KONEKSITAS SEJARAH INDONESIA DENGAN TURKEY
Meskipun wilayah Muslim Asia Tenggara
scara kultural kurang ter-arabisasi, bahasa Arab memainkan peran penting dalam
kehidupan social keagamaan kaum Muslim. Berbagai suku di Nusantara mengadupsi
peritilahan Arab ke dalam kehidupan mereka. Sejumlah kosakata Arab yang
‘diadopsi masyarakat Nusantara berkaitan dengan permasalahan politik. Untuk
menyebut contoh misalkan, daulat, sultan, khalifah, baiat,
tadbir, harb, jihad, aman, majlis, musyawarah, hukum, qanun, dsb.
Penggunaan kosakata politik Islam dapat dipastikan menjadi meluas ketika
institusi politik Islam mulai berdiri pada akhir abad’ ke-13. Dengan konversi
penguasa ke Islam, entitas politik yang selama ini dikenal sebagai ‘kerajaan”
kini secara resmi disebut “kesultanan”.
Eksistensi sejarah umat Islam Nusantara
dalam memperjuangkan khilafah telah diamini oleh para sejarawan Indonesia
maupun Barat. Diantaranya adalah apa yang dinyatakan oleh Prof. Deliar
Noer, Prof. Aqib Suminto, dan Martin van Bruinessen dalam tulisan akademis
mereka. Deliar Noer dalam disertasinya, The Modernist Muslim Movement
in Indonesia 1900-1942 (Cornell University, 1962), menyatakan bahwa
umat Islam di Indonesia tidak hanya berminat dalam masalah khilafah, tetapi
juga merasa berkewajiban memperbincangkan dan mencari penyelesaiannya. Lalu
Aqib Suminto dalam disertasinya, Politik Islam Hindia Belanda (IAIN
Jakarta, 1985), menuturkan tentang pengaruh Pan-Islamisme di Indonesia dalam
perjuangan khilafah saat itu. Dia menyatakan ada kaitan yang erat antara
paham Pan-Islamisme dan jabatan Khalifah karena Khalifah merupakan simbol
persatuan ummat Islam di seluruh belahan dunia. Hal senada juga diungkapkan
oleh seorang orientalis Belanda, Martin van Bruinessen, dalam jurnal ilmiahnya
yang berjudul Muslim of Dutch East Indies and The Caliphate Question (Studia
Islamika, 1995). Peristiwa penghapusan Turki Usmani yang kemudian disusul
seruan ulama al-Azhar untuk memilih khalifah baru, dan penaklukan Hijaz oleh
Ibn Sa’ud, mendapatkan antusiasme yang sangat besar dari umat Islam Indonesia
sehingga menimbulkan pergerakan yang masif di Indonesia. Menurut arsip
Pemerintah Kerajaan Belanda, seperti dikutip van Bruinessen, hal itu bahkan
dianggap sebagai “sebuah tonggak bersejarah dalam pergerakan umat Islam di
negeri ini”.
MAFATIHULABROR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar