Rabu, 22 November 2017

KEUTAMAAN DALAM MEMPERINGATI MAULID NABI SAW.

Di dalam kitab "An-Ni'matul Kubra 'alal 'Alami fi Maulidi Sayyidi Waladi Adam" halaman 5-7, karya Imam Ibnu Hajar al-Haitami (909-974 H. /1503-1566 M.), cetakan "Maktabah al-Haqiqat" Istambul Turki,
diterangkan tentang keutamaan-keutamaan memperingati maulid Nabi Muhammad saw sebagai berikut : 📜Sayyiina Abu Bakar RA. berkata:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم كانرفيقي في الجنة
Artinya : "Barangsiapa menyebarkan luaskan dan membelanjakan satu dirham (uang emas) untuk malam lahirku mengadakan pembacaan Maulid Nabi SAW, maka ia akan menjadi temanku di surga.
📜 Berkata Sayyidina Umar RA.:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم فقد أحيا الإسلام
Artinya : Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, maka sesungguhnya ia telah menghidupkan Islam.
📜 Berkata Sayyidina Utsman RA.:
من أنفق درهما على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم فكأنما شهد غزوة بدر وحنين
Artinya : "Barangsiapa membelanjakan satu dirham (uang mas) untuk mengadakan pembacaan Maulid Nabi dimalam lahirku SAW, maka seakan-akan ia ikut-serta menyaksikan perang Badar dan Hunain.
📜 Sayyidina Ali RA. berkata:
من عظم مولد النبي صلى الله عليه وسلم وكان سببا لقراءته لا يخرج من الدنيا إلا بالإيمان ويدخل الجنة بغير حساب
Artinya : "Barangsiapa mengagungkan Maulid Nabi SAW, dan ia menjadi sebab dilaksanakannyapembacaan maulid Nabi dimalam lahirku, maka tidaklah ia keluar dari dunia melainkan dengan keimanan dan akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
📜 Imam Hasan Bashri RA. berkata:
وددت لو كان لي مثل جبل أحد ذهبا فأنفقته على قراءة مولد النبي صلى الله عليه وسلم
Artinya: "Aku senang sekali seandainya aku memiliki emas sebesar gunung Uhud, maka aku akan membelanjakannya untuk kepentingan memperingati maulid Nabi SAW.
📜Imam Junaedi al-Baghdadi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya, berkata:
من حضر مولد النبي صلى الله عليه وسلم وعظم قدره فقد فاز بالإيمان
Artinya : "Barangsiapa menghadiri malam peringatan Maulid Nabi SAW dan mengagungkan derajat beliau, maka sesungguhnya ia akan memperoleh kebahagian dengan penuh keimanan.
📜Imam Ma'ruf al-Karkhi, semoga Allah membersihkan sir (rahasia)-nya:
من هيأ طعاما لأجل قراءة مولد النبي صلى الله عليه و سلم و جمع اخوانا و أوقد سراجا و لبس جديدا و تبخر و تعطر تعظيما لمولد النبي صلى الله عليه و سلم حشره الله يوم القيامة مع الفرقة الأولى من النبيينو كان فى أعلى عليين
Artinya:"Barangsiapa menyediakan makanan untuk peringatan pembacaan Maulid Nabi SAW, mengumpulkan saudara-saudaranya, menyalakan lampu, memakai pakaian yang baru,memasang harum-haruman dan memakai wangi-wangian karena mengagungkan malam kelahiran Nabi SAW, niscaya Allah akan mengumpulkannya
pada hari kiamat bersama golongan orang-orang yang pertama di kalangan para nabi dan dia akan ditempatkan di syurga yang paling atas (‘Illiyyin).
📜 Imam Fakhruddin ar-Razi berkata:
ما من شخص قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على ملح أو بر أو شيئ أخر من المأكولات الا ظهرت فيهالبركة و فى كل شيئ وصل اليه من ذلك المأكول فانه يضطرب و لا يستقر حتى يغفر الله لأكله وان قرئمولد النبي صلى الله عليه وسلم على ماء فمن شرب من ذلك الماء دخل قلبه ألف نور و رحمة و خرج منه ألف غل و علة و لا يموت ذلك القلب يوم تموت القلوب . و من قرأ مولد النبي صلى الله عليه وسلم على دراهم مسكوكة فضة كانت أو ذهبا و خلط تلك الدراهم بغيرها و قعت فيها البركة و لا يفتقر صاحبها و لا تفرغ يده ببركة النبي صلى الله عليه و سلم
Artinya:“Tidaklah seseorang yang membaca maulid Nabi saw. ke atas garam atau gandum atau makanan yang lain, melainkan akan tampak keberkatan padanya, dan setiap sesuatu yang sampai kepadanya (dimasuki) dari makanan tersebut, maka akan bergoncang dan tidak akan tetap sehingga Allah akan mengampuni orang yang memakannya.Dan sekirannya dibacakan maulid Nabi saw. ke atas air, maka orang yang meminum seteguk dari air tersebut akan masuk ke dalam hatinya seribu cahaya dan rahmat, akan keluar daripadanya seribu sifat dengki dan penyakit dan tidak akan mati hati tersebut pada hari

dimatikannya hati-hati itu.Dan barangsiapa yang membaca maulid Nabi saw. pada suatu dirham y

ang ditempa den gan perak atau emas dan dicampurkan dirham tersebut dengan yang lainnya, maka akan jatuhke atas dirham tersebut keberkahan dan pemiliknya tidak akan fakir serta tidak akan kosong tangannya dengan keberkahan Nabi saw.”
📜 Imam Syafi'i, semoga Allah merahmatinya, berkata:
من جمع لمولد النبي صلى الله عليه وسلم إخوانا وهيأ طعاما وأخلى مكانا وعمل إحسانا وصار سببا لقراءته بعثه الله يوم القيامة مع الصادقين والشهداء والصالحين ويكون في جنات النعيم
Artinya:"Barangsiapa mengumpulkan saudara-saudaranya untuk mengadakan Maulid Nabi, dimalam kelahiranku kemudian menyediakan makanan dan tempat serta melakukan kebaikan untuk mereka, dan dia menjadi sebab atas dibacakannya Maulid Nabi SAW, maka Allah akan membangkitkan dia bersama-sama golongan shiddiqin (orang-orang yang benar), syuhada (orang-orang yang mati syahid), dan shalihin (orang-orang yang shaleh) dan dia akan dimasukkan ke dalam surga-surga Na’im.
📜Imam Sirri Saqathi, semoga Allah membersihkan sir (bathin)-nya:
من قصد موضعا يقرأ فيه مولد النبي صلى الله عليهوسلم فقد قصد روضة من رياض الجنة لأنه ما قصد ذلك الموضع الا لمحبة النبي صلى الله عليه و سلم . وقد قال صلى الله عليه و سلم : من أحبني كان معي فى الجنة
Artinya:"Barangsiapa pergi ke suatu tempat yang dibacakan di dalamnya maulid Nabi saw, maka sesungguhnya ia telah pergi ke sebuah taman dari taman-taman syurga, karena tidaklah ia menuju ke tempat-tempat tersebut melainkan karena cintanya kepada Nabi saw. Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa mencintaiku, maka ia akan bersamaku di dalam syurga.
📜Imam Jalaluddin as-Suyuthi berkata:
مامن بيت أو مسجد أو محلة قرئ فيه مولد النبي صلى الله عليه وسلم إلا حفت الملائكة ذلك البيت أو المسجد أو المحلة وصلت الملائكة على أهل ذلك المكان وعمهم الله تعالى بالرحمة والرضوان.وأما المطوفون بالنور يعنى جبريل و ميكائيل و اسرافيل و عزرائيل عليهم الصلاة و السلام فانهم يصلون على من كان سببا لقراءة النبي صلى الله عليه و سلم. و قال أيضا: ما من مسلم قرأ فى بيته مولد النبي صلى الله عليه و سلم الا رفع الله سبحانه و تعالى القحط والوباء والحرق والغرق والأفات والبليات والبغض والحسد وعين السوء واللصوص من أهل ذلك البيت فاذا مات هون الله عليه جواب منكر ونكير ويكون فى مقعد صدق عند مليك مقتدر. فمن أراد تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم يكفيه هذا القدر. ومن لم يكن عنده تعظيم مولد النبي صلى الله عليه وسلم لو ملأت له الدنيا فى مدحه لم يحرك قلبه فى المحبة له صلى الله عليه وسلم.
“Tidak ada rumah atau masjid atau tempat yg di dalamnya dibacakan maulid Nabi SAW melainkan malaikat akan mengelilingi rumah atau masjid atau tempat itu, mereka akan memintakan ampunan untuk penghuni tempat itu, dan Allah akan melimpahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada mereka.”Adapun para malaikat yang dikelilingi dengan cahaya adalah malaikat Jibril, Mika’il, Israfil, dan Izra’il as. Karena, sesungguhnya mereka memintakan ampunan kepada Allah swt untuk mereka yang menjadi sebab dibacakannya pembacaan maulid Nabi saw. Dan, dia berkata pula: Tidak ada seorang muslimpun yang dibacakan di dalam rumahnya pembacaan maulid Nabi saw melainkan Allah swt menghilangkan kelaparan, wabah penyakit, kebakaran, tenggelam, bencana, malapetaka, kebencian, hasud, keburukan makhluk, dan pencuri dari penghuni rumah itu. Dan, apabila iameninggal, maka Allah akan memudahkan jawabannya dari pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dan dia akan berada di tempat duduknya yang benar di sisi penguasa yang berkuasa. Dan, barangsiapa ingin mengagungkan maulid Nabi saw, maka Allah akan mencukupkan derajat ini kepadanya. Dan, barangsiapa di sisinya tidak ada pengagungan terhadap maulid Nabi saw, seandainya penuh baginya dunia di dalam memuji kepadanya, maka Allah tidak akan menggerakkan hatinya di dalam kecintaannya terhadap Nabi saw.”
اللهم اجعلنا ممن يفرح بمولد النبي العظيم.......
واجعلنا يا رب من اهلينا واولادنا وذرياتنا والمسلمين اجمعين قرة اعين للنبي صلي الله عليه وسلم.......امين

Selasa, 14 November 2017

KEWAJIBAN MENGGODHO' SHOLAT

***TATA CARA MENGQODHA' SHOLAT YG DI TINGGALKAN***

Ada empat golongan, bila ia meninggalkan shalat maka tidak berkewajiban untuk mengqadha (mengganti) shalat yang ditinggalkannya, yaitu : Wanita haid atau nifas, anak kecil yang belum baligh, orang gila dan orang kafir. Selain itu makatidak ada satupun manusia yang terbebas dari kewajiban shalat. Entah shalat itu dikerjakan pada waktunya, ataupun waktu shalat itu sudah terlewat, tetap saja kewajiban shalatnya menjadi hutang yang akan ditagih di hari kiamat nanti. Empat imam madzhab sepakat bahwa mengqadha shalat yang ditinggalkan itu hukumnya wajib.

Shaikh Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya menegaskan :

قضاء الصلاة المفروضة التي فاتت واجب على الفور سواء فاتت بعذر غير مسقط لها أو فاتت بغير عذر أصلا باتفاق ثلاثة من الأئمة. الشافعية قالوا : إن كان التأخير بغير عذر وجب القضاء على الفور وإن كان بعذر وجب على التراخي

Hukum mengqadha shalat fardhu menurut kesepakatan tiga madzhab (Hanafi, Maliki dan Hanbali) adalah wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin baik shalat yang ditinggalkan sebab adanya udzur (halangan) atau tidak. Sedangkan menurut madzhab Syafi’i qadha shalat hukumnya wajib dan harus dikerjakan sesegera mungkin bila shalat yang ditinggalkan tanpa adanya udzur dan bila karena udzur, qadha shalatnya tidak diharuskan dilakukan sesegera mungkin. (Kitab Al-Fiqhu 'Alal Madzahibil Arba'ah, Juz I, halaman 757)

Tata cara mengqadha (mengganti) shalat yang ditinggalkan ada tiga prinsip mendasar, yaitu :

*1. Jenis shalatnya sesuai*

Bila shalat yang diringgalkan adalah shalat shubuh, maka shalat penggantinya juga harus shalat shubuh. Tidak bisa dan tidak sah kalau diganti dengan shalat dzhuhur, ashar, maghrib atau shalat isyak.

*2. Waktu penggantian*

Waktu untuk melakukan penggantian shalat ini sebenarnya bebas tanpa aturan. Sehingga shalat penggantian ini bisa dilakukan kapan saja, tanpa harus terikat dengan waktu-waktu khusus.

Boleh mengqadha semua shalat yang ditinggalkan salam satu waktu. Qadha shalat dzuhur tidak harus pada waktu dzuhur, demikian juga shalat wajib lainnya. Cara qadhanya sebaiknya secara tertib (tertib ini tidak wajib), seperti melakukan dulu shalat dzuhur kemudian ashar, mahgrib, isyak dan subuh.

Memang ada sebagian kalangan yang menyarankan agar waktu penggantian disesuaikan dengan waktu shalat yang ditinggalkan. Misalnya untuk mengganti shalat maghrib maka dilakukan pada waktu maghrib. Untuk mengganti shalat subuh dilakukan penggantiannya di waktu subuh.

Sebenarnya ini cuma saran untuk memudahkan, tetapi ini bukan ketentuan baku. Buktinya justru Rasulullah saw sendiri malah tidak melakukannya. Beliau mengganti shalat yang terlewat justru bukan di waktu shalat itu. Dalam hadits disebutkan.

قَالَ عَبْدُ اللهِ بْنُ مَسْعُوْدٍ إِنَّ الْمُشْرِكِيْنَ شَغَلُوْا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ يَوْمَ الْخَنْدَقِ حَتَّى ذَهَبَ مِنَ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللهُ فَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعِشَاءَ

Abdullah bin Mas'ud berkata : Orang orang Musyrik telah menyibukkan Rasulullah saw dari melaksanakan empat waktu shalat, pada hari perang Khandaq sampai malam berlalu dengan kehendak Allah. Kemudian beliau memerintahkan Bilal (untuk mengumandangkan adzan), maka Bilal pun mengumandangkan adzan dan Iqamat. Beliau kemudian melaksanakan shalat zhuhur, kemudian Bilal iqamat lalu beliau shalat ashar. Kemudian Bilal iqamat lalu beliau shalat maghrib. Kemudian Bilal iqamat lalu beliau melaksanakan shalat isyak. (H. R. Tirmidzi no. 179, Nasa'i no. 661, Baihaqi no. 1967, dan lainnya)

Imam Nawawi dalam kitabnya menegaskan :

حَاصِل الْمَذْهَب : أَنَّهُ إِذَا فَاتَتْهُ فَرِيْضَة وَجَبَ قَضَاؤُهَا ، وَإِنْ فَاتَتْ بِعُذْرٍ اُسْتُحِبَّ قَضَاؤُهَا عَلَى الْفَوْرِ وَيَجُوز التَّأْخِير عَلَى الصَّحِيْحِ . وَحَكَى الْبَغَوِيُّ وَغَيْرُهُ وَجْهًا : أَنَّهُ لَا يَجُوز وَإِنْ فَاتَتْهُ بِلَا عُذْرٍ وَجَبَ قَضَاؤُهَا عَلَى الْفَوْرِ عَلَى الْأَصَحِّ ، وَقِيْلَ : لَا يَجِبُ عَلَى الْفَوْرِ ، بَلْ لَهُ التَّأْخِيْرِ ، وَإِذَا قَضَى صَلَوَات اُسْتُحِبَّ قَضَاؤُهُنَّ مُرَتَّبًا ، فَإِنْ خَالَفَ ذَلِكَ صَحَّتْ صَلَاته عِنْدَ الشَّافِعِيّ وَمَنْ وَافَقَهُ سَوَاء كَانَتْ الصَّلَاة قَلِيلَة أَوْ كَثِيرَة

Kesimpulan madzhab (atas hadits qadha) : bahwasanya apabila tertinggal satu shalat fardhu, maka wajib mengqadhnya. Apabila tertinggal shalat karena udzur, maka disunnahkan mengqadhanya sesegera mungkin tapi boleh mengakhirkan qadha menurut pendapat yang shahih. Imam Baghawi dan lainnya menceritakan suatu pendapat: bahwasanya tidak boleh mengakhirkan qadha. Kalau lalainya shalat tanpa udzur, maka wajib mengqadha sesegera mungkin menurut pendapat yang lebih shahih. Menurut pendapat lain, tidak wajib menyegerakan qadha. Artinya, boleh diakhirkan. Dan apabila mengqadha beberapa shalat fardhu, maka disunnahkan mengqadhanya secara urut. Apabila tidak dilakukan secara berurutan, maka shalatnya tetap sah menurut Imam Syafi'i dan yang sepakat dengannya baik shalat yang tertinggal sedikit atau banyak. (Kitab Syarah Shahih Muslim, Juz II, halaman 486)

*3. Jumlah Shalatnya Sesuai*

Jumlah shalat pengganti harus sesuai dengan jumlah shalat yang ditinggalkan. Prinsip ini sangat masuk akal dan logis. Orang yang berhutang 1 juta maka wajib mengganti 1 juta. Maka hutang shalat lima waktu dalam sehari semalam, maka wajib diganti dengan shalat yang sama sebanyak shalat yang ditinggalkan dalam sehari semalam.

Yang seringkai jadi masalah, ada sementara orang yang sampai lupa berapa kali meninggalkan shalat. Mungkin sebabnya boleh jadi selama ini dia berpikir bahwa shalat yang ditinggalkan itu tidak perlu diganti. Tentu pemikiran ini termasuk pemikiran sesat dan menyesatkan. Entah siapa yang awalnya berfatwa macam ini, yang jelas jumhur ulama empat madzhab semua sepakat bahwa shalat yang ditinggalkan wajib diganti.

Syaikh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitabnya menegaskan :

وَقَالَ الْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ يَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ يَقْضِيَ حَتَّى يَتَيَقَّنَ بَرَاءَةَ ذِمَّتِهِ مِنِ الْفُرُوضِ، وَلَا يَلْزَمُ تَعْيِينُ الزَّمَنِ، بَلْ يَكْفِي تَعْيِينُ الْمَنْوِيِّ كَالظُّهْرِ أَوِ الْعَصْرِ مَثَلًا

Ulama dari kalangan madzhab Maliki, Syafi’i, dan Hanbali berpendapat : Wajib baginya untuk mengqadha shalat yang pernah ditinggalkan sampai ia yakin bebas dari kewajibannya berupa shalat-shalat fardlu (yang pernah ditinggalkan), dan tidak harus menentukan waktunya, tetapi cukup dengan menentukan yang diniati (shalat yang pernah ditinggalkan) seperti dzuhur atau Ashar. (Kitab  Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, Juz II, halaman 143)

Syaikh Ibnu Qudamah (bermadzhab Hanbali) dalam kitabnya menegaskan :

إذا كثرت الفوائت عليه يتشاغل بالقضاء ما لم يلحقه مشقة في بدنه أو ماله
Bila shalat yang ditinggalkan terlalu banyak maka wajib menyibukkan diri untuk menqadhanya, selama tidak menjadi masyaqqah (kesulitan) pada tubuh atau hartanya. (Kitab Al-Mughni, Juz I, halaman 681)

Minggu, 12 November 2017

SHOLATMU ADALAH CERMIN HIDUPMU

 
من تعود على تأخير الصلاة. رجل او إمراة ،

Barang siapa terbiasa mengakhirkan sholat, baik laki-laki maupun perempuan.
فليتهيأ للتأخير في كُل أمور
حياته.
Maka bersiaplah ia terlambat dalam segala urusan kehidupannya !!
زواج ، وظيفة ، ذُرية ، عافية ، تكملة ،. توفيق
. Nikah, pekerjaan, keturunan, kesehatan, kemapanan, petunjuk.

قالُ الحَسنُ البَصري:
Hasan Albashri berkata : 
إذَا هَانَت عَليكَ صَلاتك فَمَا الذي يَعزُ عَليـكْ ؟.

Jika sholat saja sepele bagimu, maka adakah urusan yg penting menurutmu ? 
بقدر ماتتعدل صلاتك تتعدل حياتك.

.Seperti apa engkau merubah sholatmu, sperti itulah engkau merubah hidupmu.
ألم تعلم أن الصلاة اقترنت بالفـلاح.

Tidakkah engkau tahu bahwa sholat itu bergandengan dg kesuksesan“.
حي على الصلاة حي على الفلاح”.

"Marilah melakukan sholat, marilah meraih kesuksesan". 
فكيف تطلب من الله التوفيق وأنت لحقه غير. مجيب.

Bagaimana mungkin engkau minta kesuksesan kepada Alloh, sedangkan kamu tidak tunaikan hakNya.
اللهم اجعلنا ممن يقيم الصلاة في. وقتها. ،،،Ya Alloh, jadikanlah kami termasuk orang yg mendirikan sholat tepat pada waktunya.

KALAM ULAMA SYECH ALI JUM'AH

*السلام عليكم و رحمة الله و بركاته*

Luqman al-Hakim menasehati anaknya, _"Anakku, Sesungguhnya dunia adalah Lautan raya yang telah banyak menenggelamkan sepanjang zaman. Jika kamu ingin bisa selamat; jadikan bahteramu adalah takwa, ikatanmu (penguatmu) adalah tawakal dan bekalmu adalah Amal Salih. Jika Kamu berhasil, itu karena rahmat Allah. Sedang jika gagal, itu karena dosa-dosamu."_

*Maulana Syeikh Ali Jum'ah*

Sabtu, 11 November 2017

APA ITU BID'AH ?

MEMBACA AL-QUR'AN BID'AH?

Salik dan Matin memegang mushaf Al-Qur'an hadiah dari Saudi Arabia. Dengan kualitas kertas, design, model tulisan Arab yang menarik dan indah membuat Salik teringat pertanyaan menggelitik dari tetangga sebelah.
Salik (S):  Di zaman Nabi belum ada Mushaf Al-Qur'an secantik ini, kan?
Matin (M): Betul...betul...betul.
S : Berarti bid'ah dong?!
M : Hahaha. Mulai lagi, deh.
S :  Nabi kan pernah bilang "kullu bid'atin dhalal" Tiap bid'ah itu sesat. Semuanya bid'ah dong?!
M : Pahami hadis secara cerdas, Bung.
S : Mereka bilang, seluruh hal yang ditambah-tambahkan dalam urusan ibadah itu bid'ah. Tahlil bid'ah, shalawatan bid'ah, maulid bid'ah. Semua yang tidak dicontohkan nabi bid'ah.
M : Hmmmm
S : Jadi, bagaimana ini?!
M : Hmmmm
S : Mushaf Al-Qur'an ini pun bid'ah dong?!

M : Ibadah itu terbagi 2, ibadah mahdhoh dan ibadah ghairu mahdhoh. Semua ibadah mahdhoh, tata-cara tekniknya pernah diajarkan Nabi. Contohnya, shalat, zakat, puasa, dan haji.Tapi, ibadah ghairu mahdhoh tidak dicontohkan tata-caranya oleh Nabi, tapi dicontohkan sahabat, tabiin, tabi tabiin, ulama dari zaman ke zaman.
S : Contoh ibadah ghairu mahdhoh apa?
M : Membaca shalawat dan dzikir. Perintah Allah dan Rasul tegas, kita disuruh berdzikir setiap saat, kapan pun dan dimanapun. Sebanyak-banyaknya. Shalawat juga begitu. Sampai-sampai jadi rukun khutbah, kita harus bershalawat sebanyak-banyaknya kapan pun.

S : Jadi, mushaf Al-Qur'an ini pun bid'ah?
M : Bid'ah hasanah, untuk kemaslahatan, pendidikan, syiar, dan memudahkan. Ini tidak termasuk kategori sesat. Kalau semua hal baru dan tidak dicontoh Nabi sebagai bidah, bisa bahaya. Contohnya mushaf ini, bisa dianggap bidah. Sebab mushaf ini dipegang, dibaca, ditelaah sebagai bentuk ibadah. Setiap huruf yang kita baca bernilai pahala. Dan, kita memegang benda yang tak ada di zaman Nabi.

S : Hmmmm. Bukankah dulu Al-Quran diperintahkan Nabi untuk ditulis?
M : Betul. Ditulis di dinding, batu, kulit binatang,  tulang unta, kayu, dan sebagainya. Berserakan. Tak teratur. Belum terbukukan.
S : Bagaimana mereka membacanya?
M : Susah. Kebanyakan para sahabat menghafalkan langsung.Tulisan hanya dokumentasi.
S : Berapa lama menghafalnya? Seperti orang zaman ini?
M: Nggak. Nabi dan sahabat mengafalkan Al-Quran selama 23 tahun.

S : Koq begitu?
M : Ya iyalah. Karena Al-Quran turun berangsur-angsur.
S : Berarti bidah dong, kalau hafal 2 tahun?!
M : Hahaha. Baru dari zaman sahabat Al-Quran dihafal utuh hanya dalam waktu beberapa tahun.
S : Bidah juga dong?!
M : Kalau tak ada bid'ah, Islam tak akan bisa tersebar ke seluruh dunia, tidak relevan dari zaman ke zaman, dari waktu ke waktu.
S : Maksudnya?!
M : Meski kamu belajar di pondok Kediri 3 tahun, belum tentu bisa baca tulisan Al-Quran di zaman Nabi.
S : Maksudnya?!
M : Susah. Belum ada titik koma, apalagi fathah dhamah.
S: Ohhhh
M : Di zaman Khalifah Abu Bakar, Umar dan Usman, Al-Quran baru mulai disusun, dikumpulkan dari batu, tulang, kayu, kulit hewan, dinding dan sebagainya.

S : Berarti sudah dibukukan?
M : Baru kodifikasi, dikumpulkan. Tapi, masih belum ada tanda baca. Sulit sekali orang non-Arab membaca dan memahaminya.
S : Terus bidah apa yang dilakukan sahabat?
M : Setelah khalidah Rasyidah berakhir, barulah di masa khalifah Muawiyah terjadi bidah lagi. Dia menugaskan Abu al-Aswad Ad-du'ali untuk meletakkan tanda baca pada tiap kalimat dalam bentuk titik. Agar tidak salah baca.
S : Baru sebagai tanda akhir kalimat? Lalu, belum ada titik di huruf ba, ta, tsa dan lainnya?

M : Belum. Untuk membedakan, ba, ta, tsa, jim dan sebagainya itu baru terjadi pada Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Beliau menugaskan Al Hajjaj bin Yusuf untuk memberikan titik sebagai pembeda antara satu huruf dengan lainnya. Misalnya, huruf ba dengan satu titik di bawah, huruf ta dengan dua titik di atas, dan tsa dengan tiga titik di atas.
S : Subhanallah. Terus, belum ada harakat?
M : Belum. Di masa Dinasti Abbasiyah, baru diberikan tanda baris berupa dhamah, fathah, kasrah, dan sukun untuk memudahkan umat Islam dalam membaca Al-Qur'an. Berarti 250-an tahun setelah Nabi baru ada harakat. Contoh khat naskhi dalam mushaf Al-Quran juga baru pada masa ini.

S : Lalu, kapan lahirnya tajwid?
M : Itu baru terjadi di masa Khalifah Al-Makmun. Ulama melakukan "bid'ah" lagi dengan membuat ilmu tajwid, agar memudahkan orang-orang non Arab membacanya.
S : Berarti ada konvensi kebahasaan, kesepakatan, penelitian, dan pengembangan mushaf dari zaman ke zaman?
M : Betul. Ada bidah.hehehe
S : Oh begitu.
M : Di zaman ini, ulama pun membuat tanda lingkaran bulat untuk pemisah ayat dan mencantumkan nomor ayat. Sebelumnya tidak ada, Bro. Dan, hanya segelintir orang yang punya mushaf Al-Quran secara utuh. Hanya orang yang kaya raya yang memilikinya. Al-Quran bisa seharga mobil Alphad keluaran terbaru. Kertas atau papirus sangat langka.
S : Ohhhhh
M : Kalau tidak ada ulama hafidz, ulama fiqih, ulama arif dalam tradisi surau, madrasah, pondok, meunasah, yang langsung mengajarkan secara lisan, Islam tak bisa sahabat ini. Semuanya punya peran dan andil besar. Ini adalah kerja ibadah dalam bidang ilmu, politik, budaya, seni dan sebagainya.

S : Lalu, Al-Quran yang dicetak Kerajaan Saudi bagaimana?
M : Mereka mengambil Al-Quran dari proses kodifikasi tersebut. Mereka juga merem. Tanpa dalil. Mengambil hasil manuskrip dari zaman Abbasyiah, bukan dari zaman Nabi atau sahabat.
S : hmmm. Berarti bidah dong?!
M : Jawab sendiri deh!
S : Apa yang terjadi jika ulama tidak melakukan bidah dalam hal mushaf Al-Quran?
M : Islam tidak akan sampai ke Ujung Berung, Ujung Aspal, Ujung Pandang, Temerloh, Jurong, Batu Pahat, Sigli, Tidore, dan sebagainya. Kita akan saling mengkafirkan dan bahkan saling bunuh gara-gara tidak ada "TITIK"

S : Hmmmm. Kenapa?
M : Bukankah perbedaan waqaf dan tanda baca bisa membuat salah arti dan makna?
S : Ohhhh iya betul.
M : Karena itu, mari memberi makna pada keindahan yang pernah dihasilkan oleh ulama-ulama terdahulu. Pelajari dan hayati. Jangan gampang menghujat, mengkafirkan dan menganggap bid'ah.
S : Jadi, ungkapan populer "Mari kita kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah" itu bukan menafikan kontribusi para ulama dari zaman ke zaman ya?
M : Alhamdulillah. Berarti ente sudah faham.
S : Jawab dulu!
M : Betul. Berarti tidak cukup belajar Al-Quran dan Hadis saja. Anda harus belajar sejarah, bahasa Arab, fiqih, ushul fiqih, asbabun nuzul, asbabul wurud, tasawuf, mantiq, falaq, dan sebagainya.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 10 November 2017

PESAN RASULALLAH SAW.KEPADA SAYIDINA ALI RA.DAN KECINTAAN ROSULULLAH KEPADA CUCUNYA SAYIDINA HASAN DAN HUSEIN RA.

Diriwayatkan dalam kitab Raudhatul-Ahbab bahwa Rasulullah SAW telah berkata kepada Fathimah putrinya, :
“Bawalah kedua anakmu kepadaku.”.
Kemudian Fathimah membawa Hasan dan Husein ke hadapan Rasulullah.

Keduanya kemudian memberi salam kepada Rasulullah, kemudian duduk di tepi pembaringannya dan kemudian menangis ketika melihat kakeknya sedang lemah seperti itu.

Keduanya menangis pilu sehingga orang-orang yang hadir di situ ikut menangis keras.

Hasan meletakkan wajahnya di wajah Rasulullah, sedangkan adiknya, Husein, meletakkan wajahnya di dada Rasulullah.

Rasulullah membuka matanya, kemudian ia menciumi kedua cucunya itu dengan penuh kasih sayang.

Itu juga sekaligus untuk memberikan pelajaran kepada semua orang bahwa mereka harus mencintai dan menghormati kedua cucunya itu.

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa para sahabat yang kebetulan hadir di sana pada saat itu, saat melihat Hasan dan Husein menangis mereka juga ikut menangis keras.

Di tengah-tengah suasana haru itu Rasulullah berseru, “Panggillah saudaraku Ali dan bawalah kepadaku.”.

‘Ali datang dan berdiri di sisi pembaringan sambil memeluk Rasulullah saw.

Ali kemudian mengangkat kepala Rasulullah dan meletakkannya di pangkuannya.
Rasulullah berkata:“

"Ya, Ali! Aku telah meminjam sejumlah uang dari seorang Yahudi untuk keperluan tentara ekspedisi Usamah. Tolonglah bayarkan hutangku itu.

Dan, Ali. Engkau akan menjadi orang pertama yang akan menemuiku di mata air al-Kautsar. Engkau juga akan mendapatkan banyaksekali masalah sepeninggalku.

Engkau harus bersabar menghadapinya dan apabila engkau lihat orang-orang lebih mencintai dunia, maka engkau harus lebih memilih akhirat.”.

Shahih Bukhori jil. 7 hal. 121; Shahih Muslim jil. 5 hal. 75.Shahih Bukhori jil. 3 hal. 68; Shahih Muslim jil. 2 hal. 14.Thabaqat Ibnu Saad Bag. 2 hal. 29.

Minggu, 05 November 2017

7 TANDA-TANDA HIDUP BAHAGIA DI DUNIA

🌷*TUJUH  TANDA2 KEBAHAGIAAN HIDUP DIDUNIA*🌷

Sayidina Ibnu Abbas RA mengatakan:

Ada 7 tanda2 kebahagiaan hidup didunia:

1) QALBUN SYAKIRUN

Hati yg selalu bersyukur, ertinya selalu menerima apa adanya (Qana'ah), sehingga tidak ada angan2 yg berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yg selalu bersyukur..

2) AL-AZWAJUS SALIHAH

Pasangan hidup yg saleh/salihah, pasangan hidup yg saleh/salihah akan menciptakan suasana rumah & keluarga yg sakinah..

3) AL-AULADUL ABRAR

Anak yg saleh/salihah.. Doa anak saleh/salihah kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH, berbahagialah orang tua yg memiliki anak saleh/salehah..

4) AL-BAITUS SALIHAH

Lingkungan yg kondusif untuk iman kita..
Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk selalu bergaul dgn orang2 saleh yg selalu mengajak kpd kebaikan dan mengingatkan bila kita salah dan lupa..

5) AL-MA’ALUL HALAL

Harta yg halal.. Bukan banyak harta, tapi harta yg dimiliki mubah atau bahkan haram wal 'iadu zubillah.
Harta yg halal akan menjauhkan syetan dari hati. Hati menjadi suci, bersih dan kokoh.. Sehingga memberikan ketenangan dlm hidup..

6). TAFAQUH FID-DEEN

Semangat untuk memahami agama.. Dengan belajar ilmu agama, semakin cinta kpd agama, semakin tinggi cinta kpd Allah SWT & Rasulullah SAW. Cinta inilah yg akan memberi cahaya bagi hati..

7). UMUR YG BARAKAH

Makin tua makin saleh.. Setiap detiknya diisi dgn amal ibadah.. Makin tua makin rindu untuk bertemu dgn Sang Pencipta.. Inilah semangat hidup orang2 yg barakah umur nya..

Semoga Allah SWT memudahkan kita dalam perjuangan besar untuk memiliki tujuh tanda2 kebahagian yang disebut Sayidina Ibnu Abbas RA diatas.

Aamiin Ya Allah..
بارك  اللہ لنا ولكم

🌷Wallahu a'lam🌷

Jumat, 03 November 2017

KEMANAKAH PERGINYA AIR YANG UNTUK MEMANDIKAN ROSULULLAH SAW.

🚿💦Kemanakah Perginya Air Bekas Memandikan Jasad Rasulullah صلى الله عليه و سلم ?🚿...💦
===================================

Pada kisaran tahun 90-an, dalam sebuah Muktamar Tingkat Dunia yang diselenggarakan di Mesir, muncul pertanyaan dari Syeikh Mutawwali Asy-Sya'rawi tentang kemanakah perginya air bekas memandikan jasad Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam.
Semua peserta Muktamar yang merupakan para ulama perwakilan dari berbagai negara itu tak ada yang mampu menjawab.
Karena pertanyaan tersebut menarik dan belum pernah dibahas dalam sejarah Islam sebelumnya, maka sang pimpinan Muktamar meminta waktu untuk mencari jawaban tersebut. Beliau berkata bahwa besok beliau akan menemukan jawabannya.

Sepulangnya dari Muktamar, sang pimpinan langsung masuk ke perpustakaan dan membuka seluruh kitab yang ada guna mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
Namun setelah semua kitab dibuka, tak ada satupun kalimat yang membahas pertanyaan tersebut.

Karena kelelahan, akhirnya beliau tertidur.
Saat tidur itulah beliau bermimpi bertemu dengan Rasulullah Shollallahu 'Alaihi Wasallam yang sedang bersama seorang pembawa lentera. Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, beliau menggunakan kesempatan tersebut untuk meminta jawaban yang dicarinya langsung kepada Rasulullah.
Rasulullah memberi isyarat agar beliau bertanya kepada pemegang lentera disampingnya. "Tanyalah kepada Shohibul Qindil (Lentera)."

Shohibul Qindil menjawab :
"Air tersebut naik ke langit dan turun kembali ke bumi bersama hujan. Setiap tanah yang dijatuhi air tersebut, maka di kemudian hari akan didirikan sebuah masjid."

Keesokan harinya, berdirilah sang pemimpin Muktamar untuk memberikan jawaban tentang perginya air bekas memandikan jasad Rasulullah.
Semua yang hadir terkagum-kagum.
Syeikh Mutawwali yang mengajukan pertanyaan tersebut, bertanya lagi, "Darimana engkau mengetahuinya?"
Sang pimpinan Muktamar menjawab :
"Dari seseorang yang saat itu sedang bersama Rasulullah dalam mimpiku semalam."

Syeikh Mutawwali bertanya lagi :
"Apakah ia membawa Qindil?"
"Bagaimana engkau tahu?" Tanya balik sang pimpinan.
"Karena akulah Shohibul Qindil tersebut." Jawab Syeikh Mutawwali.

Kisah ini amat masyhur di kalangan ulama, terlebih di Mesir.

Sekalipun banyak saksi mata yang menyaksikan langsung peristiwa ini, namun ulama-ulama dari kelompok Wahabi yang kala itu hadir juga, sedikitpun tidak mempercayai kisah ini, kecuali Syeikh Umar Abdul Kafi.

Beliau mengatakan bahwa dirinya telah banyak melihat berbagai karamah dalam diri Syeikh Mutawwali Asy-Sya'rawi, namun beliau enggan mengakuinya karena keyakinan yang dianutnya (faham Wahabi) menolak adanya karamah.

Tapi untuk kali ini, Allah telah menumbuhkan keyakinan dalam dadanya, sehingga beliau termasuk orang yang mempercayai kisah ini.
Beliau kemudian keluar dari Wahabi dan masuk ke dalam faham Ahlussunnah Wal Jama'ah......

HIKAM SYA’RAWIYAH ( Hikmah-hikmah syekh Mutawalli Asy-Sya’rawi)
===================================
1 – إِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ قَوْلَ الْحَقِّ فَلَا تُصَفِّقْ لِلْبَاطِلِ

Jika engkau tidak mampu mengatakan kebenaran, maka janganlah bertepuk tangan untuk kebatilan.

2 – إِذَا لَمْ تَجِدْ لَكَ حَاقِدًا فَاعْلَمْ أَنَّكَ إِنْسَانٌ فَاشِلٌ

Jika engkau tidak menemukan seseorang yang mendengki-mu, maka ketahuilah bahwa engkau adalah manusia yang gagal.

3 – لَا تَقْلَقْ مِنْ تَدَابِيْرِ الْبَشَرِ فَأَقْصَى مَا يَسْتَطِيْعُوْنَ هُوَ تَنْفِيْذُ إِرَادَةِ اللهِ

Janganlah engkau merasa cemas terhadap “konspirasi” manusia, sebab, puncak dari kemampuan mereka adalah melaksanakan kehendak Allah سبحانه و تعالى.

4 – لَنْ يَحْكُمَ أَحَدٌ فِيْ مُلْكِ اللهِ إِلَّا بِمُرَادِ اللهِ

Tidak akan ada seorangpun “berkuasa” di kerajaan Allah سبحانه و تعالى kecuali dengan kehendak Allah سبحانه و تعالى

5 – لَا تَعْبُدُوْا اللهَ لِيُعْطِيَ، بَلْ اُعْبُدُوْهُ لِيَرْضَى، فَإِنْ رَضِيَ أَدْهَشَكُمْ بِعَطَائِهِ

Janganlah engkau menyembah Allah سبحانه و تعالى supaya Dia memberi kepadamu, namun, sembahlah Allah supaya Dia ridha kepadamu, maka, jika Dia ridha kepadamu, Dia akan membuatmu bingung dengan pemberian-Nya.

Selasa, 31 Oktober 2017

KISAH JIHAD SEORANG WANITA BERNAMA NASIBAH RA.

KISAH JIHAD YANG MENGHARUKAN "NASIBAH RA"

اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه

ُAssalamu ‘alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Hari itu Nasibah ra tengah berada di dapur.
Suaminya, Said ra tengah beristirahat di kamar tidur.
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh.
Nasibah ra menebak, itu pasti tentara musuh.
Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.
Dengan bergegas, Nasibah ra meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya.
“Suamiku tersayang,” Nasibah ra berkata,
“aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.”
Said ra yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak.

Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya.
Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya.
Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah ra menghampiri.
Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said ra. “Suamiku, bawalah pedang ini.
Jangan pulang sebelum menang….” Said ra memandang wajah istrinya.

Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk
pergi ke medan perang.
Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara.
Said ra langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk.
Di satu sudut yang lain, Rasulullah saw melihatnya dan tersenyum kepadanya.
Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said ra saja.

Di rumah, Nasibah ra duduk dengan gelisah.
Kedua anaknya, Amar ra yang baru berusia 15 tahun dan Saad ra yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas.
Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup.
“Ibu, salam dari Rasulullah saw,” berkata si penunggang kuda,
“Suami Ibu, Said ra baru saja gugur di medan perang.
Beliau syahid…” Nasibah ra tertunduk sebentar, “Inna lillah…..” gumamnya,
“Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”

Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah ra memanggil Amar ra.
Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan,
“Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid.
Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi saw.
Maukah engkau melihat ibumu bahagia?” Amar ra mengangguk.
Hatinya berdebar-debar. “Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak.
Bertempurlah bersama Nabi saw hingga kaum kafir terbasmi.”
Mata Amar ra bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu.
Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi.
Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah swt.”

Putra Nasibah ra yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah saw, ia memperkenalkan diri.
“Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur.”
Rasul saw dengan terharu memeluk anak muda itu.
“Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”

Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore.
Pagi2 seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah ra.
Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita,
“Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika utusan belum lagi membuka suaranya,
“apakah anakku gugur?” Utusan itu menunduk sedih,
“Betul….” “Inna lillah….”
Nasibah ra bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?” Nasibah menggeleng kecil. “
Tidak, aku gembira.

Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad ra masih kanak-kanak.”
Mendegar itu, Saad ra yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad ra adalah putra seorang ayah yang gagah berani.”
Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, nak?”
Saad ra yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin.
Sebuah senyum terhias di wajahnya.
Ketika Nasibah ra dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad ra hilang bersama utusan itu.

Di arena pertempuran, Saad ra betul-betul menunjukkan kemampuannya.
Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir.
Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya.
Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!”
Kembali Rasulullah saw memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah ra. Mendengar berita kematian itu, Nasibah ra meremang bulu kuduknya.
“Hai utusan,” ujarnya,
“Kau saksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi.
Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”
Sang utusan mengerutkan keningnya.
“Tapi engkau perempuan, ya Ibu….” Nasibah ra tersinggung,
“Engkau meremehkan aku karena aku perempuan?
Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?”
Nasibah ra tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut.

Ia bergegas saja menghadap Rasulullah saw dengan kuda yang ada.
Tiba di sana, Rasulullah saw mendengarkan semua perkataan Nasibah ra.
Setelah itu, Rasulullah saw pun berkata dengan senyum.
“Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata.
Untuk sementara engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka.
Pahalanya sama dengan yang bertempur.”
Mendengar penjelasan Nabi saw demikian, Nasibah ra pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur.

Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk
memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya.
Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.
Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini.
Apalagi waktu dilihatnya Nabi saw terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet
anak panah musuh, Nasibah ra tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani.

Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya.
Lantas bagai singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya.
Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda. Peperangan terus saja berjalan.
Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian.

Tiba-tiba Ibnu Mas’ud ra mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau
ada korban yang bisa ditolongnya.
Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud ra mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?”
Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya.
Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah saw ?
Selamatkah beliau?”
“Beliau tidak kurang suatu apapun…”
“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan?
Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”
“Engkau masih luka parah, Nasibah….”
“Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah saw ?”
Terpaksa Ibnu Mas’ud ra menyerahkan kuda dan senjatanya.
Dengan susah payah, Nasibah ra menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran.
Banyak musuh yang dijungkirbalikannya.
Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus.
Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir.
Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.

Tiba-tiba langit berubah hitam mendung.
Padahal tadinya cerah terang benderang.
Pertempuran terhenti sejenak.
Rasul saw kemudian berkata kepada para sahabatnya,
“Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan?
Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya.
Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah ra, wanita yang perkasa.”

Subhanallahwalhamdulillah walaailaahaillallah wallahuakbar,.
Walaa haula walaa quwwata illa billah Al aliyyi al 'adzim,.

Semoga bermanfaat

"SIRAH SAHABAT NABI SAW"

Sabtu, 28 Oktober 2017

FAIDAH SHOLAWAT DI MALAM JUM'AT

FAEDAH SHOLAWAT MALAM JUM'AT:
" Nabi Muhammad Saw Akan Hadir ke Pemakamannya Ketika Dia Meninggal"
اللهم اجعلنا منهم، اللهم اجعلنا منهم، اللهم اجعلنا منهم آمين آمين آمين يارب العالمين

← فائدة : " نقل أنه صلى اللّه عليه وسلّم يحضر عند الموت، وورد في الحديث من قال « اللهم صل على محمد صلاة تكون لك رضاء ولحقه أداء ثلاثا وثلاثين مرة فتح الله له ما بين قبره وقبر نبيّه صلى اللّه عليه وسلّم « ، وعن عليّ بن أبي طالب مرفوعا » من قال ليلة الجمعة ولو مرّة : أللّهمّ صل على محمد النّبيّ الأمّيّ الحبيب العالى القدر العظيم الجاه وعلى آله وصحبه وسلّم كنت ألحده بيدي » (إسعاد الرّفيق وبغية الصّديق ص؛ ٣١ للإمام الحبيب عبدالله بن حسين بن طاهر بن محمد بن هاشم باعلوي)

Faedah : " Diceritakan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam hadir/datang ketika kematian dari umatnya, dan sungguh telah datang dalam sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bahwa; Barang siapa yang membaca < "Allahumma Shalli 'alaa Muhammadin Sholaatan takuunu Laka Ridho'an wa Lahiqohu ada'an sebanyak 33 kali maka Allah SWT akan membuka baginya jarak diantara kuburannya dan kuburan Nabinya Sayyiduna Muhammad Shalallahu 'alaihi wasallam >".

Diriwayatkan juga dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah :
< " Barang siapa yang membaca pada malam Jum'at walaupun hanya satu kali →" Allahumma Shalli'alaa Muhammadinin Nabiyyil Ummiyyil Habiibil 'Aalil Qadril Adziimil Jaahi wa 'alaa aalihi wa shahbihi wasallim"← Maka saya (Nabi Muhammad Saw) akan datang ikut menggali kuburannya dengan tanganku sendiri >". 😭😭😭

اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد في كل لمحة ونفس عددما وسعه علم الله...
الله أكبر الله أكبر الله أكبر
جعلنا الله وإياكم جميعا ممن يلحد بيديّ المصطفى سيدنا وحبيبنا و شفيعنا رسول اللّه محمد بن عبدالله صلى اللّه عليه وصحبه وسلم تسليما كثيرا إلى يوم الدين آمين آمين آمين يارب العالمين بسر أسرار الفاتحة ٣ مرات....

(Kitab Is'aad ar Rafiiq wa Bughyah As Shadiiq bisa Syarhi Sullam at Taufiiq, Halaman: 31 Lil Imam Al Allaamah Al Habib Abdullah bin Husain bin Thahir bin Muhammad bin Hasyim Ba'Alawi Rahimahullahu Ta'ala aamiin) ....

Semoga bermanfaat dunia-akhirat Bijahi Habibi Muhammadin Shallallahu'alaihi wasallam....

Kamis, 26 Oktober 2017

KISAH HIDUP AL FAQIHIL MUQODDAM MUHAMMAD BIN ALI

MANAGIB (BIOGRAFI) SAYYIDINA AL-A'ZHOM AL-FAQIH AL-MUQADDAM "ABU TARIM" "MUHAMMAD BIN ALI BA'ALAWI" RA.

oleh Al-Habib Muhammad Rafiq bin Luqman Al-Kaff
--------------------------------------------------------------

KISAH KEKERAMATAN SAYYIDINA Al- FAQIH RA.

Berkata As-Syĕkh Abdullah Al-Idrus di dalam Kitab beliau; “Al-Mawahib Al-Quddusiyah” As-Syĕkh Ibrahim Baharwaz  As-Syibamy mengatakan: ”Di Syibam masih disimpan Kitab-kitab yang menceritakan kekeramatan Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ra yang berjumlah lebih kurang seratus Riwayat mengenai kekeramatan beliau”

Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam mempunyai Ahklak yang mulia, beliau dengan Ketawadhu’annya membawa sendiri ikan yang beliau beli dari pasar ke rumah beliau, beliau melazimkan Al-Khumul
Kekeramatan Sayyidina  Al-Faqih Al-Muqaddam Ra sangatlah banyak beberapa diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Berzikirnya pohon-pohon dan batu-batu di Wadi An-Nua’ir
Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam telah melakukan Riyadhah dan Mujahadah yang sangat luar biasa, dan beliau telah ber-Uzlah di lembah An-Nu’air selama setahun, beribadah siang dan malam, pada satu kesempatan anak beliau; As-Syĕkh Ahmad mengikuti beliau ke Wadi An-Nu’air maka tatkala ia sampai di lembah tersebut dia melihat Al-Faqih Muqaddam sedang berzikir Jahr , dilihat oleh As-Syĕkh Ahmad seluruh yang ada di lembah tersebut termasuk seluruh bebatuan dan pepohonan berzikir mengikuti Al-Faqih Muqaddam, lalu pingsanlah anak beliau As-Syĕkh Ahmad yang dikala itu masih muda, kemudian ketika dia sadar ayah beliau; Sayyidina Al-Faqih Muqaddam memperingatinya agar jangan mengulangi mengikuti beliau ber-Uzlah di lembah tersebut.

2. Suara dari langit
Sayyidina Al-Faqih Ra di dalam Bidayahnya mendengarkan seruan dari langit:

يَافَقِيْه أتْرُكْ مَاأَنْتَ عَلَيْهِ مِنَ الظَّوَاهِرَ وَاقْبَلْ عَلَيْنَا نُوَاصِلُكَ وَنُوَالِيْكَ فَإِنَّ لَنَا فِيْكَ مُرَادًا وَلَكَ مِنَّا ازْدِيَادًا إِلْزَمْ تَفْرِيْدُ التَّوْحِيْدُ وَتَجْرِيْد التَّفْرِيْدُ نُرِيَكَ مِنْ أَياَتِنَا عَجَبًا وَنَمْنَحُكَ مِنْ فَضْلِناَ مَطْلَبًا فَلاَ تَشُبْ مُرَادَنَا بِمُرَادِكَ وَارْجِعْ إِلَيْناَ فِى مَبْدَاكَ وَمَعَادِكَ وَلاَ تَرَى تَصْرِيْفًا لِغَيْرِنَا فَإِنَّ لَنَا خَاصَّةً مِنْ عِبَادِناَ سَنُوَصِّلُهُمْ عَلَى يَدِكَ إِلَيْنَا

“Wahai Faqih Muhammad bin Ali, tingalkanlah urusan-urusanmu yang bersifat Zhohiriyah, menghadaplah engkau keharibaan kami, kami pun akan menyampaikan dan menolongmu, sesungguhnya kami mempunyai keinginan pada dirimu dan bagimu dari kami ni’mat yang selalu bertambah, lazimkanlah dirimu selalu ber-tafrid di dalam Tauhid, dan ber-Tajrid di dalam Tafrid, kami akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan kami dan kami akan memberikan engkau keutamaan, maka jangan engkau jadikan keinginan kami tersamar dalam keinginanmu, dan jadikan kepada kami awal tujuanmu dan kembalimu, dan jangan engkau alihkan tujuanmu selain kepada kami, sesungguhnya kami mempunyai hamba-hamba yang Khusus yang akan kami sampaikan hajat-hajat mereka darimu kepada kami”

3. Keadaan keluarga Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Ra sepeninggal beliau
Diriwayatkan bahwa As-Syĕkh Al-Kabir Al-Arif billah Ta’ala Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Ibad Ra datang ke Tarim sesudah wafatnya Sayyidina Al-Faqih Ra untuk menengok anak-anak Sayyidina Al-Faqih Ra beserta isteri beliau “Ummul Fuqara’ ” Al-Hababah Zainab R.anha, tatkala As-Syĕkh Abdullah telah bertemu dengan Al-Hababah Zainab beliau berkata: ”Bagaimana keadaan kalian sepeningal Sayyidina Al-Faqih Ra?”
Al-Hababah Zainab R.anha menjawab: ”Keadaan kami sepeningal  Sayyidina Al-Faqih tidak ada bedanya dengan sebelum beliau.

Rabu, 25 Oktober 2017

KISAH PENGARANG DALAIL KHOIROT

🌴🌴 *KISAH PENGARANG KITAB DALAIL KHAERAT* 🌴🌴

Adapun nasabnya adalah Sayid Abu Abdillah Muhammad bin Sulaiman  bin Abdurrohman bin Abu Bakar bin Sulaiman bin Ya’la bin Yakhluf bin Musa bin ‘Ali bin Yusuf bin Isa bin Abdulloh bin Jundur bin Abdurrohman bin Muhammad bin Ahmad bin Hasan bin Isma’il bin Ja’far bin Abdulloh bin Hasan bin Hasan bin Ali bin Abu Tholib Karramallahu Wajhah.

Beliau dilahirkan di Jazulah yaitu disebuah kabilah dari Barbar di pantai negeri Maghrib {Maroko} Afrika. Beliau  belajar di Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan Mesir kira-kira 36 derajat 17 daqiqohatau sekitar 4.064 km. Dikota Fas beliau belajar hingga menjadi sangat banyak menguasai ilmu yang bermacam-macam sehingga namanya tersohor, kemudian beliau mengarang kitab “Dalail al Khoirat”.

Sejarah Menjelang Mengarang Kitab Dalailul Khoirot

   Adapun sebab musabab beliau mengarang kitab Dalailul Khoirot adalah karena pada suatu saat beliau singgah di suatu desa bertepatan  dengan waktu (habisnya) sholat dhuhur; tetapi beliau tidak menjumpai seorangpun yang dapat beliau tanyai untuk mendapatkan air wudlu.

Akhirnya beliau menemukan sebuah sumur yang tidak ada timbanya, maka beliau berputar-putar di sekitar sumur itu dalam keadaan bingung karena tidak ada alat untuk menimba air. Tetapi kemudian beliau dilihat oleh seorang anak perempuan kecil yang berusiya sekitar tuju tahun. Anak itu bertanya kepada Sayid Muhammad al-Jazuli,

“Ya Syekh, mengapa anda nampak bingung berputar-putar disekitar sumur ?”.

Syekh menjawab,”Saya Muhammad bin sulaiman”.

Anak itu bertanya lagi, “Apa yang hendak tuan kerjakan ?”.

Syekh menjawab, ”Waktu sholat dhuhurku sudah sempit, tetapi saya belum mendapatkan air untuk berwudlu”.

Anak kecil itu bertanya, apakah dengan namamu yang sudah terkenal itu tidak bisa (hanya sekedar) mendapatkan air wudlu dari dalam sumur? Tunggulah sebentar !”

Kemudian anak kecil itu mendekat ke bibir sumur dan meniupnya sekali, tiba-tiba airnya mengalir dan memancarkan di sekitar sumur seperti sungai besar. Kemudian anak kecil itu pulang kerumahnya, dan Syekh Muhammad Al-Jazuli pun segera berwudlu dan melaksanakan sholat dluhur.

Setelah itu Syekh Muhammad Al-Jazuli bergegas mendatangi rumah anak perempuan kecil itu, sesampainya di sana beliau mengetuk pintu. Anak kecil itu berkata, “Siapa itu ?”, maka syekh menjawab, ”Wahai anak perempuanku, saya bertanya kepadamu, demi Allah dan kemahaagungan-Nya yang menciptakan kamu dan menunjukkan kepadamu terhadap Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasulmu yang diharap-harapkan syafaatnya, saya harap engkau mau menemuiku, saya hendak menanyakan tentang satu hal”.

Ketika anak itu menemui beliau, Syekh Muhammad Al-Jazuli bersumpah, “Aku bersumpah kepadamu demi kemahaagungan Allah, demi kemahakuasaan-Nya, demi kemahamemberi-Nya, demi kemahasempurnaan-Nya dan demi Nabi Muhammad yang sholawat salam atas beliau, para shahabat, isteri dan putra-putra beliau, demi risalah beliau dan demi syafaat beliau, aku mohon kamu mau menceritakan kepadaku dengan apakah kamu bisa mendapatkan martabat yang tinggi {sehingga dapat mengeluarkan air dari sumur tanpa menimba} ?”.

Anak perempuan kecil itu menjawab, : “Kalaulah tidak karena sumpahmu itu wahai Syekh, tentulah aku tidak mau menceritakannya. Saya mendapatkan keistimewaan yang demikian itu karena membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw.” Setelah peristiwa itu kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli radliallahu anhu mengarang kitab “Dalail al Khairat” di kota Fas. Dan sebelum beliau mensosialisasikan kitab itu ia mendapat ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dari Fas kedesa beliau  ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu bertemu Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah Al-Shaghir seorang penduduk dipinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya.

Kemudian Syekh Muhammad Al-Jazuli melaksanakan kholwat untuk beribadah selama 14 tahun dan kemudian keluar dari kholwatnya untuk mengabdikan diri dan menyempurnakan pentashihan (pembetulan) kitab “Dalail al Khoirot” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 82 H. delapan tahun sebelum hari wafatnya.

Adapun Thoriqoh beliau disandsarkan pada Syekh Syadzili yang belajar dari Sayyid Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Mudhor Al-Munithi dari Sayid Abu Utsman Sa’id Al-Hartanai dari Sayid Abi Zaid Abdurrahman Al-Rajraji dari Sayid Abul Fadhil Al-Hindi dari Syekh ‘Inus Uwais Zamanihi dari Sayid Abu Abdilah Al-Maghribi seorang pengembara yang dimakamkan di Damnahur Al-Bukhairoh dari pengikut para orang sholih dan kelompok Thoriqotnya muslikin dan seagung-agungnya orang-orang ma’rifat dan Imamnya para wasil, Abul Aqthob yang diperlihatkan oleh Allah terhadap semua pengikutnya sebagai penerus barisan para keturunan Al-Hasyimiyyah dan keturunan Nabi, Sayid Abul Hasan ‘Ali Al-Syadzali radliyallahu ‘anhu yang dilahirkan pada tahun 595 H. dan wafat pada tahun 656 H. dinegerinya.

Kamis, 05 Oktober 2017

RAHASIA YANG TERSEMBUNYI DIBALIK KALIMAT "بسم الله الرحمن الرحيم"

Rahasia Bismillah

Berdoa dan membaca Al-Qur'an adalah anjuran bagi seluruh umat Muslim yang ingin memperoleh ridha Allah SWT dalam dunia maupun kelak nanti di akhirat. Menjadi sebuah pertanyaan, dimana sangat sering sekali saat
berdoa dan membaca tulisan pelajaran bahasa Arab, dimana seluruhnya akan menggunakan bismillah di bagian awal sebagai pembuka.

Lalu, apa sebenarnya arti dari bismillah yang sering sekali dibaca dan didengar tersebut? Seseorang yang menuliskan rahasia di balik kata bismillah, dalam sebuah ulasan berikut ini.

Di sela menunggu datangnya kumandang azan magrib kemarin, saya membaca buku yang ditulis oleh Syaikh Nawawi Al-Bantani, Syarh Marâqil Ubûdiyyah. Kitab ini adalah penjelasan kitab Bidayatul Hidayah-nya Imam Ghazali.

Seperti kebiasaan para ulama salaf dalam menulis buku selalu mengetengahkan dan meletakkan basmalah بسم الله الرحمن الرحيم , Imam Ghazali juga mengawali dengan kalimat tersebut. Syaikh Nawawi sebagai penjelas kitab beliau, turut mengulas dengan indah dan penuh pelajaran untuk kita.

Menurut Syaikh Nawawi, kalimat Basmalah merupakan kesatuan dari empat kata yang berdiri secara berjajar: بسم, الله, الرحمن, الرحيم. Hal ini sebagai isyarat adanya pertolongan Allah kepada para hamba-Nya yang beriman dari gangguan setan. Sebagaimana firman-Nya:

ثُمَّ لَآَتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ
أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

“Kemudian Saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan, dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (Qs. Al-A`raf: 17)

Berdasar ayat di atas, menurut Syaikh Nawawi, dengan membaca Basmalah
Allah akan memberikan perlindungan dan pengayoman dari segala mara bahaya dan rasa was-was. Di samping itu, sebagai petunjuk bahwa kemaksiatan seseorang berporos pada empat hal: kemaksiatan yang dilakkan secara sembunyi-sembunyi, terang-terangan, di waktu pagi, dan di waktu
siang. Dengan membaca Basmalah, dosa aneka kemaksiatan terhapus dan pupus berkat membaca Basmalah.

Lebih lanjut, Syaikh Nawawi memberi arti di balik tiap huruf yang menempel pada kalimat Basmalah ini.

Pertama, Ba`: Barâ-atullah. Artinya jaminan keselamatan kepada orang-orang yang berbahagia dengan iman dalam dadanya. Dalam makna yang lebih dalam, orang beriman tidak boleh alpa dari membaca Basmalah dalam keadaaa apapun, selama perbuatan itu berada dalam kebaikan.

Kedua, Sîn: Satrullah. artinya perlindungan Allah. Makna ini memberi penjelasan bahwa orang mukmin tidak pernah melewatkan tiap langkahnya dengan membaca Basmalah yang dengannya, kala ia bertemu orang yang
melawan Allah, ia berlindung dari kebodohannya.

Ketiga, Mîm: mahabbattuhu. Artinya rasa cinta Allah kepada seorang Muslim yang membaca Baslamah. Seseorang yang ingin memperoleh cinta Allah, tentulah bibirnya tidak kering dari Basmalah.

Keempat, Alif: ulfatuhu. Artinya keramahan Allah. Allah itu Maharamah, Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Keramahan Allah akan semakin muncul kepada mereka yang membaca Basmalah.

Kelima, Lâm: lathâfatuhu. Artinya kelembutan Allah. Hikmah di balik membaca Basmalah mendapat kenyamanan dan kelembutan dalam hatinya. Sikap dan sifat jelek akan hilang berganti kebaikan dan hati berhias kelembutan.

Keenam, hâ`: hidâyatuhu. Artinya petunjuk Allah. Seseorang yang membaca Basmalah, akan terbimbing dan terarah dalam naungan hidayah.

Ketujuh, Râ`: ridhwânuhu. Artinya kerelaan Allah. Ridha Allah akan menempel pada yang melafalkan Basmalah. Jika Allah telah ridha pada seseorang, tidak ada lagi gunda dan gulana, karena ridha-Nya telah hinggap dalam diri. Pelaku maksiat pun yang membaca Basmalah dengan niat taubat kepada Allah, maka bacaan tersebut menjadi jembatan ridha Allah.

Kelapan, Hâ: Hilmuhu. Artinya Kesabaran Allah. Hikmah ini memberi pelajaran tentang kesabaran Allah pada orang-orang yang berdosa. Mereka yang berbuat aniaya, kezaliman, kegaduhan yang merugikan umat manusia,kekrisuhan, akan tetap memperoleh kesabaran dari Allah dengan bacaan
Basmalah.

Kesembilan, Mîm: Minnatuhu. Anugerah Allah. Orang-orang beriman yang membaca Basmalah mendapat anugerah, kebajikan, dan anugerah Allah. Oleh karenanya, setiap perbuatan dan perkataan yang diawali dengan Basmalah, menjadi berkah untuk semua.

Kesepuluh, Nûn:Nûrul Ma`rifah. Artinya cahaya pengetahuan. Dengan kata lain, kalimat basmalah mengandung unsur cahaya Ilahi. Dan cahaya itu diberikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertakwa.

Kesebelas, Yâ`: Yadullâh. Artinya tangan (penjagaan) Allah. Allah memberikan penjagaan pada diri orang yang membaca basmalah. Bacalah pada saat di rumah, kendaraan, tempat kerja, dan di mana saja. Dengan membaca tersebut, Allah turunkan penjagaan dan pengayoman kepadanya.

MasyaAllah, begitu indah dan sangat luar biasa sekali arti bismillah yang kita anggap hanya sebagai bagian doa saja. Ternyata arti di
dalamnya sungguhlah dalam dan menggetarkan hati.

      RAHSIA BISMILLAH DAN ROH IDHAFI

*AL-RUH AL-IDHAFI*
Kata Al-Marhum Syeikh Naem As-Saufi dalam kitab Mengenal Ruh : Bermula ada pun Ruh Idhafi itu maka daripadanya asalnya Jawahir.
Ada pun Ruh Idhafi itu ialah Nuktah. Yang mengadakan Nuktah itu Zat Allah yang Maha Suci. Maka Nuktah itu adalah Titik. Maka Titik itu didalam BA, maka bernamalah ia Bismillah.

Maka dari huruf Bismillah itulah asalnya kejadian alam semesta dan segala isi–isinya. Apabila BA itu terbalik ianya dinamakan NUN. Maka Roh Idafi itulah izin Allah di dalam diri kita. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Ujud Idhafi. Maka Ruh Idhafi itulah dinamakan Nyawa Muhammad, Nyawa Adam, Nyawa orang-orang Mukmin dan Nyawa kepada Ruhani.

Maka kenyataan Ruh Idhafi itu lah Ruhul Quddus. Maka kenyataan Ruhul Quddus itu ialah Ruhani. Kenyataan Ruhani itu ialah Nafas kita. Maka ada pun Ruh Idhafi itu didalam diri. Maka Hakeqat itu diri, dan diri itu didalam Idhafi.

Pasal Nabi Musa AS tidak kenal apa itu Idhafi, maka sebab itu Nabi Musa AS tidak kenal siapa itu Nabi Khidir AS. Maka sebab itu Nabi Musa tidak sanggup mengikuti perjalanan Nabi Khidir AS sampai pada edahnya… Wallahu’alam…

*[ Qarin jin pendamping manusia ]*

Qarin adalah jin yang dicipta oleh Allah sebagai pendamping atau kembar kepada setiap insan yang dilahirkan (manusia). Dia dikatakan sebagai“syaitan” kepada manusia itu. Setiap manusia yang dilahirkan ke dunia ini pasti ada qarin nya sendiri. Rasulullah s.a.w. tidak terkecuali.

Cuma bezanya, qarin Rasulullah adalah muslim. Manakala yang lain-lainnya
adalah kafir. Pada umumnya qarin kafir ini mendorong “dampingan”nya membuat kejahatan. Dia membisikkan was-was, melalaikan ibadah seperti solat, membaca al-Quran dan sebagainya. Malah ia bekerja sekuat tenaga untuk menghalang manusia dampingannya melakukan ibadah dan kebaikan.

Untuk mengimbangi usaha qarin ini Allah utuskan malaikat (Maha Adil Allah). Malaikat ini akan membisikkan hal-hal kebenaran dan mengajak membuat kebaikan. Maka terpulanglah kepada setiap manusia membuat pilihan.Walau bagaimanapun orang2 Islam mampu menguasai dan menjadikan pengaruh
qarinnya lemah tidak berdaya.

Caranya ialah dengan membaca “Bismillahir Rahmanir Rahim” (basmalah) sebelum melakukan sebarang pekerjaan, banyak berzikir, membaca al-Quran, melakukan kebaikan dan taat melaksanakan perintah Allah. Secara tidak langsung manusia itu akan meninggalkan nafsu syahwat dan sifat-sifat
tercela. Membersihkan dirinya bersesuaian dengan martabat malaikat tersebut.

Pernah satu ketika dulu para ‘ustaz” pendakwah menceritakan bahawa apabila kita makan berserta Bismillah…. syaitan akan kelaparan dan kurus tetapi jika sebaliknya ia semakin gemuk. Pada awalnya memang
mengelirukan dan sukar difahami bagaimana syaitan itu boleh kurus kerana bukan kita seorang sahaja manusia di muka bumi ini. Bukan semuanya baca basmalah bila hendak makan dan minum. Setelah dibangkitkan soal qarin ini baharulah kita faham kedudukan sebenarnya. Syaitan yang dimaksudkan
ialah jin qarin ini (sifatnya berlawanan dengan sifat malaikat – sebab itu disebut syaitan) dan ia khusus untuk setiap individu.

Sabda Rasulullah s.a.w. daripada Abdullah Mas’ud r.a. maksudnya: “Setiap kamu ada Qarin daripada bangsa jin, dan juga Qarin daripada bangsa malaikat. Mereka bertanya: “Engkau juga ya Rasulullah.” Sabdanya: “Ya
aku juga ada, tetapi Allah telah membantu aku sehingga Qarin itu dapat kuislamkan dan hanya menyuruh aku dalam hal kebajikan sahaja.” (Riwayat Ahmad dan Muslim)
Kewujudan qarin ialah untuk menggoda manusia, menampakkan hal-hal yang buruk dan hal-hal yang jahat-jahat seolah-olah baik pada anggapan manusia, lalu akhirnya manusia terpengaruh atau terpesong.

Dalam surah al-An’am: 112 terdapat firman Allah: “Dan demikianlah kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh dari jenis manusia dan jin,sebahagian daripada mereka membisikkan kepada yang lain perkataan yang indah-indah untuk menipu”.

Ath-Thabarani mengisahkan riwayat dari Syuraik bin Thariq. Ia berkata,Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya: “Tidak ada seseorang di antara kalian melainkan ada baginya seorang syaitan.”
Mereka bertanya, “Juga bagimu, ya Rasulullah?” “Ya, juga bagiku, tetapi
Allah melindungiku sehingga aku selamat.”(HR. Ibnu Hibban)

Jin ini, menurut para alim ulama’, bukanlah dari kalangan jin yang biasa. Jin ini tugasnya hanya untuk menyesatkan ‘tuan’nya, yang
didampingi dari awal kelahiran hingga kematian manusia tersebut. Ada juga qaul yang menyatakan bahawa jin ini dilahirkan bersama-sama kita, akan tetapi ianya tidak mati apabila kita meninggal dunia kerana hayat mereka dipanjangkan Allah, dan mereka hanya dimatikan menjelang hari Qiamat.

Ketika manusia mati sama ada dalam keadaan beriman kepada Allah atau mati dalam keadaan murtad, syirik atau kufur hasil daripada tipu helah iblis dan syaitan yang sentiasa berada di samping manusia, menemani manusia ke mana dia pergi, ataupun mati dalam Islam tetapi bergelumang dalam maksiat.

Qarin akan berpisah dengan “kembar”nya apabila manusia meninggal dunia.Roh manusia akan ditempatkan di alam barzakh, sedangkan qarin terus hidup kerana lazimnya umur jin adalah panjang. Walau bagaimanapun,
apabila tiba hari akhirat nanti maka kedua-duanya akan dihadapkan ke hadapan Allah untuk diadili.Tetapi qarin akan berlepas tangan dan tidak bertanggungjawab atas
kesesatan atau kederhakaan manusia.

*[ HAKIKAT MUHAMMAD ]*

Dalam bahasa tasawuf/sufi hakikat muhammad berhubungan dengan roh al
quddus dengan roh al-muhammadiyah. dibawah ini penulis kemukakan analis
hal tsb dalam perspektif wali agung Syeikh Abdul Qodir al-Jaelani dan juga dalam perspektif wali di tanah jawa , yang sebagian perjalanan pemahaman tentang tasawufnya banyak di pengaruhi oleh wali agung Syeikh
al-Jaelani.

Anda mungkin pernah bertanya-tanya mengapa wajah rasulullah tidak bisa
atau tidak boleh di gambarkan? .. alasan yang muncul kadang karena pada saat itu belum ada fotografi sehingga gambarnya tidak mungkin tepat,kalau hanya itu alasannya, kurang tepat bagi saya, karena pasa masa nabi-nabi yang lain juga belum ada tekhnik foto, dan tidak
dipermasalahkan gambar-gambar para nabi dan wali yang ada.

Kalau kita melihat banyak kitab dan buku yang ada, pengambaran Allah dan Nabi Muhammad diilustrasikan dengan dengan cahaya yang terang benderang.inspirasi dari ilustrasi cahaya tsb sebenarnya berasal dari QS:Al-Nur:35 tentang nur illahi. Sementara Muhammad adalah personalisasi di dunia nur
tsb, maka dalam hal sosok Muhammad yang harus di perhatikan bukan person historisnya ,akan tetapi essensinya dalam bentuk substansi nur muhammad,cahaya pilihan dalam bentuk manusia yang terpuji (Sempurna), karena justru dengan nur muhammad itulah, maka person historis Nabi Muhammad bermakrifat secara musyahadah dan dengan mata telanjang(Ibn Arabi:26)

dan dengan cahaya makrifat Nabi Muhammad maka seluruh makhluk dapat mengenali, dan melalui keutamaannya mengungguli seluruh makhluk, mereka memberi pengakuan. Jelas menurut Syeikh al-Jaelani, Nur Muhammad ciptaan pertama dan utama Allah,yang di cipta dari nur Allah (esensi) sendiri,atau memang cahaya khusus yang di karuniakan Allah sendiri, untuk merujuk pada keutamaan dan kemuliaanya sebagai prototipe al-insan
al-kamil(al-jaelani:121).

Dalam kaitan bahwa Nabi Muhammad Hakikatnya bukan sosok historisnya yang
harus di rujuk, maka asma’ Muhammad bukanlah nama asal dari rasulullah yang agung ini. Muhammad adalah nama dunianya, di mana nama aslinya sejak kecil adalah “Ahmad”, sosok yang penuh dengan keterpujian,sementara secara sepiritualnya, dan dalam posisinya terhadap Allah,
Rasulullah mengemukakan dirinya sendiri bahwa: Ana Ahmadun bi-la mim”.
Artinya pada dirinya tidak lain penyandang nama “Ahad” dia adalah pengejawentahan dari Yang Esa. Inilah yang juga di sebut Roh Al- Quds, roh suci untuk meneruskan penzahiran yang paling sempurna dalam peringkat alam lahut(Al-jaelani:27) dalam hal ini para wali kuno tanah jawa memberikan penjelasan secara tepat sbb:

‘…. Muhammad itu pada hakikatnya Nur Allah, yang dalam bentuk lahir ialah muhammad “… persis ungkapan Al Ghazali: bahwa Muhammad yang seorang nabi/rasul dengan Muhammad yang seorang arab mesti kita harus bisa membedakan walaupun memang kenyataanya Nabi Muhammad lahir di
jazirah arab.

Di sinilah rahasia dari menyatunya syahadat rasul ke dalam syahadat tauhid, dan inilah jawaban mengapa sejak Nabi Adam AS menghuni surga,digerbangnya sudah terdapat tulisan syahadat rasul ini. Ya Nur Muhammada
selalu menyertai roh dari semua jiwa yang akan dan pernah ada di alam semesta ini. Ini pula kunci rahasia mengapa para nabi yang pernah ada memohon kepada Allah agar di jadikan sebagai umat Nabi Muhammad
saw.(Al-jaelani :121).

Nur muhammad dalam perspektih Syaikh Abdul Qodir Al-Jaelani di sebut dengan sebutan Roh Muhammad, yang diciptakan dari cahaya ketuhanan(nurun ala nurin) nur Muhammad merupakan realitas ghaib yang menjadi
inti segala penciptaan. Oleh karenanya kadang ia disebut Nur, Roh, Qalam (tercipta dari perkataan kun). Ia merupakan realitas yang memiliki banyak nama menurut fungsi dan dari mana sudut mana kita memandang
(al-jaelani:7).

Maka realitas batin seperti inilah yang diberikan kepada orang-orang sufi sebagai Hakikat Al-Muhammadiyah. Jika disebut dengan nur tau cahaya karena ia memang bebas dan bersih dari segala kegelapan, karena adanya cahaya tsb. Realitas dalam fungsinya di dunia tampak pada gelarnya sebagai ‘Aql al-kull(Akal semesta) karena pengetahuanya tentang segala sesuatu.

Ia mendapat gelar Qalam, karena dari pengetahuannya dalam akal semesta ia menyebarkan ilmu dan hikmah dan menzahirkan ilmu dalam bentuk huruf dan perkataan, ia disebut roh karena menjadi esensi kehidupan, dan memunculkan yang hidup.

Maka menurut Al-Jaelani, Muhammad adalah nama insan dalam alam gaib, dimana roh berkumpul, yang menjadi sumber dan asal segala sesuatu. Disinilah letak dari logika bahwa Allah menciptakan alam, karena akan
menciptakan person dari muhammad utk keperluan alam ini. Dari kelahiran Nur Muhammad inilah diikuti oleh penciptaan makhluk-makhluk yang lain serta Arsy-nya.

Dalam pengejawentahannya, menurut al Jaelani dan para tokoh sufi lainya,Allah kemudian menurunkan nur dari tempat kejadiannya, yaitu alam lahut ke alam asma’ Allah, yaitu alam penciptaan sifat-sifat Allah dan alam akal roh semesta. Kemudian di turunkan lagi ke alam malaikat utk di
pakaikan pakaian kemalaikatan. Lalu diturunkan lagi ke alam ajsam yang
terjadi unsur api, udara, air dan tanah, disitulah roh diberikan jasmaniah beserta nafsu-nafsunya(al-jaelani:9).

Setelah roh mengalami badanisasi inilah ia mulai mengalami kehilangan nur, dan lupa akan asal serta perjanjian azalinya dengan Allah. Namun Allah juga tetap memberikannya bekal untuk kembali dalam bentuk mata
hati atau bashirah yang menjadi gerbang bagi gerak bebas roh al -idhafi sebagai mursyid setiap jiwa. Hanya saja, basirah ini akan berfungsi optimal kalau seseorang selalu berada dalam taqarrubnya kepada Allah.
Dengan bashirahnya inilah ia akan sanggup menembus kabut alam ghaib, dan menyingkap segala hijab yang menjadi penghalangnya untuk kembali kepada Allah.

Orang sudah dapat memfungsikan bashirahnya dan mendayagunakan Roh Al-Muhammad-nya sebagai pusat perjalanan sepiritualnya. maka ia akan bisa menembus semesta, karena letak nur muhammad itu sendiri berada di langit tujuh berada dalam arsy-nya yang menyatu dan menyanding dengan Allah itu sendiri. Ia akan dapat kembali terserap dalam kesatuan nur essensial, sehingga ia dapat melihat apa yang belum pernah dilihat, dan mengatasi semua penglihatan dan benda yang dapat dilihat..

Menurut Al-Jaelani, hal yang di perlukan orang awam utk membuka bashirahnya adalah dengan mencari orang yang bashirohnya sudah terbuka dan sudah di daya gunakan secara optimal. Hanya melalui orang yang sudah mata hatinya sudah di fungsikan secara semestinya, orang awam dapat memasuki dunia sufisme, serta menunggu giliranya untuk terbukanya mata bashirohnya kepada Allah, karena hanya dengan terbukanya pintu
bashirohnya inilah, maka ia dapat menjalani fungsi utamanya di ciptakan di dunia, yakni untuk bermakrifatullah. Yang harus di ingat adalah bahwa bahwa posisi Roh Al-Muhammadiyah ini hanya dapat bertahan dan berfungsi pada pribadi rasul, nabi, auliya’ dan kekasih-kekasihnya. Maka tidak ada pilihan lain bagi diri kita masing-masing untuk semaksimal mungkin agar dapat menjadi hamba dan kekasih Allah.

Tentu sempat muncul pertanyaaan , mengapa roh suci ini di turunkan kedunia yang fana’ ini ? Ia di hantarkan ketempat yang paling terendah
supaya ia dapat kembali ke asalnya yaitu berpadu dan berdampingan dengan Allah saja atau “innal lillahi wa inna ilahi rajiun”. seperti ketika ia berada dalam pakaian daging, darah, dan tulang itu. melalui mata hati Yang ada di dalam wadag-nya, ia dapat selalu menanam, memelihara dan memupuk benih kesatuan dan ke-esaan, serta berusaha menyuburkan rasa
“berpadu” dan berdampingan” dengan Allah. Demikian menurut Syaikh Abdul QodirAl-Jaelani (al-jaelani:28). Inilah hakikat roh suci.

Adapun ganjaran bagi roh suci, menurut al-jaelani, adalah melihat makhluk yang pertama dilahirkan. Ketika itu, ia akan dapat melihat
keindahan Allah. Kepadanya di perlihatkan rahasia illahiah. penglihatan dan pendengaranya menjadi satu. tidak ada perbandingan, tidak ada persamaan, dengan sesuatu apapun. Dilihatnya kesatuan Jalal (kegagahan,kemurkaan)dengan sifat Jamal (keindahan, kecantikan) Allah. Sifat Jalal
dan Jamal menjadi satu dalam pandanganya (al-jaelani:27). Inilah kunci kearifan dirinya sebagai buah makrifat dan hakikat yang telah disaksikan dan dialami oleh roh suci. Ia mendapat karunia kebeningan dan kesucian
batinya berupa shafa’ al-asror (rahasia-rahasia suci). Dan pengalaman parawali inilah yang menjadikan benar-benar hidup di sisi tuhannya, walaupun jasad kita kembali kepada zatnya masing. Inilah kehidupan sejati yang perlu kita capai hidup penuh dengan kesempurnaan di sisi illahi rabbi………………….

*[ 9 JENIS ROH ]*

Menurut ilmu batin pada diri manusia terdapat sembilan jenis Roh. Masing-masing roh mempunyai fungsi sendiri-sendiri. Ke sembilan macam roh yang ada pada manusia itu adalah sebagai berikut :

*1. Roh Idofi (Roh Ilofi) : *Adalah roh yang sangat utama bagi manusia.Roh Idofi juga disebut "JOHAR AWAL SUCI", karena roh inilah maka manusia dapat hidup. Bila roh tersebut keluar dari raga, maka manusia yang
bersangkutan akan mati. Roh ini sering disebut "NYAWA". Roh Idofi merupakan sumber dari roh-roh lainnyapun akan turut serta. Tetapi
sebaliknya kalau salah satu roh yang keluar dari raga, maka roh Idofi tetap akan tinggal di dalam jasad. Dan manusia itu tetap hidup. Bagi
mereka yang sudah sampai pada irodat Allah atau kebatinan tinggi, tentu akan bisa menjumpai roh ini dengan penglihatannya. Dan ujudnya mirip diri sendiri, baik rupa maupun suara serta segala sesuatunya.

Bagai berdiri di depan cermin. Meskipun roh-roh yang lain juga demikian, tetapi kita dapat membedakannya dengan roh yang satu ini. Alamnya roh idofi berupa nur terang benderang dan rasanya sejuk tenteram (bukan dingin). Tentu saja kita dapat menjumpainya bila sudah mencapai tingkat"INSAN KAMIL".

*2. Roh Rabani : *Roh yang dikuasai dan diperintah oleh roh idofi. Alamnya roh ini ada dalam cahaya kuning diam tak bergerak. Bila kita berhasil menjumpainya maka kita tak mempunyai kehendak apa-apa. Hatipun
terasa tenteram. Tubuh tak merasakan apa-apa.

*3. Roh Rohani : *Roh inipun juga dikuasai oleh roh idofi. Karena adanya roh Rohani ini, maka manusia memiliki kehendak dua rupa. Kadang-kadang suka sesuatu, tetapi di lain waktu ia tak menyukainya. Roh ini mempengaruhi perbuatan baik dan perbuatan buruk. Roh inilah yang menepati pada 4 jenis nafsu, yaitu :

·         Nafsu Luwamah (aluamah)
·         Nafsu Amarah
·         Nafsu Supiyah
·         Nafsu Mulhamah (Mutmainah)

Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Di mana pandangan
kita tempatkan, di situ roh rohani berada. Sebelum kita dapat menjumpainya, terlebih dulu kita akan melihat bermacam-macam cahaya bagai kunang-kunang. Setelah cahaya-cahaya ini menghilang, barulah muncul roh rohani itu.

*4. Roh Nurani : *Roh ini di bawah pengaruh roh-roh Idofi. Roh Nurani ini mempunyai pembawa sifat terang. Karena adanya roh ini menjadikan manusia yang bersangkutan jadi terang hatinya. Kalau Roh Nurani meninggalkan tubuh maka orang tersebut hatinya menjadi gelap dan gelap fikirannya.

Roh Nurani ini hanya menguasai nafsu Mutmainah saja. Maka bila manusia ditunggui Roh Nurani maka nafsu Mutmainahnya akan menonjol, mengalahkan nafsu-nafsu lainnya.
Hati orang itu jadi tenteram, perilakunyapun baik dan terpuji. Air mukanya bercahaya, tidak banyak bicara, tidak ragu-ragu dalam menghadapi segala sesuatu, tidak protes bila ditimpa kesusahan. Suka, sedih, bahagia dan menderita dipandang sama.

*5. Roh Kudus (Roh Suci): *Roh yang di bawah kekuasaan Roh Idofi juga. Roh ini mempengaruhi orang yang bersangkutan mau memberi pertolongan kepada sesama manusia, mempengaruhi berbuat kebajikan dan mempengaruhi berbuat ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya.

*6. Roh Rahmani : *Roh di bawah kekuasaan roh idofi pula. Roh ini juga disebut Roh Pemurah. Karena diambil dari kata "Rahman" yang artinya pemurah. Roh ini mempengaruhi manusia bersifat sosial, suka memberi.

*7. Roh Jasmani : *Roh yang juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Roh ini menguasai seluruh darah dan urat syaraf manusia. Karena adanya roh jasmani ini maka manusia dapat merasakan adanya rasa sakit, lesu, lelah,
segar dan lain-lainnya. Bila Roh ini keluar dari tubuh, maka ditusuk jarumpun tubuh tidak terasa sakit. Kalau kita berhasil menjumpainya,maka ujudnya akan sama dengan kita, hanya berwarna merah.
Roh jasmani ini menguasai nafsu amarah dan nafsu hewani. Nafsu hewani ini memiliki sifat dan kegemaran seperti binatang, misalnya: malas, suka setubuh, serakah, mau menang sendiri dan lain sebagainya.

*8. Roh Nabati : *Ialah roh yang mengendalikan perkembangan dan pertumbuhan badan. Roh ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi.

*9. Roh Rewani :* Ialah roh yang menjaga raga kita. Bila Roh Rewani keluar dari tubuh maka orang yang bersangkutan akan tidur. Bila masuk ke tubuh orang akan terjaga. Bila orang tidur bermimpi dengan arwah
seseorang, maka roh rewani dari orang bermimpi itulah yang menjumpainya.
Jadi mimpi itu hasil kerja roh rewani yang mengendalikan otak manusia.Roh Rewani ini juga di bawah kekuasaan Roh Idofi. Jadi kepergian Roh Rewani dan kehadirannya kembali diatur oleh Roh Idofi. Demikian juga
roh-roh lainnya dalam tubuh, sangat dekat hubungannya dengan Roh Idofi.

HAKIKAT BISMILLAH HURUF PER HURUf

Dalam suatu hadits Nabi saw. Beliau bersabda, Setiap kandungan dalam seluruh kitab-kitab Allah diturunkan, semuanya ada di dalam Al Quran. Dan seluruh kandungan Al Quran ada di datam Al Fatihah. Dan semua yang ada dalam Al Fatihah ada di dalam Bismillah hirrahmaan nirrahiim.

Bahkan disebutkan dalam hadits lain, setiap kandungan yang ada dalam Bismillah hirrahmaan nirrahiim ada di dalam huruf Baa, dan setiap yang terkandung di dalam Baa ada di dalam titik yang berada dibawah Baa.

Sebagian para Arifin menegaskan, Dalam perspektif orang yang makrifat kepada Allah, Bismillaah hirrahmaan nirrahim itu kedudukannya sama dengan kun dari Allah.

Perlu diketahui bahwa pembahasan mengenai Bismillah hirrahmaan nirrahiim banyak ditinjau dari berbagai segi, baik dari segi gramatikal (Nahwu dan sharaf) atau pun segi bahasa (etimologis), disamping tinjuan dari materi
huruf, bentuk, karakteristik, kedudukan, susunannya serta keistemewaanya
atas huruf-huruf lainnya yang ada dalam Surat Pembuka Al Qur’an, kristalisasi dan spesifikasi huruf huruf yang ada dalam huruf Baa,
manfaat dan rahasianya.

Tujuan kami bukan mengupas semua itu, tetapi lebih pada esensi atau hakikat makna terdalam yang relevan dengan segala hal di sisi Allah swt, Pembahasannya akan saling berkaitan antara satu sama lainnya, karena seluruh tujuannya adalah Ma’rifat kepada Allah swt.

Kami memang berada di gerbangNya, dan setiap ada limpahan baru di dalam jiwa maka ar-Ruhul Amin turun di dalam kalbunya kertas. Ketahuilah bahwa Titik yang berada dibawah huruf Baa’ adalah awal mula setiap surat dan
Kitab Allah Ta’ala. Sebab huruf itu sendiri tersusun darititik, dan sudah semestinya setiap Surat ada huruf yang menjadi awalnya, sedangkan setiap huruf itu ada titik yang menjadi awalnya huruf. Karena itu menjadi keniscayaan bahwa titik itu sendiri adalah awal dan pada setiap surat dan Kitab Allah Ta’ala.

Kerangka hubungan antara huruf Baa dengan Tititknya secara komprehensif akan dijelaskan berikut nanti. Bahwa Baa dalam setiap surat itu sendiri sebagai keharusan adanya dalam Basmalah bagi setiap surat, bahkan di dalam surat Al-Baqarah. Huruf Baa itu sendiri mengawali ayat dalam surat tersebut. Karena itu dalam konteks inilah setiap surat dalam Al-Qur’an mesti diawali dengan Baa sebagaimana dalam hadits di atas, bahwa seluruh
kandungan Al-Qur’an itu ada dalam surah Al-Fatihah, tersimpul lagi di dalam Basmalah, dan tersimpul lagi dalam Huruf Baa, akhirnya pada titik.

Hal yang sama , Allah SWT dengan seluruh yang ada secara paripurna sama sekali tidak terbagi-bagi dan terpisah-pisah. Titik sendiri merupakan syarat-syarat dzat Allah Ta’ala yang tersembunyi dibalik khasanahnya
ketika dalam penampakkan-Nya terhadap mahlukNya. Amboi, titik itu tidak tampak dan tidak Layak lagi bagi anda untuk dibaca selamanya mengingat kediaman dan kesuciannya dari segala batasan, dari satu makhraj ke makhraj lainya. Sebab ia adalah jiwa dari seluruh huruf yang keluar dari
seluruh tempat keluarnya huruf. Maka,camkanlah, dengan adanya batin dari
Ghaibnya sifat Ahadiyah.

Misalnya anda membaca titik menurut persekutuan, seperti huruf Taa’ dengan dua tik, lalu Anda menambah satu titik lagi menjadi huruf Tsaa’, maka yang Anda baca tidak lain kecuali Titik itu sendiri. Sebab Taa’ bertitik dua, dan Tsaa’ bertitik tiga tidak terbaca,karena bentuknya satu, yang tidak terbaca kecuali titiknya belaka. Seandainya Anda membaca di dalam diri titik itu niscaya bentuk masing-masing berbeda dengan lainnya. Karena itu dengan titik itulah masing-masing dibedakan,
sehingga setiap huruf sebenarnya tidak terbaca kecuali titiknya saja.Hal yang sama dalam perspektif makhluk, bahwa makhluk itu tidak dikenal kecuali Allah.

Bahwa Anda mengenal-Nya dari makhluk sesungguhnya Anda mengenal-Nya dari
Allah swt. Hanya saja Titik pada sebagian huruf lebih jelas satu sama lainnya, sehingga sebagian menambah yang lainnya untuk
menyempurnakannya, seperti dalam huruf-huruf yang bertitik, kelengkapannya pada ttik tersebut. Ada sebagian yang tampak pada
kenyataannya seperti huruf Alif dan huruf-huruf tanpa Titik.

Karena huruf tersebut juga tersusun dari titik-titik. Oleh sebab itulah, Alif lebih mulia dibanding Baa’,karena Titiknya justru menampakkan diri dalam wujudnya, sementara dalam Baa’ itu sendiri tidak tampak (Titik berdiri sendiri). Titik di dalam huruf Baa’ tidak akan tampak, kecuali dalam rangka kelengkapannya menurut perspektif penyatuan. Karena Titik suatu huruf Merupakan kesempurnaan huruf itu sendiri dan dengan sendirinya menyatu dengan huruf tersebut. Sementara penyatuan itu sendiri
mengindikasikan adanya faktor lain, yaitu faktor yang memisahkan antara huruf dengan titiknya.

Huruf Alif itu sendiri posisinya menempati posisi tunggal dengan sendirinya dalam setiap huruf. Misalnya Anda bisa mengatakan bahwa Baa’itu adalah Alif yang di datarkan Sedang Jiim, misalnya, adalah Alif dibengkokkan’ dua ujungnya. Daal adalah Alif yang yang ditekuk tengahnya.

Sedangkan Alif dalam kedudukan titik, sebagai penyusun struktur setiap huruf ibarat Masing-masing huruf tersusun dari Titik. Sementara Titik bagi setiap huruf ibarat Neucleus yang terhamparan. Huruf itu sendiri seperti tubuh yang terstruktur. Kedudukan Alif dengan kerangkanya seperti kedudukan Titik. Lalu huruf-huruf itu tersusun dari Alif sebagimana kita sebutkan, bahwa Baa’ adalah Alif yang terdatarkan.

Demikian pula Hakikat Muhammadiyyah merupakan inti dimana seluruh jagad
raya ini diciptakan dari Hakikat Muhammadiyah itu. Sebagaimana hadits
riwayat Jabir, yang intinya Allah swt. menciptakan Ruh Nabi saw dari Dzat-Nya, dan menciptakan seluruh alam dari Ruh Muhammad saw. Sedangkan Muhammad saw. adalah Sifat Dzahirnya Allah dalam makhluk melalui Nama-Nya dengan wahana penampakan Ilahiyah.

Anda masih ingat ketika Nabi saw. diisra’kan dengan jasadnya ke Arasyyang merupakan Singgasana Ar-Rahman. Sedangkan huruf Alif, —walaupun huruf-huruf lain yang tanpa titik sepadan dengannya, dan Alif merupakan
manifestasi Titik yang tampak di dalamnya dengan substansinya — Alif memiliki nilai tambah dibanding yang lain. Sebab yang tertera setelah Titik tidak lain kecuali berada satu derajat. Karena dua Titik manakala
disusun dua bentuk alif, maka Alif menjadi sesuatu yang memanjang. Karena dimensi itu terdiri dari tiga: Panjang, Lebar dan Kedalaman.

Sedangkan huruf-huruf lainnya menyatu di dalam Alif,seperti huruf Jiim. Pada kepala huruf Jiim ada yang memanjang, lalu pada pangkal juga memanjang, tengahnya juga memanjang. Pada huruf Kaaf misalnya, ujungnya memanjang, tengahnya juga memanjang namun pada pangkalnya yang pertama lebar.

Masing-masing ada tiga dimensi. Setiap huruf selain Alif memiliki dua atau tiga jangkauan yang membentang. Sementara Alif sendiri lebih mendekati titik. Sedangkan titik , tidak punya bentangan. Hubungan Alif diantara huruf-huruf yang Tidak bertitik, ibarat hubungan antara Nabi Muhammad saw, dengan para Nabi dan para pewarisnya yang paripurna. Karenanya Alif mendahului semua huruf.

Diantara huruf-huruf itu ada yang punya Titik di atasnya, ada pula yang punya Titik dibawahnya,Yang pertama (titik di atas) menempatip osisi
“Aku tidak melihat sesuatu sebelumnya) kecuali melihat Allah di sana”.

Diantara huruf itu ada yang mempunyai Titik di tengah, seperti Titik putih dalam lobang Huruf Mim dan Wawu serta sejenisnya, maka posisinya pada tahap, ”Aku tidak melihat sesuatu kecuali Allah didalamnya.”
Karenanya titik itu berlobang, sebab dalam lobang itu tampak sesuatu selain titik itu sendiri Lingkaran kepada kepala Miim menempati tahap,
“Aku tidak melihat sesuatu” sementara Titik putih menemptai “Kecuali aku melihat Allah di dalamnya.”

Alif menempati posisi “Sesungguhnya orang-orang yang berbaiat kepadamu
sesungguhnya mereka itu berbaiat kepada Alllah.” Kalimat “sesungguhnya”
menempati posisi arti “Tidak”, dengan uraian “Sesungguhnya orang-orang berbaiat” kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu tidaklah berbaiat kepadamu, kecuali berbaiat kepada Allah.”

Dimaklumi bahwa Nabi Muhammad saw. dibaiat, lalu dia bersyahadat kepada
bersyahadat kepada Allah pada dirinya sendiri, sesungguhnya tidaklah dia itu berbaiat kecuali berbaiat kepada Allah. Artinya, kamu sebenarnya tidak berbaiat kepada Muhammad saw. tetapi hakikat-nya berbaiat kepada
Allah swt. Itulah arti sebenarnya dari Khilafah tersebut.

(disarikan dari tafsir Al-Qur’an karya lbnu ‘Araby)

HAKIKAT BISMILLAH (I)

Penjelmaan duniawi dari pola dasar ilahi, yang disebut didalam Al-Qur’an dengan penulisan pena dan tempat tinta, memiliki suatu pokok signifikasi spiritual. Dapat dikatakan, bahwa Al-Qur’an merupakan suara dari firman
Tuhan yang diembuskan ke hati Nabi dan kemudian kepada para sahabat dan
generasi-generasi selanjutnya.

Sayyidina Ali Karamallahu Wadz’hahu mengatakan : “ Bahwa seluruh Al-Qur’an itu terkandung didalam surat Al-Fatihah”, sedangkan surat Al-Fatihah itu sendiri terkandung di dalam Bismillah (bismallah).

Karena adanya suatu kehadiran ilahi dalam teks Al-Qur’an , yakni Bismillah (Basmallah), maka kalimat Bismillah inipun merupakan
pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi itu, untuk membantu kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai dengan kapasitas spiritual setiap orang Islam.

Bismillah membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi material, sehingga memperoleh jalan masuk ke barakah yang terletak didalam firman ilahi dan untuk mengenyam hakikat alam spiritual, karena Bismillah itupun adalah suatu pengejawantahan visual dari kristalisasi
realitas-realitas spiritual (Al-Haqa’iq) yang terkandung didalam wahyu Islam pertama :

“Iqraa bismirabbikaal ladzii khalaq” : Dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S. : 96 : 1)

Kalimat “Bismillah” merupakan hasil dari pengejawantahan ke-Esaan pada bidang keanekaragaman. Kalimat suci ini merefleksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi, kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada Yang Esa,
kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk, sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an:

“Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia” (Q.S. 3: 191)

Allah Swt menurunkan kalimat suci “Bismillah” dalam wujud fisik (yang tersurat) pada sebuah kitab suci Al-Qur’anul Kariim yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat. Karena kalimat suci “Bismillah”
itu sendiri, memiliki realitas-realitas dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang dapat dilihat dan di dengar menuju ke Yang Gaib, yang juga merupakan keheningan diatas setiap bunyi. Wujud fisik (Bismillah) inipun didasarkan pada ilmu pengetahuan tentang dunia batin yang tidak hanya berkaitan dengan penampakan lahir semata, tetapi juga dengan realitas-realitas batin “Bismillah” itu sendiri (yang tersirat)

Bismillah diilhami oleh spiritualitas Islam secara langsung yang diwahyukan oleh Allah Swt kepada Nabi, sedangkan wujudnya tentu saja dibentuk oleh karakteristik-karakteristik tertentu dari tempat penerima wahyu Al-Qur’an, yaitu : “Qalbu” (hati), yang nilai-nilai positifnya diuniversalkan Islam. Bentuk wahyu Islam yang pertama ini (Bismillah)
tidaklah mengurangi kebenaran, bahwa sumber religius dari “Bismillah” ini berasal dari kandungan batin dan dimensi spiritual Islam pula.

Hanya bagi orang yang mampu melihat relitas-realitas tersebut ataupun orang yang telah dilatih untuk memperoleh penglihatan “Al’Bashirah” (penglihatan batin) atas sesuatu yang tersembunyi dibalik rahasia
Bismillah”, dan dikarenakan “Bismillah” ini merupakan pula pesan dari ruang inti perbendaharaan yang gaib (khaza’in al-ghoybi), maka siapapun yang menerima pesan kalimat suci ini didalam hatinya ia seakan menikmati alunan nyanyian alam rahim yang membawa jiwanya sebelum episode
perjalanan duniawinya yang singkat. Agama Islam tidak berdasarkan ketegangan dramatis antara langit dan bumi, atau pengorbanan heroik dan penyelamatan melalui campur tangan Tuhan, akan tetapi Agama Islam
bertindak untuk mengembalikan kesadaran manusia, bahwa alam semesta adalah kalam ilahi dan pelengkap ayat-ayat suci tertulis yang diwahyukan dalam bahasa Arab.

Kesadaran ini diperkuat dengan tata cara “shalat” yang secara naluriah mengembalikan manusia pada keadaan primordialnya dengan menjadikan seluruh alam sebagai tempat ibadah. Begitu pula halnya kalimat
“Bismillah” yang terucap saat bersujud menyentuh bumi (shalat), adalah ;
untuk mengembalikan manusia ke-kesucian primordial (al-fithrah) saat Yang Maha Esa menghadirkan dirinya secara langsung didalam hati manusia dan “mengumandangkan sebuah simfoni abadi dalam keselarasan yang ada
pada alam yang suci”.

Kalimat suci “Bismillah” yang terucap saat berdzikir, berarti sang pendzikir telah kembali kepusat alam, bukan secara eksternal melainkan melalui hubungan batin yang menghubungkan dirinya dengan prinsip-prinsip
dan irama-irama alam primordial yang sakral dan teramat luas sekaligus merupakan suatu perumpamaan dialog suci antara seorang Hamba dengan Khaliqnya, yang menenangkan dan sekaligus mensucikan jiwanya, begitupun
“Bismillah” yang terucap disaat manusia hendak melakukan suatu pekerjaan-pekerjaan yang halal, maka kesadaran dirinya akan terbangkit dari keterlenaan, dalam dirinya melalui kesadaran akan realitas Yang
Maha Esa.

“Sebuah kesadaran yang sesungguhnya merupakan substansi dari manusia
primordial dan sebab terbentuknya eksistensi manusia “.

Hati serta jiwa seluruh muslim disegarkan oleh “keagungan, keselarasan dan kesucian” kalimat “Bismillah” dalam pada bentuk-bentuk huruf Al-Hijaiyyah yang terdiri dari tujuh huruf (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha),
yang mengelilingi kaum muslim yang hidup didalam masyarakat Islam tradisional dan yang mengungkapkan keindahannya pada setiap lembaran-lembaran suci Al-Qur’an. Oleh karenanya “Bismillah” sebagai induk suci Islam yang merupakan karunia dari “Haqiqah” yang terletak dalam hati wahyu Islam.

Kalimat suci ini akan tetap demikian bagi seluruh muslim, tak peduli apakah diri mereka sadar akan haqiqah ataukah mereka yang sudah puas dengan bentuk-bentuk luarnya saja (kalimat Bismillah yang tersurat).

Bagi mereka yang mengikuti jalan menuju “haqiqah”, kalimat suci ini merupakan pembantu pertama yang sangat diutamakan untuk merenungkan ke-Esaan Ilahi Rabbi, karena huruf “Ba” yang dilambangkan oleh titik pengenal kesucian horizontal “Sin” dengan wujud lengkungan vertikal yang menghadap langit dan “Mim” yang berporos pada suatu tiang kepasrahan.

Tiga huruf-huruf suci ini secara keseluruhan melambangkan eksistensi universal untuk menuntun manusia dalam pembauran kualitas, kekuatan, dan aliran berbagai elemen agar setiap muslim mengingatkan ajaran Tuhan,
yaitu dalam bentuk alam semesta, yang benar-benar muslim atau tunduk kepada kehendak Tuhan dengan mematuhi sifat dan hukum alamnya sendiri-sendiri.

Kesucian “Bismillah” membantu manusia untuk menembus selubung eksistensi material sehingga memperoleh jalan masuk ke “Barakah” yang terletak didalam firman illahi dan untuk mengenyam suatu “rasa”, bahwa setiap jiwa akan mengenyam sesuai dengan kapasitas, keterbatasan, dan keabadiannya.

HAKIKAT BISMILLAH (II)

Huruf “Alif” didalam kalimat “Bismillah” dengan vertikalitasnya melambangkan kekuatan Tuhan dan prinsip transenden yang darinya segala sesuatu itu berasal, sedangkan dua huruf “Lam” dalam bentuk kail (mata
kail), yang melambangkan suatu peringatan agar hamba Allah berhati-hati dalam pancingan Iblis atau setan dan sekaligus merupakan pengejawantahan yang dapat dilihat dari firman ilahi, untuk membantu kaum muslim menembus kedalam dan ditembusi oleh kehadiran ilahi yang sesuai dengan
kapasitas spiritual setiap orang Islam

Hal ini pernah disinggung dalam salah satu Hadits Rasul Saw, yang menyebutkan, bahwa “Barang siapa yang melakukan sesuatu pekerjaan dengan tanpa diawali “Bismillah”, maka tidak akan ada keberkahan didalam
pekerjaannya itu”. Karena didalam makan dan minumnya manusia, Iblis akan turut andil didalamnya, jika tidak diawali dengan ucapan “Bismillah”.

Sedangkan mengenai huruf “Ha” (Ha, marbutoh), yang melambangkan realitas
lingkaran kosmos sebagai wahyu primordial Tuhan yang merupakan hasil dari pengejawantahan keEsaan pada bidang keanekaragaman. Keempat buah
huruf suci ini merefleksikan kandungan prinsip keEsaan ilahi,kebergantungan seluruh keanekaragaman kepada Yang Esa, kesementaraan dunia dan kualitas-kualitas positif dari eksistensi kosmos atau makhluk,
sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt didalam Al-Qur’an: Yaa Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia”

Keempat huruf ini jika digabungkan menjadi kalimat “Allah”. Itulah alasan mengapa “Alif” menjadi sumber abjad dan huruf pertama dari nama“Tuhan Yang Maha Kekal” ini, Allah, yang bentuk visualnya benar-benar
menyampaikan seluruh doktrin metafisik Islam mengenai alam realitas.

Karena dalam bentuk tulisan dari nama “Allah” dalam bahasa Arab, kita melihat dengan jelas suatu garis horizontal, yakni gerak penulisannya, kemudian garis tegak lurus dari “Alif” dan “Lam” semacam garis melingkar, yang secara simbolis dapat disamakan dengan suatu lingkaran “Tauhid” yang mengelilingi jiwa orang Islam, “ dan sekaligus merupakan
suatu teofani dan refleksi dari ketakterbatasan kekayaan khazanah Tuhan yang tercipta setiap saat tanpa pernah kehabisan kemungkinan-kemungkinannya”. Hal ini pula yang menegaskan peran kitab suci Al-Qur’an sebagai petunjuk (Al-Huda), jalan menuju Tuhan.

“Al’Qur’an bagaikan sepercik cahaya yang menyinari kegelapan eksistensi
manusia di dunia ini”.

Misteri Zat yang menyatakan identitas, yang sekaligus merupakan sifat Tuhan yang mutlak dan juga transendensi, mencakup seluruh aspek ketuhanan yang mungkin termasuk dunia dengan pembiasan pembiasan
dari-Nya yang mengindividualisasi tak terkira banyaknya. Maka dari itu orang yang mencintai Tuhan akan selalu “mengosongkan hatinya dari segala sesuatu selain-Nya” (ini terapi yang sangat ampuh untuk mencapai puncak kekhusyuan didalam shalat); karena “ Alif Lam Lam Ha” akan menyerbu
hatinya dan tidak menyisakan ruang sedikitpun untuk sesuatu yang lain,karena seseorang hanya perlu mengetahui dan menyelami hakikat“Bismillah” ini untuk mengetahui semua yang dapat diketahui.

Nama “Allah” adalah kunci khazanah misteri Tuhan dan pintu gerbang menuju Yang Gaib dan Yang Nyata. Itulah realitas yang berdasarkan identitas esensial Tuhan dan kesucian nama-Nya. Itulah alasan mengapa
para Ahlul Hukama selalu merenungi dan menyebutkan bahwa ; “Huruf-huruf
didalam “Bismillah” turun dari dunia spiritual ke dunia fisikal dan memiliki substansi spiritual batin ketika mengenakan selubung dunia gaib
yang mampu menembus kedalam makna batinnya, dan dapat merenungkan simbol
prinsip-prinsip realitas maupun pedoman yang terwujud”

Sebenarnya seluruh manifestasi berasal dari ketujuh huruf ini (Ba Sin Mim Alif Lam Lam Ha), karena bagaimana mungkin Yang “Esa” melambangkan sesuatu yang lain dari huruf-huruf yang akan mengakui keEsaan-Nya,
apalagi penggabungan dari ketujuh huruf-huruf ini jika berbentuk huruf Arab yang memanjang dari kanan ke kiri, akan merupakan lambang
penerimaan prinsip material dan pasif, dalam arti kata “ketaqwaan mutlak” serta dimensi keindahan yang menyempurnakan ke-Agungan diri-Nya,dan sekaligus melambangkan pusat teragung yang dari-Nya segala sesuatu
itu berasal dan kemana segala sesuatu itu kembali.

“Manusia harus percaya kepada yang suci dan terlibat didalamnya, kalau tidak, maka Yang Suci akan menyembunyikan dirinya dibelakang selubung yang tidak dapat diraba dan dilalui, yang pada hakikatnya adalah, selubung jiwa rendah manusia “.

Kesucian “Bismillah” mampu menciptakan sesuatu yang bersifat spiritual sekaligus sensual, menyingkap keindahan dunia ini beserta sifat fananya,dan menjelma dalam bentuk alam transendental yang indah melalui teofani Tuhan, karena hakikat Bismillah masih suci dan dicari oleh sebagian masyarakat Islam, dan menjadi nilai universal bagi seluruh dunia pada saat kebodohan mengancam untuk mencekik “spirit Bismillah” itu sendiri.***

AWAL PENCIPTAAN BISMILLAH

Sebutir debu serta kesekejapan hidup diubah melalui tradisi menjadi sebuah bintang di cakrawala, yang diberkahi dengan kemapanan dan merefleksikan keabadian Tuhan. Menurut doktrin tradisional, realitas batin alam semesta mengungkapkan dirinya melalui mata batin atau penglihatan intelektual, “karena mata batin merupakan alat persepsi yang
berdasarkan keselarasan, sekalipun diatas bidang korporeal”.

Dalam makrokosmos, keselarasan alam semesta terwujud pada taraf realitas
yang lebih tinggi dan menjadi suram serta semakin samar dalam tingkat kosmos yang semakin rendah, karena jauh sebelum Tuhan menciptakan manusia pertama, yakni Adam As (Abul Basyar) Tuhan yang Maha Agung lebih
dulu menciptakan suatu alam yang disebut “Alam Jabbarut Malaakut”, dan dihuni oleh para malaikat-malaikat Allah yang tak terbilang banyaknya.

Sebagian dari kelompok para Malaikat-Malaikat Allah tersebut adalah kelompok Malaikat Muqarrabin, Malaikat Kurubiyyin, Malaikat Kiraman Katibin, Malaikat Arsyi, Malaikat Hafadzah dan Malaikat Aran Jabaniyyah, Malaikat Arsyi. Dan masih banyak lagi golongan Malaikat-malaikat lainnya
yang tidak dapat disebutkan disini.

Para malaikat-malaikat ini masing-masingnya mempunyai sayap, yang sayapnya saja secara langsung melambangkan “Hakikat realitas penerbangan dan pendakian melawan seluruh hal yang merendahkan derajat serta
menurunkan kekuatan atas dunia ini, yang akhirnya mengantar pada kebebasan dari kungkungan duniawi yang serba terbatas”. Seperti tersebut didalam Firman-Nya :

“ Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga empat.Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu”. (Q.S. 35 : 1).

Menurut doktrin tradisional, “Alam Jabbarut Malakut” terdiri dari tujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” yang pada puncaknya terdapat singgasana Tuhan (Al-Arsy). Tuhan yang menciptakan singgasana (Al-Arsy) dari
jambrud hijau dan keempat tiangnya terbuat dari batu merah delima, yang dibawa oleh delapan Malaikatul Arsy, yang selalu bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya. Ketujuh lembah “Qaf” itu sendiri, adalah Lembah Thalab (pencarian), Lembah Isyq (cinta), Lembah Istighna (kepuasan), Lembah Hayrat (kekaguman), Lembah Faqr
(kemiskinan), Lembah Ma’rifah (gnosis), dan Lembah Fana (lebur).

Dimasing-masing ketujuh lembah pegunungan kosmik “Qaf” ini terdapat (tersimpan) tujuh buah huruf Al-Hijaiyyah, yakni huruf-huruf yang ada pada kalimah suci “Bismillah”. Pegunungan kosmik “Qaf” merupakan pesona
spiritual dari keindahan dan keAgungan Tuhan, yang selalu menjadi pintu gerbang untuk masuk kedalam lautan rahasia Tuhan, yang dimulai dengan kerinduan kepada-Nya, dan bergerak secara perlahan menuju penyingkapan
“hakikat Bismillah” yang suci dan mensucikan, dan akhirnya mencapai peleburan (Fana) dengan melintasi horizon esoterisme “Qaf” yang sangat luas dan tanpa batas. “Qaf, demi Al-Qur’an yang sangat mulia” (Q.S. : 50: 1)

Ekspresi universal kehidupan “Alam Jabbarut Malaakut” dan jalan inisiatik, dimungkinkan oleh tingginya tingkatan spiritual (maqam) yang sekaligus menjadi awal cikal bakal penciptaan langit dan bumi yang pada
waktu itu (di alam jabbarut malakut), langit masih berupa asap, asap yang keluar dari ketujuh lembah “Qaf”, kemudian Allah satukan dan dari asap tersebut dijadikannya tujuh lapis langit. Seperti tersebut dalam firman-Nya:
“ Yang menciptakan tujuh lapis langit “ (Q.S. :67 : 3). Dan

firman-Nya lagi : “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit yang kala itu masih berupa asap” (Q.S. : 41 : 11).

Setelah tujuh lapis langit terbentuk, kemudian Allah Swt menciptakan tujuh lapis bumi yang diambil dari pegunungan kosmik “Qaf” pula. “ Allah-lah yang mnciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi” (Q.S. : 65 : 12)

Catatan : Pengertian mengenai penciptaan langit dan bumi ini adalah “langit akhirat dan bumi akhirat”, karena setelah penciptaan langit dan bumi akhirat ini, Allah Swt menciptakan tujuh surga dan tujuh neraka, barulah langit dan bumi dunia Allah ciptakan dalam masa yang pada saat itu bumi masih dalam keadaan gelap gulita.

Seperti yang Allah Swt firmankan didalam Al-Qur’an : “Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi, dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan kami sedikitpun tidak ditimpa kelelahan “ (Q.S. :
50 : 38)

Tuhan Yang Maha Esa menciptakan dunia setelah DIA (Allah) menciptakan surga dan neraka berikut wildan dan bidadari. Dunia saat itu masih dalam keadaan gelap gulita, dan setelah Nabi Adam As dan Siti Hawa terusir
dari surga, kemudian turun ke dunia, barulah Allah Swt menciptakan cahaya yang menerangi dunia (matahari-bulan-dan bintang), walau
sebenarnya penciptaan cahaya (cahaya Muhammad) ini lebih dulu dari pada
penciptaan Alam Jabbarut Malaakut, yakni “Nur Muhammad”

Tuhan adalah “cahaya langit dan bumi”. Demikian penegasan Al-Qur’an yang kemudian dimensi kosmogonis dan kosmologisnya diperkuat oleh Rasul Saw. Dengan sabdanya : “Yang pertamakali diciptakan oleh Tuhan adalah cahaya”.

“Cahaya bagaikan kutub-kutub spiritual yang menyala, laksana norma dan teladan-teladan yang hidup dan menjadi perhatian para pencari kebenaran dimana dan kapanpun yang sekaligus merupakan realitas surgawi dibalik
bentuk keduniawian”.