HERNANDEZ |
"Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi muslim."
Aminah Hernandez tumbuh di Amerika Serikat pada
1980-an, masa di mana informasi tentang Islam sangat minim. Bersama adik
laki-lakinya, Aaminah tinggal di keluarga yang suka membaca.
Saat itu, media menggambarkan Islam sebagai
agama yang keras, agama yang tidak menghormati hak-hak wanita.
Suatu hari, Aaminah membaca otobigrafi Malcom X.
Memang, bacaan itu belum menuntunya pada Islam. Namun, sejak itu, ia tak lagi
menolak konsumsi babi. Perubahan ini tidak disadarinya.
Selama bertahun-tahun, Aminah tidak merasa
bahagia. Ia dilecehkan, dianiaya dan hidup dalam lingkungan yang keras. Ia pun
mengonsumsi narkoba, dan berpesta minuman keras.
Ada satu waktu yang membuat terkejut, adiknya
yang dahulu terlibat narkoba dan telah bebas dari penjara telah menjadi pribadi
yang berubah.
Adiknya lalu memberitahu Aaminah, bahwa ia kini
menjadi seorang muslim. Padahal adiknya itu sebelumnya telah didiagnosis
mengidap Skizofrenia, termasuk halusinasi dan depresi akut.
Namun Aaminah melihat sejak dia memeluk Islam,
adiknya itu sudah tidak menunjukkan gejala dan tidak membutuhkan pengobatan
lagi.
Adiknya itu kemudian menceritakan tentang pengalaman
hidupnya sebagai seorang muslim kepada Aaminah. Adik Aaminah juga mengenalkan
istrinya yang memakai hijab.
Awalnya, Aaminah merasa risih dengan adik
iparnya itu. Namun adik iparnya itu ternyata bersikap lembut dan bahkan
bersedia menjaga anak Aaminah selagi dia bekerja.
Aaminah sangat terharu melihat sikap keluarga
adiknya itu. Apalagi adik iparnya itu sering berbagi tentang Islam. Dia
mulai mengerti busana muslim dan hijab
bukan bentuk penindasan terhadap kaum wanita. Tapi sebagai cara Allah menghormati
dan menjaga martabat wanita.
Selama tinggal di rumah adiknya, Aaminah kerap
mendengar adzan. "Inilah yang membuat saya yakin untuk menjadi
muslim," kata dia.
Sebagai mualaf, Aaminah perlu beradaptasi dengan
identitas barunya. Beruntung, ia banyak dibantu oleh adiknya. Diajari, wudhu,
salat dan zikir.
Setelah mendapatkan pekerjaan yang
memungkinkannya mengakses internet. Ia sering membaca informasi tentang Islam
dan muslim, termasuk masalah hijab.
Di dunia maya, Aaminah membuat jaringan
komunikasi dengan muslimah yang lain. "Jujur iman saya kerap naik turun.
Tapi teman-teman saya yang muslim membantu saya untuk berubah," kata
dia. Setelah menjadi mualaf, ia merasa menjalani hidup lebih baik setiap
harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar