Kamis, 27 April 2017

KEUTAMAAN IBADAH SHOLAT

💚 *Surat Cinta Tentang Shalat*
---------------------------------------------
🌾Bila engkau anggap *shalat* itu hanya sebagai *penggugur kewajiban*, maka kau *akan terburu-buru mengerjakannya*.

🌾Bila engkau anggap *shalat hanya sebagai sebuah kewajiban*, maka kau *tak akan menikmati hadirnya Allah* saat kau mengerjakannya.

🌿Anggaplah *shalat itu pertemuan yang kau nanti dengan Tuhanmu*.

🌿Anggaplah *shalat itu sebagai cara terbaik kau bercerita dengan Allah SWT*.

🌿Anggaplah *shalat itu sebagai kondisi terbaik untuk kau berkeluh kesah* dengan Allah SWT.

🌿Anggaplah *shalat itu sebagai seriusnya kamu dalam bermimpi*.

🍂Bayangkan ketika "adzan berkumandang," *tangan Allah melambai kepadamu untuk mengajak kau lebih dekat denganNya*

🍂Bayangkan ketika kau "takbir," *Allah melihatmu, Allah tersenyum untukmu dan Allah bangga terhadapmu*.

🍂Bayangkanlah ketika "rukuk," *Allah menopang badanmu hingga kau tak terjatuh*, hingga kau merasakan damai dalam sentuhan-Nya.

🍂Bayangkan ketika "sujud," Allah mengelus kepalamu. Lalu Dia berbisik lembut di kedua telingamu: *Aku mencintaimu wahai hambaKu*."

🍂Bayangkan ketika kau *"duduk di antara dua sujud,"* Allah berdiri gagah di depanmu, lalu mengatakan:
*"Aku tak akan diam apabila ada yang mengusikmu."*

🍂Bayangkan ketika kau memberi "salam," *Allah menjawabnya, lalu kau seperti manusia berhati bersih setelah itu*.

*Beruntunglah  orang-orang yang mengamalkannya*.

Barakallahu fiikum, Wassalamualaikum

*Maafkanlah aku ya Allah  yg tak pernah memperhatikan kesempurnaan sholatku*
🍃🌾🌿🍂💕🍂🌿🌾🍃

MANFAAT RUKU' DAN SUJUD DALAM SHOLAT SECARA MEDIS

*Faedah Dibalik Ruku' & Sujud Dalam Shalat*

Inilah Manfaat Medis Dibalik Lamanya Ruku’ dan Sujud Dalam Sholat
Shalat lima waktu merupakan perintah yang wajib dijalankan oleh Umat Islam. Kekhusukkan dalam menjalankan salat sangat penting untuk mendapatkan manfaat baik secara agama maupun medis. Ada orang yang dalam shalatnya begitu khusuk dan menikmati setiap gerakan-gerakannya.
Namun ada pula yang cepat-cepat agar shalat segera selesai. Dua gerakan yang biasanya dilakukan secara kilat ada saat ruku dan sujud. Karena urusan dunia biasanya manusia mempercepat dua gerakan ini agar salat cepat selesai.

Padahal dua gerakan ini memiliki manfaat besar dari segi medis. Jika dilakukan secara cepat, maka manfaat medis dari gerakan ruku dan sujud ini tidak didapatkan secara maksimal. Manfaat medis apa yang dimaksud? Berikut ini ulasannya.
Dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk memperlama gerakan ruku dan sujud. Menurut Rasulullah lamanya dua gerakan tersebut dapat menggugurkan dosa.

Suatu hari Abdullah bin Umar -rodhiallohu anhuma- melihat seorang pemuda sedang shalat, dia memanjangkan shalatnya dan melamakannya, maka beliau bertanya: siapa yang tahu orang itu? Maka ada yang menjawab: Saya.
Beliaupun mengatakan: seandainya aku mengenalnya, tentu aku akan menyuruhnya untuk memanjangkan ruku’ dan sujudnya, karena aku pernah mendengar Nabi -Shollallohu alaihi wasallam- bersabda:
“Sungguh, jika seorang hamba berdiri untuk shalat; semua dosanya didatangkan, dan diletakkan di atas pundaknya. Maka setiap kali dia ruku’ dan sujud, dosa-dosa tersebut menjadi berjatuhan”. (Lihat Silsilah shahihah: 1398, sanadnya shahih).

Dari hadist di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa semakin lama ruku’ dan sujud, maka akan semakin banyak dosa yang akan dilepaskan dari diri manusia. Ternyata tidak hanya dari segi agama saja gerakan yang lama dan khusuk ini memberikan manfaat. Dari segi kesehatan pun, memperlama ternyata gerakan ruku’ dan sujud juga memiliki manfaat besar.

Ruku’ menjadi salah satu gerakan yang ternyata miliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Ruku’ yang sempurna bisa di tandai apabila kita meletakan gelas di punggung maka tidak akan tumpah sebab antara kepala dan tulang belakang atau punggung sejajar.
Selain itu, posisi ruku’ yang sempurna ini juga bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi punggung sebagai penyangga tubuh dan pusat syaraf dan posisi jantung sejajar dengan otak sehingga bagian tengah badan kita bisa teraliri darah dengan sempurna.
Posisi tangan tertumpu pada lutut ini sangat bermanfaat untuk merelaksasikan pada otot-otot bahu sampai ke bawah. Menerut penelitian posisi ruku ini juga sangat bermanfaat untuk melatih kemih sehingga terhindar dari penyakit prostat.

Sementara itu, sujud juga menjadi gerakan dalam shalat yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia. Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki dan dahi pada lantai. Posisi sujud ini berguna juga untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posisi jantung di atas otak menyebabkan daerah ini kaya akan kandungan oksigen yang bisa mengalir secara maksimal ke otak.
Aliran tersebut sangat berpengaruh terhadap daya pikir seseorang. Oleh seban itu, ada baiknya melakukan sujud dengan tuma’ninah, yakni tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi yang demikian ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.

Demikianlah ulasan mengenai faedah di balik lamanya ruku’ dan sujud dalam shalat. Jika ingin dosa berguguran, maka lakukan anjuran Rasulullah ini. Semoga kita selalu menjadi hamba Allah yang selalu beriman dan beramal shalat.

SEKELUMIT SEJARAH KEHIDUPAN IMAM WAJIHUDDIN ABDURRAHMAN AD DIBA'I (PENGARANG MAULID AD DIBA' )

*Imam Wajihuddin Abdurrahman Ad-Diba`i (866 – 944 H)*

Nama beliau Wajihuddin Abdurrahman bin Ali bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar Al-Diba`i As-Syaibaniy. kata "Diba`" adalah julukan (laqob) kakeknya yang bernama Ali bin Yusuf Diba` yang dalam bahasa Sudan berarti putih.

Beliau dilahirkan di kota Zabid (Zabid (salah satu kota di Yaman Utara) pada sore hari Kamis 4 Muharram 866 H.) Kota ini sudah dikenal sejak masa hidupnya Nabi Muhammad ﷺ, tepatnya pada tahun ke 8 Hijriyah. Dimana saat itu datanglah rombongan suku Asy`ariah (diantaranya adalah Abu Musa Al-Asy`ari) yang berasal dari Zabid ke Madinah Al-Munawwaroh untuk memeluk agama Islam dan mempelajari ajaran-ajarannya. Karena begitu senangnya atas kedatangan mereka Nabi Muhammad ﷺ. berdoa memohon semoga Allah SWT. memberkahi kota Zabid dan Nabi ﷺ mengulangi doanya sampai tiga kali (HR. Al-Baihaqi). Dan berkat barokah doa Nabi, hingga saat ini, nuansa tradisi keilmuan di Zabid masih bisa dirasakan. Hal ini karena generasi ulama di kota ini sangat gigih menjaga tradisi khazanah keilmuan islam.

*Masa Kecil Ibn Diba`*
Beliau diasuh oleh kakek dari ibunya yang bernama Syekh Syarafuddin bin Muhammad Mubariz yang juga seorang ulama besar yang tersohor di kota Zabid saat itu, hal itu dikarenakan sewaktu beliau lahir, ayahnya sedang bepergian, setelah beberapa tahun kemudian baru terdengar kabar, bahwa ayahnya meninggal didaratan India. Dengan bimbingan sang kakek dan para ulama kota Zabid ad-Diba’i tumbuh dewasa serta dibekali berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Diantara ilmu yang dipelajari beliau adalah : ilmu Qiroat dengan mengaji Nadzom (bait) Syatibiyah dan juga mempelajari Ilmu Bahasa (gramatika), Matematika, Faroidl, Fikih, dll.

Pada tahun 885 H. beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji yang kedua kalinya. Sepulang dari Makkah Ibn Diba` kembali lagi ke Zabid. Beliau mengkaji ilmu Hadis dengan membaca Shohih Bukhori, Muslim, Tirmidzi, Al-Muwattho` dibawah bimbingan syekh Zainuddin Ahmad bin Ahmad As-Syarjiy. Ditengah-tengah sibuknya belajar hadis, Ibn Diba’ menyempatkan diri untuk mengarang kitab Ghoyatul Mathlub yang membahas tentang kiat-kiat bagi umat muslim agar mendapat ampunan dari Allah SWT.

*Pelajaran penting dari Ad-Diba’i*
Ibn Diba’ mempunyai kebiasaan untuk membaca surat Al-fatihah dan menganjurkan kepada murid-murid dan orang sekitarnya untuk sering membaca surat Al-fatihah. Sehingga setiap orang yang datang menemui beliau harus membaca Fatihah sebelum mereka pulang. Hal ini tidak lain karena beliau pernah mendengar salah seorang gurunya pernah bermimpi bahwa hari kiamat telah datang lalu dia mendengar suara, “Wahai orang Yaman masuklah ke surga Allah” lalu orang-orang bertanya, “kenapa orang-orang Yaman bisa masuk surga?” kemudian dijawab, “Karena mereka sering membaca surat Al-fatihah.”

*Karya Ad-Diba’i*
Ibn Diba` termasuk ulama yang produktif dalam menulis. Hal ini terbukti beliau mempunyai banyak karangan baik dibidang hadis ataupun sejarah. Karyanya yang paling dikenal adalah syair-syair sanjungan (madah) atas Nabi Muhammad ﷺ yang terkenal dengan sebutan Maulid Diba`i, Meskipun ada yang menisbatkan Maulid ini kepada Ibn jauzi, hanya saja pendapat ini sangat lemah.

Diantara buah karyanya yang lain : Qurrotul `Uyun yang membahas tentang seputar Yaman, kitab Mi`roj, Taisiirul Usul, Bughyatul Mustafid, dan beberapa bait syair. Beliau mengabdikan dirinya hinga akhir hayatnya sebagai pengajar dan pengarang kitab. Ibn Diba’i wafat di kota Zabid pada pagi hari Jumat tanggal 26 Rojab 944 H.

BERDIALOG DENGAN ALLAH SWT.

Dialog Dengan Allah dalam Al-Fatihah
dikutip dari buku "Dzikir Qur'ani"

Dalam membaca surah al-fatihah kita harus berkeyakinan bahwa kita sedang berdialoq dengan Allah Swt. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dibawah ini.

عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَيْهِ السَّلاَم قاَلَ: لَقَدْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: قَسَمْتُ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِي، فَنِصْفُهَا لِيْ وَنِصْفُهَا لِعَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ:

Diriwayatkan dari Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib a.s.  Aku telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: ”Allah telah membagi surah Al-Fatihah di antara-Ku dan hamba-Ku  sebagian surah itu untuk-Ku dan sebagian yang lain untuk hamba-Ku. Dan bagi hamba-Ku (Aku mengabulkan) segala yang dia minta:

إِذَا قَالَ الْعَبْدُ : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قَالَ اللهُ جَلَّ جَلاَ لُهُ : بَدَأَ عَبْدِيْ بِاسْمِيْ وَحَقَّ عَلَيَّ أَنْ أُتَمِّمَ لَهُ أُمُوْرَهُ وَأُبَارِكَ لَهُ فِيْ أَحْوَالِهِ

(“Bila Hamba membaca”): “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. “Allah menjawab”: “Hamba-Ku memulai menyebut dengan asma-Ku dan wajib atas-Ku untuk menyempurnakan urusan-urusannya dan memberkahi keadaannya”.

فَإِذَا قَالَ: أَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ قَالَ اللهُ جَلَّ جَلاَ لُهُ حَمِدَنِيْ عَبْدِيْ، وَ عَلِمَ أَنَّ النِّعَمَ الَّتِيْ لَهُ مِنْ عِنْدِيْ، وَأنَّ الْبَلاَيَا اَلَّتِيْ دَفَعْتُ عَنْهُ فَبِتَطَوُّلِيْ أُشْهِدُكُمْ أَنِّيْ أُضِيْفُ لَهُ إِلَى نِعَمِ الدُّنْيَا نِعَمَ اْلآخِرَةِ، وَأَدْفَعُ عَنْهُ بَلاَيَا اْلآخِرَةِ كَمَا دَفَعْتُ عَنْهُ بَلاَيَا الدُّنْيَا،

(“Bila Hamba membaca”) : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam”, (QS. 1:2). “Allah menjawab”: “Hamba-Ku memuji-Ku dan ia sudah mengetahui bahwa nikmat-nikmat yang berada pada dirinya berasal dari sisi-Ku dan semua petaka yang aku hindarkan daripadanya itu juga berasal dari-Ku. Maka atas limpahan rahmat-Ku, Aku bersaksi pada kalian akan melipat gandakan padanya nikmat-nikmat dunia dan nikmat-nikmat akherat serta menghindarkan dirinya dari petaka akhirat sebagaimana aku menghindarkan darinya petaka dunia”.

فَإِذَا قَالَ: اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : شَهِدَ لِيْ بِأَنِّيْ اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ أُشْهِدُكُمْ َلأُوَفِّرَنَّ مِنْ رَحْمَتِيْ حَظَّهُ، وَلأُجْزِلَنَّ مِنْ عَطَائِيْ نَصِيْبَهُ

(“Bila Hamba membaca”) : “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1:3). “Allah menjawab”: ”Hamba-Ku bersaksi kepada-Ku bahwa Aku Dzat Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang dan Aku bersaksi pada kalian; Aku akan menyempurnakan nikmat-Ku menjadi miliknya, dan Aku akan menganugerahkan pemberian-Ku sebagai kesempurnaannya”.

فَإِذَا قَالَ: مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ قَالَ اللهُ جَلَّ جَلاَ لُهُ :أُشْهِدُكُمْ كَمَا أعْتَرَفَ عَبْدِيْ أَنِّيْ مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ، َلأُ سَهِّلَنَّ يَوْمَ الْحِسَابِ حِسَابَهُ وَلأَ تَقَبَّلَنَّ حَسَنَاتِهِ، وَلأَ تَجَاوَزَنَّ عَنْ سَيِّئَاتِهِ

(“Bila Hamba membaca”) :”Yang menguasai hari pembalasan”. (QS. 1:4). “Allah menjawab”: “Aku bersaksi pada kalian sebagaimana ia mengetahui bahwa Aku sebagai Penguasa Hari Kemudian, maka Aku memudahkan kelak di Hari Kiamat atas hisabnya dan Aku mengabulkan seluruh kebajikan-kebajikannya dan Aku memaafkan seluruh perbuatan salahnya selama ia beribadah kepada-Ku”.

فَإِذَا قَالَ: إِيَّاكَ نَعْبُدُ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : صَدَقَ عَبْدِيْ إِيَّايَ يَعْبُدُ، أُشْهِدُكُمْ َلأُ ثِيْبَنَّهُ عَلَى عِبَادَتِهِ ثَوَابًا يُّغْبِطُهُ كُلَّ مَنْ خَالَفَهُ فِيْ عِبَادَتِهِ لِيْ

(“Bila Hamba membaca”): ”Hanya Engkaulah yang kami sembah. “Allah menjawab”: “Benar Hamba-Ku, hanya kepada-Ku ia menyembah, aku bersaksi pada kalian sungguh aku akan memberi pahala atas ibadahnya dengan suatu pahala yang dapat menutupi seluruh amal perbuatan salahnya dalam beribadah pada-Ku”.

فَإِذَا قَالَ: وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : بِيْ إِسْتَعَانَ وَإِلَيَّ اِلْتَجَأَ، أُشْهِدُكُمْ َلأُ عِيْنَنَّهُ عَلَى أَمْرِهِ وَلأُ غِيْثَنَّهُ فِيْ شَدَائِدِهِ، وَلآخُذَنَّ بِيَدِهِ يَوْمَ نَوَائِبِهِ

(“Bila Hamba membaca”): “Dan hanya kepada Engkaulah kami mohon  pertolongan. (QS. 1:5). “Allah menjawab”: “Benar Hamba-Ku, hanya kepad-Ku ia meminta pertolongan dan kepada-Ku ia berlindung. Aku bersaksi pada kalian sungguh Aku akan menolongnya di dalam urusannya dan memudahkan dalam kesulitannya dan Aku akan menolongnya ketika ia berada di hari yang mencekam”.

فَإِذَا قَالَ:  إِهْدِنَاالصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ، صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ  غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ الضَّآالِّيْنَ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ :هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ، فَقَدْ اِسْتَجَبْتُ لِعَبْدِيْ، وَ أَعْطَيْتُهُ مَا أَمَلَ، وَأَمَنْتُهُ عَمَّا مِنْهُ وَجِلَ

(“Bila Hamba membaca”) : Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. 1:6-7). “Allah menjawab”: “Semua permohonan hamba-Ku (akan kupenuhi). Dan baginya segala yang dia minta dan Aku pasti mengabulkan seluruh cita-citanya dan Aku lindungi dia dari segala yang dia takuti”. (Dikutip dari Tafsir As-Sofi, Jilid I, hal. 75).

BAGAIMANA BERINTERAKSI DENGAN KESULITAN

*Rumus-Rumus Seni Berinteraksi Dengan Kesulitan-Kesulitan*

[Apa Yang Kita Lakukan Ketika Mendapat Kesulitan]

Oleh:
Fadhilatusy Syaikh Dr Umar Al-Muqbil hafidhahullah.

Diterjemahkan dan diberi penjelasan oleh:
Ustadz Abdullah

القاعدة1⃣: (لستَ وحدك).

Rumus Pertama: Anda tidak sendirian (yang mengalami kesulitan).

القاعدة2⃣: (لا يقدر الله شيئا إلا لحكمة).

Rumus Kedua: Allah tidak mungkin menakdirkan sesuatu melainkan ada hikmahnya.

القاعدة3⃣: (جالب النفع ودافع الضر هو الله، فلا تتعلق إلا به).

Rumus Ketiga: Yang mendatangkan manfaat dan menolak madharat adalah Allah, karena itu jangan bergantung kecuali kepadaNya.

القاعدة4⃣: (ما أصابك لم يكن ليخطئك ، وما أخطأك لم يكن ليصيبك).

Rumus Keempat: Apa yang telah ditetapkan untuk Anda tidak akan meleset dari Anda dan apa yang tidak ditetapkan untuk Anda tidak akan mengenai Anda.

القاعدة5⃣: (اعرف حقيقة الدنيا تسترح).

Rumus Kelima: Kenalilah hakikat dunia pasti Anda tenang.

القاعدة6⃣: (أحسن الظن بربك).

Rumus Keenam: Berprasangka baiklah kepada Rabb Anda, Allah.

القاعدة7⃣: (اختيار الله لك خير من اختيارك لنفسك).

Rumus Ketujuh: Pilihan Allah untuk Anda lebih baik dari pilihan Anda untuk diri Anda sendiri.

القاعدة8⃣: (كلما اشتدت المحنة قرُب الفرج).

Rumus Kedelapan: Semakin sulit ujian berarti semakin dekat jalan keluar.

القاعدة9⃣: (لا تفكر فى كيفية الفرج فإن الله إذا أراد شيئا هيأ له أسبابه بشكل لا يخطر على بال).

Rumus Kesembilan: Jangan berfikir tentang bagaimana jalan keluar karena sesungguhnya Allah jika menghendaki sesuatu pasti menyiapkan sebab, sarana dan prasarana dengan cara yang tidak terbayangkan.

القاعدة: (عليك بدعاء من بيده مفاتيح الفَرَج).

Rumus Kesepuluh: Hendaklah Anda berdoa kepada Dzat yang di TanganNya semua kunci jalan keluar.

Semoga bermanfaat dan mencerahkan.

Rabu, 26 April 2017

ASAL MULA PENGGANTIAN HARI AHAD MENJADI MINGGU

*Kronologis kata AHAD diganti MINGGU*

Alkisah; Sebelum Tahun 1960, tak pernah dijumpai nama hari yg bertuliskan *MINGGU* selalu tertulis hari *AHAD*. Begitu juga penanggalan di kalender tempo dulu, masyarakat Indonesia tidak mengenal sebutan *Minggu*.

Kita semua sepakat bahwa kalender atau penanggalan di Indonesia telah terbiasa dan terbudaya utk menyebut hari *AHAD* di dalam setiap pekan (7 hari) dan telah berlaku sejak periode yg cukup lama.
- Bahkan telah menjadi ketetapan di dalam Bahasa Indonesia.
- Lalu mengapa kini sebutan hari Ahad berubah menjadi hari Minggu?
- Kelompok dan kekuatan siapakah yang mengubahnya?
- Apa dasarnya ?
- Resmikah dan ada kesepakatankah?

Kita ketahui bersama bahwa nama hari yang telah resmi dan kokoh tercantum ke dalam penanggalan Indonesia sejak sebelum zaman penjajahan Belanda dahulu adalah dgn sebutan :
1. *Ahad* (al-Ahad = hari kesatu),
2. *Senin* (al-Itsnayn=hari kedua),
3. *Selasa* (al-Tsalaatsa' = hari ketiga)
4. *Rabu* (al-Arba'aa = hari keempat),
5. *Kamis* (al-Khamsatun = hari kelima),
6. *Jum'at* (al-Jumu'ah = hari keenam = hari berkumpul/berjamaah),
7. *Sabtu* (as-Sabat=hari ketujuh).

Nama hari tersebut sudah menjadi kebiasaan dan terpola di dalam semua kerajaan di Indonesia.

Semua ini adalah karena jasa positif interaksi budaya secara elegan dan damai serta besarnya pengaruh masuknya agama Islam ke Indonesia yang membawa penanggalan Arab.

Sedangkan kata *MINGGU* diambil dari bahasa Portugis, *Domingo* (dari bahasa Latin Dies Dominicus yang berarti *"Dia Do Senhor"*, atau *HARI TUHAN KITA*).

Dalam bahasa Melayu yang lebih awal, kata ini dieja sebagai *Dominggu* dan baru sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, kata ini dieja sebagai *Minggu*.
Jadi, kita pasti paham siapa yang dimaksud *TUHAN KITA*, bagi yg beribadah di hari minggu.

Bagaimana ini bisa terjadi?
- Ada yang mengatakan dengan dana yang cukup besar dari luar Indonesia, dibuat membiayai monopoli pencetakan kalendar selama bertahun-tahun di Indonesia.
- Percetakan dibayar agar menihilkan (0) kata *AHAD* diganti dengan *MINGGU*.
- Setetah kalender jadi, lalu dibagikan secara gratis atau dijual obral (sangat murah).

Dampaknya adalah:
- Masyarakat Indonesia secara tak sadar, akhirnya kata *Ahad* telah terganti menjadi *Minggu* di dalam penanggalan Indonesia.

Pentingkah?
Jawabannya :
*Sangat Penting* untuk upaya mengembalikan kata *Ahad* .

Bagi umat Islam adalah penting, karena kata
- *Ahad* mengingatkan kepada nama *Allah SWT* yang Maha *Ahad* sama dengan *MahaTunggal*/ *Maha Satu* / *Maha Esa*.
- *Allah*  tidak beranak dan tidak diperanakkan
- Kata *Ahad* dalam Islam adalah sebagai bagian sifat *Allah SWT* yang penting dan mengandung makna utuh melambangkan *ke-Maha-Esa-an Allah SWT*.

Oleh karena itu :
- Mari kita ganti *MINGGU* menjadi *AHAD*.
- Apabila dalam 7 (tujuh) hari biasa disebut *SEMINGGU*, yang tepat adalah disebut dengan *SEPEKAN*, dan bukan *minggu depan*, tapi *pekan depan*.

Semoga hari ini penuh berkah buat kita dan keluarga. Amin Ya Rabbal 'Alamin.