Nima Arkani Hamed |
Nafasnya terengah-engah. Tangannya terus menggenggam erat tali kekang kuda. Sesekali cambuk dilecutkan ke tubuh kuda yang tampak tersiksa karena mengangkut tiga orang sekaligus di punggungnya. Perjalanan itu terasa begitu pelan.
Pria itu sesekali menengok ke belakang. Khawatir mereka dikuntit. Setelah merasa aman, lari kuda dihentikan.
Pria itu turun dari punggung kuda. Bukan berniat istirahat, namun dia mulai tak tega dengan siksaan pada si kuda. Mengurangi beban pada kuda, dia memilih berjalan kaki sementara tangannya tetap menenteng tali kekang. Anak dan istrinya tetap di atas kuda.
Perjalanan dilanjutkan ke arah perbatasan Iran dan Turki. Wajah cemas pria itu berganti ceria, sesaat setelah masuk ke wilayah Turki. Jafar Arkani-Hamed bersyukur. Ia dan keluarga lolos dari cengkeraman rezim.
Spontan, Jafar merobek paspor miliknya, istri, dan anaknya. Ia memutuskan minggat selamanya dari negerinya, Iran.
Pelarian itu terjadi 1981 silam. Dia bukanlah penjahat atau kriminal. Jafar meningggalkan posisinya sebagai Kepala Departemen Fisika di Universitas Teknologi Sharif, Teheran. Alasannya, oposisi yang dulu dia sokong, bersama kelompok relijius telah berubah haluan. Mereka kini mengangkangi hasil Revolusi Iran, dua tahun sebelumnya.
Padahal revolusi itu yang membuat Jafar pulang kampong. Memboyong keluarganya dari Amerika Serikat, negeri tempat anak lelaki satu-satunya, Nima Arkani-Hamed dilahirkan di Houston, 5 April 1972. Dalam perjalanan waktu, arah revolusi tak sesuai harapannya.
Frustasi. Jafar mengambil keputusan memboyong keluarganya keluar dari Iran. Jafar dianggap terlibat gerakan menentang pemerintahan yang baru, sehingga keselamatan keluarga Arkani berada dalam ancaman. Tahun 1982, mereka menetap di Kanada, membuka lembaran baru.
Nima Arkani-Hamed mengingat peristiwa pelarian keluarganya itu saat dia masih berusia 9 tahun. Kecintaan ayah dan ibunya pada fisika rupanya menular ke Nima, Arkani kecil. Pada usia 14 tahun, Nima mengaku takjub dengan hukum Newton tentang gravitasi.
"Ketika saya tahu bagaimana menghitung kecepatan minimum pesawat ruang angkasa setelah lepas dari pengaruh gravitasi Bumi, saya hanya berpikir itu adalah hal paling keren," katanya.
Pada usia itu Nima sudah bermimpi menjadi ilmuwan fisika. Berbagai teori fisika dasar mulai dilahap. Dia sempat tak tertarik pada teori dawai atau string theory. Ternyata teori ini yang belakangan hari melambungkan namanya. "Awalnya saya tidak suka. Teori itu terlalu dalam dan sulit dimengerti".
Teori dawai mulai dikenal pada 1980-an. String teori muncul sebagai sebuah penjelasan tentang cara kerja semesta. Ilmu fisika mengenali semesta ini terbentuk dari partikel super kecil yang terus bergerak. Partikel atau nucleon ini terdiri dari neutron dan proton. Sementara electron terus bergerak mengitari nucleon.
Partikel terus bergerak dan saling berinteraksi. Salah satu interaksi antar partikel adalah interaksi gravitational yang telah dijelaskan melalui teori gravitasi yang berpangkal pada relativitas Albert Einstein.
Dalam perkembangannya ditemukan tiga interaksi lain antar partikel yaitu : electromagnetic, strong nuclear, dan weak nuclear. Ketiga interaksi terakhir ini hanya bisa dijelaskan melalui teori quantum.
Masalahnya antara kedua teori besar, relativitas dan quantum seringkali tidak sejalan. Ahli-ahli fisika modern di tahun 1980-an melihat adanya bentuk getaran saat partikel bergerak dan berinteraksi. Getaran inilah yang kemudian mereka sebut sebagai teori senar atau dawai (string teori).
String teori ternyata berhasil merangkum 4 interaksi antar partikel. Sehingga teori baru ini berhasil menyandingkan kedua teori besar, gravitasi dan quantum. Hingga kini para pakar fisika masih terus mencoba mencari penjelasan paling logis atas string teori.
Mereka meyakini, teori baru ini akan bisa menjelaskan dengan jernih tentang berbagai misteri semesta yang belum terjawab.
Diantaranya adanya ekstra dimensi, blackhole (lubang hitam), dark matter (materi gelap), hingga dark energy (energi gelap).
Jika jawaban tersebut ditemukan, maka string teori akan menjadi "Teori Segala Sesuatu" yang menjelaskan asal mula dan keyakinan kita tentang cara kerja semesta.
"Saya sudah berada di tengah-tengah teori dawai. Di sini mengandung misteri yang sangat dalam," kata Nima. Arkani lulus dari Universitas Toronto pada 1993 dan mendapat gelar kehormatan ganda, fisika dan matematika.
Sebagai ilmuwan, Nima Arkani dikenal bergaya nyetrik dengan rambut gondrong. Namun nafsunya pada ilmu pengetahuan tak pernah kering. Dia melanjutkan kuliah hingga meraih gelar PhD dari University of California Berkeley, pada 1997.
Dalam makalah itu ia menjelaskan bagaimana dunia dapat berjalan seperti yang diungkapkan dalam teori relativitas umum milik Einstein.
Teori itu menerangkan, alam semesta pada skala yang sangat besar dan pada saat yang sama mengikuti mekanika kuantum. Hukum alam yang menggambarkan alam semesta pada skala lebih kecil dari apa yang bisa dilihat mata.
Nima bersama mitranya di Berkeley, Savas Dimopoulos dan Gia Dvali, memunculkan hipotesis baru; kelemahan teori gravitasi terjadi karena terdapat 'dimensi tambahan yang besar' yang bisa sebesar satu milimeter.
Nima berteori, dimensi bisa sampai tujuh, bukan empat seperti dalam fisika klasik. Dimensi-dimensi sebesar itu bisa lolos dari deteksi karena segala yang kita tahu –kecuali gravitasi— ditetapkan dalam tiga dimensi ruang dan satu dimensi waktu.
Gravitasi mungkin mampu menyelusup dalam dimensi-dimensi tambahan ini, sehingga membuat gravitasi terlihat lemah dari perhatian kita. Sebagai hasilnya, perbedaan besaran gravitasi memungkinkan peneliti mendeteksi dimensi tersembunyi tersebut.
Berkat temuannya ini, nama Nima Arkani jadi terkenal di kalangan fisikawan dunia. Pada 2001, dia pindah meneliti di Universitas Harvard bersama Andi Cohen dan Howard Georgi. Nima telah mengajukan teori fisika baru ini untuk dites di laboratorium raksasa Large Hadron Collider (LHC) di CERN, Swiss.
"LHC bisa mengarahkan para ahli pada pengamatan langsung terhadap string atau setidaknya bukti tidak langsung keberadaan mereka," katanya kepada CNN. Dengan menumbukkan partikel satu ke yang lainnya, LHC bisa mendeteksi partikel menyelinap masuk dan keluar dari dimensi yang digambarkannya.
Sejak di Harvard, Nima telah menerima gelar bergengsi. Pada 2003, ia mendapatkan Gribov Medal dari Masyarakat Fisika Eropa. Tiga tahun kemudian dia meraih “Phi Beta Kappa” dari Universitas Harvard karena mengajar dengan terpuji.
Pada 2008, Universitas Princeton 'membajaknya' dari Harvard untuk duduk di Institute of Advanced Studies, sebuah posisi yang pernah ditempati Albert Einstein.
Di tahun itu juga, dia meraih Raymond and Beverly Sackler Prize di Universitas Tel Aviv, sebagai ilmuwan muda yang memberikan kontribusi luar biasa dan mendasar di bidang Fisika.
Pada 2009, dia terpilih jadi salah satu anggota Akademi Ilmu Pengetahuan dan Seni Amerika. Terakhir, Juli 2012, dia mendapatkan Penghargaan Fisika Fundamental dari pengusaha internet Yuri Milner.
Dalam catatan Reuters, dampak riset Nima Arkanimasuk ranking 2, serta ranking 10 berdasarkan jumlah pengutipan atas 26 makalahyang total dikutip 2.640 kali. Salah satu makalahnya muncul dalam daftar 20makalah paling banyak dikutip selama 10 tahun ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar