يظلمونك ويتناولونك
ويبهتونك؟
“Bagaimana Anda kok tidak mendoakan keburukan
kepada mereka yang telah berbuat dzalim kepada Anda, mengambil hak Anda dan
berdusta atas nama Anda?”
Imam Bukhari menjawab:
Imam Bukhari menjawab:
قال النبي صلى
الله عليه وسلم: اصبروا حتى تلقوني على الحوض. وقال صلى الله عليه وسلم: من دعا
على ظالمه فقد انتصر
“Nabi Saw. telah bersabda: “Bersabarlah kalian,
sampai kalian menemui aku di sebuah Telaga.” Dan Nabi Saw. juga pernah
bersabda: “Barangsiapa yang mendoakan keburukan kepada orang yang berbuat
dzalim kepadanya, maka ia pasti akan memperoleh kemenangan.”
Penjelasan:
Maksud dari “Barangsiapa yang mendoakan keburukan kepada orang yang berbuat dzalim kepadanya, maka ia pasti akan memperoleh kemenangan,” adalah yang bakal mendapatkan kemenangan itu yang didzalimi, kalau dia berdoa kepada Allah. Jadi doanya orang yang teraniaya itu dikabulkan. Kalau dibuat mendoakan “buruk” pada yang menganiaya maka bakal hancur yang menganiaya tersebut.
Hadits 1, yang disitir oleh Imam Bukhari menunjukkan bahwa beliau sabar dalam menjalani ujiannya tersebut. Karena dampaknya memang luar biasa, dan yang ia hadapi adalah orang-orang yang juga pakar hadits.
Kemudian hadits ke-2, yang beliau sitir menunjukkan bahwa beliau berada di pihak yang benar. Dan Allah menjadikan badai berlalu.
Jadi ada yang menafsiri beliau memang berdoa untuk orang-orang yang mendzaliminya. Atau hadits ke-2 tersebut justru menunjukkan sebaliknya, yaitu maksudnya beliau tidak (berani) mendoakan “buruk” pada orang-orang yang mendzaliminya.
Dalam hal ini Imam Bukhari tetap bersikap professional, meski yang dianggap “penebar fitnah” tersebut adalah seorang pakar hadits sezamannya yang bernama Muhammad bin Yahya Adzukhliy, beliau tetap meriwayatkan sebagian haditsnya dari beliau. Masya Allah, bentuk ta’dzim yang luar biasa.
Intinya jika kita mendapat ujian berupa fitnah, maka pilihannya ada dua; Mendoakan buruk kepada si penebar fitnah tersebut, atau bersikap sabar hingga mati (bertemu Nabi di telaganya). Allahu A’lam.
Alhasil, itu merupakan pilihan. Kita diperkenankan untuk memilih; berdoa buruk atasnya maka kan didapat kemenangan atas orang dzalim itu, atau justru lebih memilih sabar sehingga balasannya adalah jumpa dengan Nabi Saw. (kemenangan sejati).
(Disadur oleh Syaikh Baba Naheel dari kitab Khalq Af’al al-‘Ibad juz 1 halaman 71 karya Imam al-Bukhari).
Penjelasan:
Maksud dari “Barangsiapa yang mendoakan keburukan kepada orang yang berbuat dzalim kepadanya, maka ia pasti akan memperoleh kemenangan,” adalah yang bakal mendapatkan kemenangan itu yang didzalimi, kalau dia berdoa kepada Allah. Jadi doanya orang yang teraniaya itu dikabulkan. Kalau dibuat mendoakan “buruk” pada yang menganiaya maka bakal hancur yang menganiaya tersebut.
Hadits 1, yang disitir oleh Imam Bukhari menunjukkan bahwa beliau sabar dalam menjalani ujiannya tersebut. Karena dampaknya memang luar biasa, dan yang ia hadapi adalah orang-orang yang juga pakar hadits.
Kemudian hadits ke-2, yang beliau sitir menunjukkan bahwa beliau berada di pihak yang benar. Dan Allah menjadikan badai berlalu.
Jadi ada yang menafsiri beliau memang berdoa untuk orang-orang yang mendzaliminya. Atau hadits ke-2 tersebut justru menunjukkan sebaliknya, yaitu maksudnya beliau tidak (berani) mendoakan “buruk” pada orang-orang yang mendzaliminya.
Dalam hal ini Imam Bukhari tetap bersikap professional, meski yang dianggap “penebar fitnah” tersebut adalah seorang pakar hadits sezamannya yang bernama Muhammad bin Yahya Adzukhliy, beliau tetap meriwayatkan sebagian haditsnya dari beliau. Masya Allah, bentuk ta’dzim yang luar biasa.
Intinya jika kita mendapat ujian berupa fitnah, maka pilihannya ada dua; Mendoakan buruk kepada si penebar fitnah tersebut, atau bersikap sabar hingga mati (bertemu Nabi di telaganya). Allahu A’lam.
Alhasil, itu merupakan pilihan. Kita diperkenankan untuk memilih; berdoa buruk atasnya maka kan didapat kemenangan atas orang dzalim itu, atau justru lebih memilih sabar sehingga balasannya adalah jumpa dengan Nabi Saw. (kemenangan sejati).
(Disadur oleh Syaikh Baba Naheel dari kitab Khalq Af’al al-‘Ibad juz 1 halaman 71 karya Imam al-Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar