung pada sisi buruk itu. Berilah sebuah contoh yg
dapat memudahkan hati untuk memahami bahwasanya seorang hamba tidaklah dipaksa
atas perbuatannya ? Setiap manusia memungkinkan untuk mengetahui bahwa ia tidak dipaksa
atas segala perbuatannya. Sebagai contoh dia bisa membedakan saat tangannya
menulis dan saat gemetar. Karena gerakan tangan saat menulis, sesungguhnya gerakan
itu disandarkan kepada dirinya dengan mengatakan “aku menulis dengan usaha dan keinginanku”.
Adapun gerakan tangan saat gemetar maka
hal itu tidak bias disandarkan pada dirinya (terjadi di luar kehendaknya) dan
dia tidak mengatakan : “aku menggerakkan tanganku” , namun dia mengatakan :
“Sesungguhnya hal itu (gerakan tanganku
saat gemetar) terjadi di luar keinginanku”.
Pelajaran apa yg dapat dipetik dari
contoh di atas ?
Dapat diambil pelajaran dari contoh
tersebut bahwasanya setiap manusia dapat memahami dengan pendekatan sederhana,
bahwa perbuatannya dibagai menjadi dua Pertama, perbuatan
yang terjadi dengan usaha dan kehendaknya. Seperti makan makan, minum, memukul
seseorang dan lain sebagainya. Kedua, perbuatan yg terjadi di luar usahanya seperti jatuh dan lain sebagainya.
Hal apakah yg mengiringi perbuatan
seorang hamba jika perbuatan tersebut termasuk Ikhtiary (terjadi karena usaha manusia) ? Perbuatan seorang hamba yg bersifat
ikhtiary apabila berupa perbuatan baik maka akan mendapat pahala, dan apabila
berupa perbuatan buruk maka akan mendapat dosa
(siksa). Adapun jika perbuatan itu bersifat Idltirory (tanpa usaha) maka tidak
akan dituntut apapun atas terjadinya perbuatan itu. Jika seseorang memukul
saudaranya dengan dzalim dan karena
permusuhan, atau melakukan perbuatan
buruk dan dosa serta semacamnya, lantas ia berdalih bahwa perbuatan itu terjadi
karena sudah ditakdirkan, Apakah dapat diterima alasan tersebut ? Sesungguhnya
alasan hamba tersebut tidak dapat diterima, baik di sisi Allah Subhaanahu
Wata'ala mupun di sisi manusia. Karena terdapat kehendak terbatas (iradah
juziyyah) pada diri hamba itu, ia pun diberi kemampuan, usaha dan juga akal
fikiran. Sebutkanlah ringkasan dari seluruh pembahasan di atas ?
Sesungguhnya wajib bagi setiap manusia yg
mukallaf (telah dibebani kewajiban), hendaklah meyakini dengan teguh dan
mantap, bahwasanya seluruh perbuatan, ucapan dan setiap gerak geriknya - baik
maupun buruk – semua itu terjadi karena kehendak, ketentuan dan atas
sepengetahuan Allah Subhaanahu Wata'ala. Akan tetapi hanya kebaikan yg
diridlainya sedangkan keburukan tidak diridlainya.
Dan hendaklah manusia menyadari bahwa ia
dianugerahi kehendak terbatas (juziyyah) dalam perbuatannya yg bersfiat pilihan
(ikhtiary).
Dia akan diberi pahala atas perbuatan
baik dan mendapat siksa karena perbuatan jahat. Dan tidak ada alasan baginya
untuk berbuat kejahatan. Dan sungguh Allah tidak akan mendzalimi hamba2Nya.
‘Sumber : Kitab Jawaahirul Kalamiyyah’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar