الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ،
وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَصَلَّى اللهُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ، وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ،
وَلَاحَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلًّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Riwayat, kisah, manaqib atau sejarah
kehidupan orang-orang shaleh banyak terdapat dalam al-Quran maupun
al-Hadits, semisal Ashabul Kahfi, Raja Dzulqurnain, Sayyidatuna Maryam,
Sayyidina Luqmanul Hakim dan lain sebagainya.
Dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin halaman 97
disebutkan sebuah hadits tentang pentingnya dan manfaat menuliskan sejarah
orang-orang yang shaleh:
وَقَدْ وَرَدَ فِي اْلَاثَرِ
عَنْ سَيِّدِالْبَشَرِ صَلى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قاَلَ :مَنْ وَرَّخَ
مُؤْمِناً فَكَأَنمَّاَ اَحْياَهُ وَمَنْ قَرَأَ تاَرِيْخَهُ فَكَأَنمَّاَ زَارَهُ
فَقَدْاسْتَوْجَبَ رِضْوَانَاللهِ فيِ حُزُوْرِالْجَنَّةِ
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa membuat sejarah orang mukmin (yang sudah meninggal) sama saja ia
telah menghidupkannya kembali. Dan barangsiapa membacakan sejarahnya
seolah-olah ia sedang mengunjunginya. Maka Allah akan menganugerahi baginya
ridhaNya dengan memasukkannya di surga.”
Dan juga hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
dan at-Tirmidzi:
مَنْ وَرَّخَ مُسْلِمًا
فَكَأَ نَّمَا اَحْيَاهُ وَمَنْ زَارَ عَالِمًا فَكَأَ نَّمَا زَارَنِى وَمَنْ
زَارَنِى بَعْدَ وَفَاتِى وَجَبَتْ لَهُ شَفَاعَتِى
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa membuat tarikh (biografi) seorang muslim, maka sama dengan
menghidupkannya. Dan barangsiapa ziarah kepada orang alim, maka sama dengan
ziarah kepadaku (Nabi Saw.). Dan barangsiapa berziarah kepadaku setelah aku wafat,
maka wajib baginya mendapat syafaatku esok di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud dan
at-Tirmidzi).
Dalam kitab Jala’ adz-Dzulam ‘ala ‘Aqidat al-‘Awam
dijelaskan:
اِعْلَمْ يَنْبَغيِ لِكُلِّ
مُسْلِمٍ طاَلِبُ الْفَضْلِ وَالْخَيْرَاتِ اَنْ يَلْتَمِسَ الْبَرَكاَتِ
وَالنَّفَحَاتِ وَاسْتِجاَبَةِ الدُّعاَءِ وَنُزُوْلِ الرَّحْماَتِ فِي حَضَرَاتِ
اْلأَوْلِياَءِ فِي مَجاَلِسِهِمْ وَجَمْعِهِمْ اَحْيَاءً وَأَمْوَاتاً وَعِنْدَ
قُبُوْرِهِمْ وَحَالَ ذِكْرِهِمْ وَعِنْدَ كَثْرَةِ الْجُمُوْعِ فِي
زِياَرَاتِهِمْ وَعِنْدَ مَذَاكَرَاتِ فَضْلِهِمْ وَنَشْرِ مَناَقِبِهِمْ
“Ketahuilah seyogyanya bagi setiap
muslim yang mencari keutamaan dan kebaikan, agar ia mencari berkah dan anugerah
serta terkabulnya doa dan turunnya rahmat di depan para wali, di
majelis-majelis dan perkumpulan mereka, baik masih hidup ataupun sudah mati, di
kuburan mereka ketika mengingat mereka, dan ketika orang banyak berkumpul dalam
menziarahi mereka, dan pembacaan riwayat hidup mereka (manaqiban).”
Dalam sebuah hadits riwayat ad-Dailami dalam kitab
Musnad al-Firdaus diriwayatkan dari Sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra.:
ذكر الأنبياء من العبادة وذكر
الصالحين كفارة وذكر الموت صدقة وذكر القبر يقربكم من الجنة
“Mengingat para nabi adalah ibadah,
mengingat orang-orang shaleh adalah kafarat/tebusan (bagi dosa), mengingat mati
adalah sedekah dan mengingat kubur mendekatkan kalian kepada surga.” Imam
as-Suyuthi dalam al-Jami’ ash-Shaghir dan Imam al-Munawi dalam Faidh al-Qadir
mengatakan hadits ini dha’if (bisa diamalkan sebagai fadhail al-‘amal).
قال سفيان بن عيينة رحمه الله
تعالى: عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة
Imam Sufyan bin ‘Uyainah Ra.
mengatakan: “Ketika disebut-sebut orang-orang yang sholeh maka turunlah
rahmat.”
Imam Junaid al-Baghdadi berkata: “Hikayat (kisah
orang-orang shaleh) itu merupakan tentara dari para tentara Allah Swt., dimana
Allah menetapkan hati para kekasihNya dengan kisah-kisah tersebut.” Maka Imam
Junaid ditanya: “Apakah engkau mempunyai dasar atas ucapanmu itu?” Maka beliau
menjawab: “Dalil baginya adalah firman Allah Swt.: “Dan semua kisah-kisah para
Rasul itu Kami ceritakan kepadamu (wahai Muhammad), yang dengannya Kami
teguhkan hatimu.” (QS. Hud ayat 120).”
Al-Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas
berkata: “Jika engkau memandang seorang yang shaleh dan istiqamah, khusyu’ dan
wara’, lalu kau bandingkan akhlakmu dengan akhlaknya, amalmu dengan amalnya,
keadaanmu dengan keadaannya, maka kau akan mengetahui aib dan kekuranganmu.
Setelah itu akan mudah bagimu untuk memperbaiki ucapan dan perbuatanmu yang
salah, lahir maupun batin. Itulah sebabnya kita dianjurkan untuk bergaul dengan
orang-orang yang shaleh dan mulia serta dilarang bergaul dengan selain mereka.
Sebab watak seseorang akan mencuri watak orang lain. Jika tidak kau temukan
teman duduk yang shaleh, pelajarilah buku, sifat, riwayat hidup dan semua
perilaku kaum shalihin.”
Al-Habib Abu Bakar bin Muhammad
Assegaf berkata: “Aku teringat pada suatu kalam seorang shaleh yang mengatakan:
“Tidak ada yang menyebabkan manusia rugi, kecuali keengganan mereka mengkaji
buku-buku sejarah kaum shalihin dan berkiblat pada buku-buku modern dengan pola
pikir moderat.” Wahai saudara-saudaraku, ikutilah jalan orang-orang tua kita
yang shaleh. Sebab mereka adalah orang-orang suci yang beramal ikhlas.
Ketahuilah salaf kita tidak menyukai ilmu kecuali yang dapat membuahkan amal
shaleh.”